Porthos: There were four of us, against forty of them.
Storyline:
D'Artagnan muda bersama dengan tiga pendekar legendaris yaitu Athos si ahli meloloskan diri, Porthos si jago tarung dan Aramis si master siasat harus menggagalkan upaya berkobarnya perang di Eropa terutama antara Perancis dan Inggris. Si pencuri cantik Milady de Winter yang berniat mencuri kalung berlian, si gila kuasa Duke of Buckingham, si jahat Cardinal Richlieu dan tangan kanannya, Rochefort siap menggagalkan D’Artagnan dan The Three Musketeers dengan berbagai cara dan intrik yang teramat picik dalam petualangan seru.
Nice-to-know:
Christoph Waltz memiliki tanggal lahir yang sama yaitu 4 Oktober dengan Charlton Heston yang memainkan Richelieu di The Three Musketeers/The Four Musketeers.
Cast:
Tahun lalu tampil dalam Percy Jackson & the Olympians: The Lightning Thief, Logan Lerman kali ini kebagian tokoh D'Artagnan
Matthew Macfadyen sebagai Athos
Milla Jovovich sebagai Milady de Winter
Luke Evans sebagai Aramis
Ray Stevenson sebagai Porthos
Til Schweiger sebagai Cagliostro
Mads Mikkelsen sebagai Rochefort
Christoph Waltz sebagai Richelieu
Orlando Bloom sebagai Duke of Buckingham
Director:
Pernah menangani Milla Jovovich sebelumnya dalam Resident Evil (2002), Paul W.S. Anderson menggarap film layar lebar ke-9 nya kali ini.
Comment:
Siapa yang tidak mengenal novel klasik “Les Trois Mousquetaires” karya Alexandre Dumas père yang mendunia dan sudah diterjemahkan dalam puluhan bahasa itu? Bisa jadi sebagian dari anda yang masih berusia muda yang menjawab tidak. Tidak terlambat untuk mencari referensi sekarang karena sifatnya yang timeless itu. Filmnya pun sudah diremake berkali-kali mulai dari versi tahun 1935 yang dibintangi oleh Walter Abel dan Ian Keith hingga yang terbaru di abad 21 ini.
Duet penulis Alex Litvak dan Andrew Davies memang berusaha setia dengan naskah originalnya. Apalagi Glen MacPherson berhasil menyuguhkan sinematografi yang memikat dengan lokasi-lokasi pilihan yang amat memanjakan mata. Sayangnya sutradara Anderson terlalu banyak memasukkan unsur modern terutama untuk adegan aksinya yang banyak mencomot ide-ide dari film-film memorable yang terkadang tidak pada tempatnya. Berusaha meremajakan? Bukan begitu caranya!
Sebut saja karakter Millady yang terkesan over-the-top dalam film. Tidak mengherankan melihat fakta Jovovich adalah istri dari sang sutradara! Setidaknya ada 3 adegan yang paling mencolok. Lihat bagaimana ia meloloskan diri dari dinding berpeluru di ruang bawah tanah dan menerobos laser mematikan saat mencuri kalung berlian. Familiar dengan Resident Evil? Atau saat ia mengenakan baju minim menuruni istana dengan tali. Ingat Mission Impossible? Meski demikian harus diakui Jovovich memang tampil cantik disini dengan kostum klasik menawan.
Lerman yang masih berpenampilan ‘boyish’ justru tampil cemerlang. Karakter d’Artagnan muda di tangannya justru terasa dinamis dan bersemangat. Aksi memainkan pedangnya juga lumayan. Di luar dugaan, tiga pendekar yang harusnya menjadi sentral cerita malah terpinggirkan. Meski demikian Macfadyen, Stevenson dan Evans lumayan menjiwai Athos, Portos, Aramis dengan karakteristik unik masing-masing. Menyenangkan melihat Bloom bermain santai sebagai Duke of Buckingham.
Semua adegan aksinya memang memenuhi standar film hiburan berbujet besar. Adu siasat, perebutan harta, alih kekuasaan mewarnai pertentangan dua kubu. Paling menghibur adalah pertempuran dua kapal udara di angkasa mulai dari adu meriam sampai tumpang tindih, terlepas dari kemudahan membangun kapal sedemikian megah hanya dalam kejapan mata. Duel pedang di atap antara D’Artagnan dan Rochefort juga memikat, terlebih dilakukan sendiri oleh mereka!
The Three Musketeers adalah sebuah remake yang menghibur walaupun dikotori oleh modernisasi yang tidak perlu dan tak jarang berlebihan. Entah mengapa elemen komedi yang disisipkan malah membuat saya merasa film ini lebih ke arah parodi. Bagi penonton yang sudah mengenal kiprah tiga pendekar ini bisa jadi mempertanyakan motif produser melakukan remake. Sedangkan bagi penonton yang belum, mungkin akan puas dengan full entertainment yang dibalut 3D. Possibly a sequel in the future for united. One for all, all for one...
Durasi:
113 menit
Europe Box Office:
€9,599,925 in Germany till Okt 2011
Overall:
7.5 out of 10
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
Tidak ada komentar:
Posting Komentar