Tagline:
Given the right address, anything is possible.
Storyline:
Tyler seringkali menulis surat untuk Tuhan. Topiknya pun berlainan mulai dari ibunya Maddy yang selalu khawatir padanya, kakaknya Ben yang terkadang marah padanya, sahabatnya Sam yang perhatian padanya hingga harapan-harapan indah bagi orang-orang di sekitarnya. Adalah seorang tukang pos pengganti, Brady yang menjadi pemabuk akibat ditinggalkan istri dan anaknya. Menerima surat Tyler di tangannya dan membacanya satu persatu, Brady mulai sadar akan kekeliruannya. Kini ia siap membantu Tyler untuk menyentuh setiap orang akan ketegaran dan keceriaannya yang sangat inspiratif itu.
Nice-to-know:
Didistribusikan oleh Golden Village Pictures, Vivendi Entertainment, Eagle Films, IPA Asia Pacific untuk peredaran internasionalnya.
Cast:
Lebih banyak bermain di serial televisi sebelumnya termasuk The Mentallist, Robyn Lively bermain sebagai Maddy Doherty
Sedang menyelesaikan The Hangover 2 saat ini, aktor cilik bernama Tanner Maguire ini berperan sebagai Tyler Doherty
Jeffrey Johnson sebagai Brady McDaniel
Michael Bolten sebagai Ben Doherty
Maree Cheatham sebagai Olivia
Bailee Madison sebagai Samantha Perryfield
Ralph Waite sebagai Cornelius Perryfield
Director:
David Nixon yang sebelumnya menggarap Making Waves (1998) kali ini dibantu oleh Patrick Doughtie.
Comment:
Sejak awal film ini memiliki misi tersendiri yaitu memerangi kanker sekaligus mengajak para penderitanya untuk tetap tabah dan optimis. Belum lagi dibalut dengan pesan agama yang ditampilkan secara universal meskipun dari sudut pandang Kristen sekalipun. Wajar bukan jika seseorang dilanda kesulitan seringkali imannya diuji habis-habisan. Jika anda langsung menyimpulkan film ini berat begitu membaca beberapa kalimat pertama review saya ini jangan salah. Anda akan diajak untuk mengikuti kisah menyentuh helai per helai, nyaris tidak terasa dan samasekali tidak menggurui.
Sentralisasi cerita berada di tangan Tyler Doherty yang dihidupkan dengan sangat brilian oleh Tanner Maguire. Ia mampu memberikan "tongkat estafet" kepada orang-orang di sekitarnya untuk terinspirasi dan memulai kisahnya sendiri-sendiri mulai dari ibunya, kakaknya, sahabat, tetangganya dll. Tidak heran jika namanya akan sering terdengar di kemudian hari. "Surat Untuk Tuhan" bisa jadi sebuah simbolisasi untuk menuntun kepercayaan kita masing-masing. Jika anda tidak mampu berkomunikasi lisan dengan Tuhan anda, mengapa tidak coba menuangkannya dalam tulisan?
Terlepas dari biaya produksi yang sangat rendah, Letters to God berhasil memaksimalkan segala keterbatasan yang dimilikinya. Hal ini sekaligus menjawab anggapan bahwa tampilan film ini seperti film televisi atau direct-to-dvd. Namun jajaran cast yang nama-namanya hampir tidak pernah terdengar itu mampu menyuguhkan kualita akting yang demikian baik. Berbagai lagu yang menjadi theme songnya mampu merangkai scene per scene dengan pas termasuk Dear Mr. God dari the Warren Brothers dan juga kinerja Seattle Symphony Orschestra. Skrip yang ditulis oleh Doughtie tidak terkesan natural tanpa tumpang tindih antar subplotnya, menyatu padu dengan gaya penyutradaraan Nixon yang sendu. Jangan anggap film produksi Mercy Creek Entertainment dan Possibility Pictures ini sebagai film religius seperti judulnya. Maknanya lebih jauh dari itu dan saya harus akui saya menitikkan air mata menyaksikannya. Siap untuk tersentuh juga akan film yang terinspirasi dari kehidupan Patrick Doherty yang meninggal di usia 10 tahun?
Durasi:
105 menit
U.S. Box Office:
$2,848,578 till end of Jun 2010
Overall:
7.5 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
Tidak ada komentar:
Posting Komentar