Storyline:
London menikmati segala hal dalam hidupnya, karirnya yang lancar sebagai model dan artis papan atas serta keluarga berkecukupan yang selalu mendukungnya. Namun dalam hidup, masalah memang selalu datang silih berganti, mulai dari tuntutan menikah dari anggota keluarganya ataupun perjanjian bisnis yang gagal. Diam-diam asisten ayahnya, Candra menyukai London dan menyamar menjadi banci bernama Sandra untuk menjadi asisten London. Keduanya pun dekat satu sama lain. Di lain kesempatan, Vira dan Camel datang ke Ibukota dari Sukabumi dengan harapan bisa menjadi penyanyi. Nasib mempertemukan keduanya dengan London di suatu klub. Akankah London menemukan inspirasi baru dalam hidupnya kelak?
Nice-to-know:
Diproduksi oleh Qibri Karya Utama yang bekerjasama dengan Momentia Pictures.
Cast:
Cheverly Amalia sebagai London
Gading Marten sebagai Candra / Sandra
Abdurrahman Arif sebagai Camel
Sabrina Athika sebagai Vira / Virginia
Pierre Gruno
Barry Prima
Director:
Merupakan film kedua Allo Geafarry setelah Anak Setan tahun lalu itu.
Comment:
Terlepas dari konsep yang sedikit carut marut, saya tetap menganggap ini sebuah “film”. Diartikan saja menjadi dua plot utama dan plot tambahan. Plot utama mengenai seorang gadis yang sepintas terlihat sempurna hidupnya didampingi oleh asisten bancinya yang sebenarnya seorang pria yang mencintainya. Plot tambahannya tentang dua orang “kampung” yang punya mimpi di kota Metropolitan. Kita akan melihat kedua plot tersebut silih berganti walau porsinya sangat tidak sebanding.
Sutradara Allo berusaha menyajikan setting Jakarta yang terkesan megah dan menjadi impian para pendatang. Sayang sekali hanya Tugu Monas yang ditampilkan disini sebagai latar belakangnya, bukan hanya sekali tapi berkali-kali sampai penutupan film juga! Setting tersebut kemudian ditegaskan lagi dengan perbedaan miskin dan kaya, mulai dari rumah elite London hingga rumah kumuh Virginia.
Gading yang paling berpengalaman di dunia akting malah terkesan under perform. Saya tidak menangkap “tujuan” utamanya menjadi banci untuk mendapatkan cinta tetapi lebih ke ekspresi diri untuk menjadi pendamping superstar (baca: sahabat). Entah skrip yang mengharuskan begitu atau ia yang kurang eksplorasi. Abdurrahman dan Sabrina sebagai “second layer” juga kurang mendapat karakterisasi yang kuat selain dialek Sunda yang juga kurang kental. Cita-cita keduanya seakan tidak memiliki motif yang jelas untuk diraih dengan gigih. Nama-nama lawas seperti Barry dan Pierre pun seakan tempelan belaka plus beberapa cameo terkenal yang bisa dengan mudah anda sebutkan.
Kita sampai pada paragraf akhir sekaligus inti dari review saya kali ini. Bisa dikatakan nyaris tanpa promosi samasekali, film ini merupakan ONE WOMAN SHOW dari seorang Cheverine Amalia. Lihat bagaimana ia tampil sebagai gadis cantik dan stylish dengan berbagai peran dalam hidupnya yang digambarkan serba sempurna mulai dari artis, model, entrepreneur, sosialita, produser dsb. Dan memang dalam produksi film ini juga ia memegang lebih dari tiga jabatan sekaligus. Bisa dilihat dengan mata kepala anda sendiri saat credit title bergulir. Apakah London Virginia ini proyek yang menjadi obsesi terpendamnya? Hanya ia sendiri yang mampu menjawabnya dan anda yang menilainya kelak.
Durasi:
90 menit
Overall:
6.5 out of 10
Movie-meter:
6-sampah!
6.5-jelek ah
7-rada parah
7.5-standar aja
8-lumayan nih
8.5-bagus kok
9-luar biasa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar