Quotes:
Kevin Carter: They're right. All those people who say it's our job to just sit and watch people die. They're right.
Storyline:
Didasarkan pada kejadian nyata sewaktu hari-hari terakhir apartheid di Afrika Selatan. Greg berangkat sendirian untuk kemudian bergabung dengan tiga fotografer lainnya yang sudah lebih dulu disana yakni Kevin, Ken dan João. Hasil jepretan mereka diseleksi oleh editor cantik, Robin untuk kemudian dibayar tinggi setelah dimuat dalam majalah. Greg dan Robin menjalin hubungan istimewa hingga menjadi saksi pergeseran makna hidup yang dialami empat fotografer tersebut.
Nice-to-know:
Diproduksi secara keroyokan oleh Foundry Films, Harold Greenberg Fund, Instinctive Film dan Out of Africa Entertainment
Cast:
Terakhir bermain dalam Franklyn dan Stop-Loss di tahun 2008, Ryan Phillippe berperan sebagai Greg Marinovich
Karirnya meningkat paska Watchmen (2009), Malin Akerman kebagian tokoh Robin Comley
Taylor Kitsch sebagai Kevin Carter
Frank Rautenbach sebagai Ken Oosterbroek
Neels Van Jaarsveld sebagai João Silva
Director:
Merupakan feature film debut bagi Steven Silver yang asli Afrika Selatan ini.
Comment:
Film yang premierenya dilangsungkan di Toronto International Film Festival pada tanggal 15 September 2010 yang lalu ini hanya rilis terbatas di beberapa negara dengan judul berbeda-beda. Di Indonesia masuk lewat jaringan bioskop Blitzmegaplex menggunakan judul yang sama dengan Yunani. Sedangkan di Brazil memakai Repórteres de Guerra, Perancis dengan titel Shots of War serta The Hidden War di Swedia.
Film yang diangkat dari novel karangan Greg Marinovich dan João Silva ini diterjemahkan langsung oleh sutradara Steven Silver dalam bentuk screenplay. Bukan pekerjaan yang mudah untuk ukuran buku sulit seperti itu tetapi Silver sendiri berkebangsaan Afrika Selatan sehingga sedikit banyak mengetahui sejarah hitam yang terjadi disana. Belum lagi fakta bahwa ia sudah pernah menggarap beberapa dokumenter televisi sebelumnya yang rata-rata bertemakan peperangan dan kemanusiaan.
Kuartet Phillippe, Kitsch, Rautenbach, Van Jaarsveld bermain kompak sebagai empat orang fotografer berani mati. Menarik melihat kinerja kamera yang secara dinamis bergerak mengekspos mereka dengan penekanan cara pandang yang berbeda-beda satu sama lain. Porsi terbesar dipercayakan pada Phillippe dan Kitsch yang bertalenta lebih dalam pendekatan fotonya. Lihat bagaimana permainan nasib mereka silih berganti mengikuti roda kehidupan terutama dalam Pulitzer Prize dan segala “efek samping”nya.
Beberapa aktor Afro-Amerika yang mendukung film ini juga tampil mengesankan untuk menegaskan sisi emosional yang nyata sesuai apa yang dialami warga setempat pada waktu itu. Kehadiran sang editor majalah, Akerman sebagai front lady juga memberikan keseimbangan yang tepat bagi tokoh Greg yang berangkat dari nol hingga karakternya dapat terbentuk sedemikian rupa. Narasi tertulis sebelum credit title bergulir dijamin akan menggelitik akal sehat anda akan resiko profesi yang begitu tinggi.
The Bang Bang Club menghadirkan banyak gambar statik maupun bergerak yang cukup mengenaskan untuk dicerna dengan mata telanjang, terlebih menit ke-77 dst yang menggetarkan jiwa dan hati nurani siapapun yang menyaksikannya. Conflict interest yang disajikan dengan cukup sederhana dari sudut pandang yang tidak biasa itu pada akhirnya akan meninggalkan banyak pertanyaan mengenai moral dan etik di dalam benak penonton terutama bagi mereka yang menggemari fotografi.
Durasi:
100 menit
Overall:
7.5 out of 10
Movie-meter:
Notes:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
1 komentar:
tadinya tertarik nih nonton film ini karena premis yang menjanjikan dan unik. thanks loh atas ulasannya. senin berangkat! (nunggu murah ;p)
salam dari tiketbioskop.blogspot.com
Posting Komentar