Sabtu, 30 Mei 2009

TERMINATOR SALVATION : Masa Depan Manusia Melawan Revolusi Mesin

Quotes:
John Connor-[to Marcus] You and me, we've been at war since before either of us even existed. You tried killing my mother, Sarah Connor. You killed my father, Kyle Reese. You will not kill me!

Cerita:
Tahun 2018, John Connor sudah ditakdirkan memimpin umat manusia melawan Skynet dan jaringan Terminatornya. Kehadiran sesosok pria yang lupa segalanya, Marcus Wright membuat John bingung dengan masa lalunya sekaligus masa depan bangsanya terlebih setelah mendengarkan suara tape rekaman ibunya, Sarah Connor yang menyatakan ayah John adalah Kyle Reese yang mungkin saja berusia lebih muda darinya! Selagi Skynet mempersiapkan pasukan T800 yang tangguh, John dan Marcus akhirnya berkolaborasi menembus jantung area operasional Skynet untuk membuka tabir rahasia mengerikan yang bisa menghancurkan umat manusia.

Gambar:
Sebagian besar bersetting di New Mexico, USA. Suasana kehancuran di tengah gurun yang gersang mendominasi hampir seluruh scene film.

Act:
Christian Bale memantapkan posisinya sebagai aktor papan atas Hollywood masa kini setelah sukses menjadi Bruce Wayne alias Batman versi baru. Dalam Terminator : Salvation, Bale menjadi John Connor, pemimpin pemberontakan terhadap mesin yang tangguh sekaligus cerdas.
Aktor Australia, Sam Worthington memulai debut yang cukup berarti dalam Hart's War (2002). Kali ini bermain sebagai Marcus Wright, manusia setengah cyborg yang sudah diprogram untuk menuntaskan misinya.
Tiga aktris cantik turut mendukung film ini yakni Moon Bloodgood sebagai Blair Williams, Bryce Dallas Howard sebagai Kate istri John Connor dan Helena Bonham Carter sebagai antagonis Dr. Selena Kogan.

Sutradara:
Penulis, produser sekaligus sutradara bernama singkat McG ini memulai debut penyutradaraannya dalam Charlie's Angels (2000). Meski belum terlalu banyak filmografinya, ia dipercaya menangani installment keempat Terminator ini. Pilihan yang tidak salah karena McG berhasil membangun film aksi yang baik.

Komentar:
Kisah Terminator yang sudah sangat melegenda dari awal tahun 1990an rasanya sulit dibayangkan masih mampu bertahan dengan sekuel-sekuelnya hingga saat ini. Tapi itulah yang terjadi. Banyak yang mengatakan Salvation hanyalah tambal sulam pengulangan dari apa yang sudah pernah ditampilkan pendahulunya. Terbukti dari rentang waktu yang tidak konsisten sejak seri pertamanya terutama garis lurus Sarah Connor-John Connor-Kyle Reese yang terkesan dipaksakan. Meski demikian T4 ini masih sanggup menghibur, memacu jantung dengan action tingkat tinggi mengenai peperangan manusia melawan mesin di masa mendatang. Tambahan lagi, cast yang memasang nama Bale rupanya tidak mengecewakan karena ia tampil total disini. Juga kemunculan tokoh Marcus Wright yang sedikit memunculkan twist di ending merupakan suatu inovasi baru. Tidak perlu berpikir jauh apalagi sampai menganalisa saat menyaksikan Salvation, nikmati saja spesial efek, adegan laga, kejutan-kejutan yang coba ditampilkannya.

Durasi:
110 menit

U.S. Box Office:
$65,316,217 in opening May 2009

Overall:
7.5 out of 10

Penilaian:
Karya seni ga boleh dibawah 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!

Jumat, 29 Mei 2009

VIRGIN 2 : Mozaik Kisah Pergaulan Remaja Putri Metropolitan

Tagline:
From Innocence To Brutality. Striking And Original Busting Version.

Cerita:
Tina diusir dari rumah karena dianggap menggoda pacar baru ibunya. Tidak cukup menderita, Tina malah diperkosa Yama, kenalan sahabatnya di suatu diskotik dan kemudian dijual ke beberapa lelaki hidung belang dalam semalam! Nasib mempertemukannya dengan Nadya yang tengah hamil muda dimana kekasihnya mendekam di penjara. Nadya juga terjebak dalam hubungan sesama jenis yang membuatnya membutuhkan biaya besar. Bagaimana sepak terjang Tina dan Nadya selanjutnya menghadapi ganasnya pergaulan metropolitan?

Gambar:
Visual retro berhasil ditampilkan dengan pencahayaan biru kelam yang temaram dalam suasana malam.

Act:
Christina Santika sebagai Tina yang lugu dimana sering membuatnya berada dalam situasi yang tidak menguntungkan.
Joanna Alexandra sebagai Nadya yang terpaksa melakukan secara cara untuk mendapatkan uang demi menolong dirinya sendiri dan orang lain yang dicintainya.
Yama Carlos sebagai Yama yang kejam dan juga mucikari independen khusus gadis belia.

Sutradara:
Nayato Fio Nuala yang berjanji menghasilkan karya yang di atas standar jika menggunakan (konon) nama aslinya itu kembali mengangkat drama remaja rumit nan tragis selayaknya yang pernah ditampilkannya dalam Butterfly.

Komentar:
Berusaha tapi tidak cukup berusaha. Dari segi plot cerita sepertinya tidak ada yang baru meski tidak menutup kemungkinan menjadi spesial jika dieksplorasi dengan tepat. Banyak hal yang tidak terjelaskan sebab musababnya dengan masuk akal. Penderitaan karakter di film seakan menular pada penonton yang juga menderita menyaksikan film ini yang terus terang saja seperti kehilangan fokus dari awal sampai akhir. Digadang-gadang bisa menjadi panutan remaja metropolitan dewasa ini? Rasanya belum tepat karena bisa jadi malah menginspirasi mereka terhadap hal-hal tabu yang ditampilkan. Satu hal lagi, "kelamnya" Virgin tidak bisa disaingi (konon) sekuelnya ini yang mengambil sub judul: Bukan Film Porno. Apa maksud?

Durasi:
85 menit

Overall:
6.5 out of 10

Penilaian:
Karya seni ga boleh dibawah 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!

Kamis, 28 Mei 2009

POCONG KAMAR SEBELAH : Saat Pocong Bisa "Bertingkah"

Cerita:
Felisa menempati tempat kos barunya dengan perasaan sedikit ganjil karena Ibu Ratmi sang pemilik kos selalu mengingatkannya untuk tidak membuka pintu kamar sebelahnya yang terkunci rapat. Kos tersebut sangatlah sunyi karena cuma dihuni oleh cucu Ibu Ratmi, Randy yang hobi memakai digicam dan mahasiswa keren, Marvin. Karena suatu hal, Felisa tidak sengaja membuka pintu kamar sebelahnya tersebut yang mengakibatkan arwah penasaran terlepas. Mereka berempat pun bergantian mengalami teror pocong yang menyeramkan. Siapa sesungguhnya arwah tersebut dan apa yang diinginkannya?

Gambar:
Suasana kos yang sunyi modern cukup membangkitkan suasana horor dalam berbagai sudut.

Act:
Tidak ada yang bermain spesial di film ini selain bertujuan menghabiskan roll film saja.
Rahma Azhari sebagai Felisa.
Reza Pahlevi sebagai Randy yang nerd.
Andrew Roxburgh sebagai Marvin.

Sutradara:
Ian Jacobs yang merupakan nama lain Nayato masiihh dengan formula yang sama dengan bintang yang berbeda. Kali ini dia menggaet si seksi Rahma Azhari untuk "berakting" di film garapannya. Hm, apa sih sebenarnya yang mau dijual?

Komentar:
Satu-satunya kesan saya menyaksikan film 80 menit yang tidak penting ini? Ternyata pocong bisa juga "bertingkah". Mulai dari jongkok, ngesot, ngintip, meliuk, membungkuk, menerjang, mengambang bahkan di beberapa scene terlihat bisa melepaskan kain kafannya. Visualisasi yang sebenarnya dirancang menyeramkan malah menjadi irasional dan cenderung lucu. Aneh? Pastinya..

Durasi:
80 menit

Overall:
6 out of 10

Penilaian:
Karya seni ga boleh dibawah 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!

Rabu, 27 Mei 2009

THE MERRY GENTLEMAN : Interaksi Tak Biasa Pembunuh Bayaran dan Saksinya

Quotes:
Frank Logan-I found a girl under a tree.
Kate Frazier-Sorry?
Frank Logan-You find presents under a tree. I found a girl.
Kate Frazier-You must have been a very good boy.

Storyline:
Kate pergi ke Chicago untuk melarikan diri dari suaminya yang suka menyiksa, Michael. Disana ia memulai hidup baru yang tenang dengan bekerja dan berkawan dengan orang-orang di sekitarnya. Pada malam Natal, tanpa sengaja Kate menggagalkan niat Frank Logan, seorang pembunuh bayaran yang kesepian. Kasus Frank tengah diusut oleh Detektif Dave yang juga sering meminta keterangan dari Kate. Kini Kate pun terjalin dalam kehidupan Frank dan Dave yang menaruh hati padanya dengan cara yang berlainan. Disamping itu, suaminya Michael juga menginginkannya kembali. Bagaimana Kate menyikapi semua itu?

Nice-to-know:
Sama halnya dengan Michael Keaton yang merangkap, Tom Bastounes pemeran Detektif Dave juga bertindak sebagai produser dalam film yang menghabiskan waktu syuting 26 hari ini.

Cast:
Absen dua tahun setelah The Last Time (2006), Michael Keaton kembali sebagai sutradara sekaligus aktor Frank Logan, pembunuh bayaran yang kesepian dan bersimpati pada seorang gadis baik hati.
Aktris Inggris ini sebelumnya mendukung No Country For Old Men (2007), Kelly Macdonald disini bermain sebagai Kate Frazier, wanita yang lari dari suaminya dan bertekad menjalani kehidupan baru.
Tom Bastounes sebagai Detektif Dave Murcheson.
Bobby Cannavale sebagai Michael.

Director:
Debut penyutradaraan pertama bagi Michael Keaton yang telah membintangi lebih kurang 50 judul film.

Comment:
Setelah menyaksikan film ini, rasanya hampir semua penonton mau mengakui jika Keaton memiliki bakat dalam menyutradarai. Meskipun ia hanya dalam posisi "pengganti" Ron Lazzaretti yang seharusnya menggarap setelah menulis naskahnya, Keaton mampu menghadirkan sebuah drama pembunuh bayaran dan saksinya dengan gaya yang berbeda. Selain itu ia juga memerankan karakter Frank Logan dengan kunci "lemah" dalam arti yang positif yakni moral yang ia sendiri ragu memilikinya setelah berbagai kejahatan yang ia lakukan. Sedangkan Macdonald juga bersinar sebagai Kate. Aksen Skotlandia nya terdengar menarik disini berbaur pas dengan sisi kewanitaan lembut yang dibawakannya. Bastounes juga cukup baik bermain sebagai Detektif Dave yang memiliki rasa penasaran yang tinggi sekaligus ingin melengkapi apa yang kurang dalam hidupnya. Sayangnya Cannavale yang berbakat tidak memiliki banyak kesempatan tampil sebagai Michael disini.
Jalinan cerita film ini sebetulnya bisa saja diarahkan sebagai aksi seru yang melibatkan banyak darah dan adegan kejar mengejar. Namun yang terjadi adalah sebuah drama yang kalem dalam bertutur sambil mengambil waktu untuk mengungkap kejutan demi kejutan dalam setiap scenenya jadi lupakan sejenak karya-karya Guy Ritchie atau Quentin Tarantino yang keras. Mungkin bagi sebagian besar orang akan menganggapnya membosankan tetapi percayalah pengecualian terkadang bisa jadi alternatif yang menarik.
The Merry Gentleman lebih banyak mengupas sisi hubungan antar manusia. Bagaimana interpersonal seseorang terkadang begitu sulit diterjemahkan dalam sikap dan kata-kata sehingga mendapatkan arti yang benar-benar berbeda. Kate yang dilema untuk mengatasi hubungannya dengan kaum lelaki, Frank yang rapuh dan bimbang dalam mencari arti hidup yang diinginkannya, Dave yang berniat baik tapi salah dalam menyampaikannya. Ketiganya menciptakan chemistry yang menarik mengenai orang-orang yang tertekan dalam hidupnya. Sebuah tontonan yang berbeda dengan kualitas tersendiri!

Durasi:
90 menit

U.S. Box Office:
$74,981 till May 2009 (limited screens).

Overall:
7.5 out of 10

Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent

Selasa, 26 Mei 2009

WAITRESS : Getirnya Romansa Hidup Pembuat Pie Cekatan

Quotes:
Dr. Pomatter-So, what seems to be the problem?
Jenna-I seem to be pregnant
Dr. Pomatter-Congratulations!
Jenna-Thanks, but I'm not so happy about it like everybody else might be. I'm having the baby and that's that.

Cerita:
Jenna, seorang pelayan di kota kecil dengan impian besar, mempunyai bakat khusus dalam membuat pie. Ia mempunyai ambisi rahasia untuk memenangkan kontes berhadiah $25.000 supaya dapat meninggalkan suaminya yang jahat, memulai toko pie sendiri dan mengubah hidupnya. Sebuah pertemuan tak terduga dengan dokter muda, Jim menambah bahan yang tepat untuk membantu Jenna menemukan kebahagiaan yang sesungguhnya.

Gambar:
Bersetting di Halfway House Cafe, Saugus, California yang menyediakan pie lezat nan memanjakan mata dengan warna dan rasa yang terlihat sangat memikat.

Act:
Aktris cantik yang mulai dikenal setelah membintangi Honey I Blew Up The Kid (1992), Keri Russell sebagai Jenna yang bingung akan hidupnya sendiri karena situasi di sekelilingnya yang tidak menguntungkan.
Pernah mendukung Slither (2006), Nathan Fillion kali ini bermain sebagai Dr. Jim Pommater yang sepintas memiliki kehidupan bahagia tapi ternyata merasa hampa.
Ikut bermain dalam Wrong Turn (2003), Jeremy Sisto berperan sebagai suami yang emosional dan posesif disini.
Cheryl Hines dan Adrienne Shelly tampil kompak sebagai dua sahabat Jena yaitu Becky dan Dawn yang unik karakternya.

Sutradara:
Nama Adrienne Shelly memang belum terlalu dikenal. Sayangnya Waitress menjadi karya terakhirnya karena ditemukan meninggal oleh suaminya di bak mandi apartemen mereka. Awalnya disinyalir bunuh diri tapi kemudian ditutup sebagai kasus pembunuhan oleh seorang imigran ilegal yang bekerja pada Shelly.

Komentar:
Film yang sebetulnya cukup baik kualitasnya tapi tidak mendapat sorotan yang semestinya. Dari segi cerita sangat personal dan menyentuh, meski kadang seperti kebingungan mau dibawa fun romantic comedy atau bitter drama. Pemainnya bermain gemilang karena berhasil menciptakan mood yang wajar dan pas porsinya sepanjang film. Gambaran beragam pie dengan nama-namanya yang unik menjadi daya pikat tersendiri. Yah overall anggap saja Waitress sebuah flick yang bisa menjadi cerminan dalam hidup anda yang bersiap memasuki kehidupan berpasangan!

Durasi:
105 menit

U.S. Box Office:
$19,067,631 till Oct 2007

Overall:
7 out of 10

Penilaian:
Karya seni ga boleh dibawah 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!

Senin, 25 Mei 2009

KILLSHOT : Suami Istri Target Duet Pembunuh Kejam

Tagline:
Yesterday she was a witness. Today she's a target.

Storyline:
Si Burung Jalak dan rekannya Richie seringkali main hakim sendiri saat ditugaskan bos mafia mereka. Pembunuhan demi pembunuhan keji terus dilakukan walau di luar target yang seharusnya. Beberapa waktu lalu pernah menyaksikan langsung kekejaman Richie, Carmen Colson dan suaminya Wayne ditempatkan di St Missouri dengan identitas baru oleh Departemen Perlindungan Saksi. Ketika Carmen berpikir mereka berdua telah aman, Si Burung Jalak yang jago tembak dan Richie sang psikopat muda pembunuh mulai mengintai. Akankah keduanya selamat dari target pembunuhan?

Nice-to-know:
Tanggal rilis film ini berubah beberapa kali dikarenakan sejumlah pengambilan ulang gambar dari versi originalnya yang selesai Januari 2006.

Cast:
Di tahun yang sama mendapat nominasi Oscar Aktor Terbaik dalam The Wrestler, Mickey Rourke bermain sebagai pembunuh senior yang berdarah dingin.
Aktris senior ini memperoleh satu-satunya nominasi Oscar Aktris Pembantu Terbaik dalam Unfaithful (2002), Diane Lane kali ini kebagian karakter Carmen yang tidak sengaja menyaksikan pembunuhan hingga nyawanya terancam.
Sebelum ini terlibat dalam film panjang Mutant Chronicle dan film pendek The Butler's In Love, Thomas Jane berperan sebagai Wayne yang harus sigap melindungi diri dari ancaman pembunuh.
Joseph Gordon-Levitt sebagai Richie
Rosario Dawson sebagai Donna

Director:
John Madden sempat meraih nominasi Sutradara Terbaik dalam Academy Awards 1999 lewat Shakespeare In Love (1998).

Comment:
Diangkat dari novel Elmore Leonard, skripnya dikerjakan oleh Hossein Amini dan sang sutradara sendiri John Madden. Hasilnya cenderung gagal menurut saya! Tema serupa sudah beratus ribu kali diangkat baik lewat layar lebar maupun layar kaca. Dan itulah yang menjadikan film layar lebar ini patut dikonsumsi langsung di layar kaca lewat media digital video disc ataupun home video. Apa sebab? Harus diakui jajaran cast nya menjanjikan. Siapa yang tidak mengenal nama-nama macam Jane, Lane, Rourke, Gordon-Levitt, Dawson, Holbrook. Dan kesemuanya menampilkan kualita akting khas yang cukup mumpuni. Hanya saja jatuhnya menjadi sia-sia karena penokohannya sendiri agak berantakan, lebih dikarenakan konstruksi cerita yang tidak pada tempatnya. Prolog film yang cukup menarik menjadi terdegradasi di pertengahan dan hancur lebur di epilognya. Bagaimana duet maut Blackbird dan Richie menjadi begitu mentah pada akhirnya. Pelarian suami istri Wayne dan Carmen dengan identitas baru juga terasa menggampangkan logika apalagi keduanya tetap terancam bahaya juga.
Awalnya saya penasaran dengan film aksi ini tapi melewatkannya di bioskop hingga baru menonton di dvdnya nyaris beberapa tahun sebelumnya. Sempat tersiar kabar, kualitas tampilan gambar film ini mengalami penurunan di videonya. Entahlah tapi bisa jadi karena mata saya terasa mengantuk dengan editing yang tidak mulus dan visualisasi yang buram tidak konsisten. Sebetulnya Killshot memiliki bumbu yang baik tetapi dimasak dengan tidak tepat, bahkan oleh sutradara sekelas Madden. Oh well!

Durasi:
95 menit

U.S. Box Office:
$17,007 till end of Feb 2009.

Overall:
6.5 out of 10

Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent

Minggu, 24 Mei 2009

NIGHT AT THE MUSEUM 2 : Petualangan Baru Di Museum Yang Lebih Besar

Quotes:
Kah Mun Rah-I have come back to life!
Larry Daley-No, I heard that. I got that. Welcome back.

Cerita:
Ketika Museum Sejarah Nasional ditutup untuk renovasi dan perbaikan, segala isinya harus dipindahkan ke Museum Washington yang jauh lebih besar termasuk di dalamnya Institusi Smithsonian yang berisikan lebih dari 136 juta koleksi mulai dari wanita penerbang pertama, Amelia Earhart hingga bandit ternama, Al Capone! Kali ini Larry Daley yang awalnya tidak diijinkan berada disana, nekad mencuri ID seorang penjaga untuk menuntaskan tanggungjawab yang diberikan padanya mengamankan miniatur sahabat-sahabatnya. Sialnya ternyata lempengan tablet ajaib turut membangunkan seluruh isi museum termasuk Kahmunrah, Pharaoh jahat yang berniat menguasai dunia. Apakah dengan bantuan teman-temannya, Larry berhasil menguasai situasi yang semakin kacau tersebut?


Nice-to-know:
"American Gothic" dan "Nighthawks" di Art Institute of Chicago, "The Thinker" di Musee Rodin - Paris, "Venus Italica" di North Carolina Museum of Art, Degas ballerina di Royal Academy - London adalah sebagian lokasi nyata yang digunakan film ini. Keseluruhan syuting dilakukan di Canada, New York dan Washington.

Cast:
Memulai karir layar lebar di usia 22 tahun dalam Shoeshine (1987), Ben Stiller adalah salah satu komedian top Hollywood saat ini termasuk kedua kalinya ia berperan sebagai si penjaga museum, Larry Daley.
Melejit lewat Enchanted (2007), Amy Adams disini bermain sebagai Amelia Eartheart, wanita penerbang pertama yang melintasi lautan Pasifik.
Owen Wilson, Hank Azaria, Robin Williams, Steve Coogan melanjutkan karakter Jedediah, Kahmunrah/The Thinker/Abe Lincoln, Teddy Roosevelt dan Octavius.

Director:
Melanjutkan dua kesuksesannya di tahun 2006 yaitu The Pink Panther dan episode pertama Night At The Museum yang fenomenal itu, Shawn Levy yang asli Kanada ini ditunjuk kembali untuk menangani sekuelnya yang bersubtitel Battle Of The Smithsonian.


Comment:
Trailernya memang menjanjikan. Selain fakta bahwa film pertamanya lucu, kreatif dan menghibur. Namun keraguan kualitas sekuel yang baik selama ini memang menghantui film apapun juga. Premis awalnya hanyalah pemindahan skala ke yang lebih besar. Konfliknya kurang lebih sama dengan kehadiran pihak antagonis yang lebih kuat. Apakah ini berarti sang penulis kehabisan ide? Beruntung pengembangan semua karakternya memang mendapat porsi yang seimbang dan saling bersinergi untuk menghadirkan lelucon. Dari segi cast, tidak banyak perubahan yang dilakukan Stiller terhadap peranannya. Namun tidak halnya dengan Azaria yang tampil brilian disini dengan tiga karakter penting yang dimainkannya. Adams juga memikat dengan rambut merah dan kostumnya yang gagah itu. Beruntung sang sutradara masih mempersenjatai sekuel ini dengan spesial efek yang rapi dan juga background musik yang menarik. Kesimpulan akhirnya, Battle Of The Smithsonian ini tetap mempertahankan konsep film keluarga yang bisa dinikmati orang dewasa dan anak-anak. Jika memang masih dibuat sekuel keduanya di masa mendatang, semoga lebih baik lagi.

Durasi:
105 menit

U.S. Box Office:
$177,233,619 till Oct 2009

Overall:
7 out of 10

Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!

Sabtu, 23 Mei 2009

MY BLOODY VALENTINE : Dendam Pekerja Tambang Psikopat

Quotes:
Burke-[to a crime scene corpse] Happy fucking Valentine's Day.

Cerita:
Pertambangan Hanniger runtuh, lima orang tewas dan satu orang bernama Harry Warden dalam keadaan koma. Diduga Harry menjadi gila dan membantai rekan-rekannya untuk menghemat persediaan air. Setelah terbangun, Harry kembali "berulah" dan melarikan diri dari rumah sakit tepat pada saat hari Valentine. Di lain tempat, empat muda-mudi Axel dan pacarnya Irene menunggu kedatangan teman mereka Sarah dan pacarnya Tom di perayaan Valentine's Day yang diadakan di pertambangan Hannigan yang terbengkalai. Mudah ditebak, Harry muncul dan menghabisi kawanan anak SMU tersebut. Empat sekawan itu kemudian berpisah..Sepuluh tahun berlalu, Axel telah menjadi sheriff setempat dan menikah dengan Sarah. Tidak dinyana Tom kembali ke kota itu setelah kematian ayahnya. Legenda Harry Warden yang terkubur lama tiba-tiba mencuat kembali. Tragedi pembantaian pun terulang kembali. Benarkah sesungguhnya Harry masih hidup?

Gambar:
Mengambil set di Pennsylvania dengan dominan waktu malam hari. Ketenangan kota dan tambang yang terbengkalai disyut dengan baik.

Act:
Terkenal sebagai Dean Winchester dari serial teve sukses Supernatural, Jensen Ackles merambah layar lebar dalam film ini dengan berperan sebagai Tom Hannigan yang berusaha meneruskan pertambangan ayahnya yang pernah terjadi tragedi.
Memulai debut layar lebar di tahun 2001 dalam 3 film yaitu Happy Campers, Blow dan Pearl Harbor, Jaime King kebagian karakter Sarah yang berusaha mencari tahu latar belakang apa yang membuat Harry Warden seakan kembali setelah sepuluh tahun.
Pernah mendukung thriller remaja hit Final Destination (2000), Kerr Smith kali ini bermain sebagai sheriff Axel yang menyimpan "rahasia" terhadap istrinya sendiri yang notabene mantan kekasih sahabatnya dahulu.

Sutradara:
Angkat nama setelah membesut Dracula 2000 dan dua sekuelnya, Patrick Lussier boleh diacungi jempol atas inovasinya menciptakan 3D horor pertama di Hollywood tanpa kehilangan sentuhan ketegangan dan kesadisan.

Komentar:
Remake dari film berjudul sama di tahun 1981. Sebetulnya tidak ada yang baru yang ditawarkan film ini, plot serupa dengan yang kita saksikan dalam Friday The 13th ataupun Halloween tetapi yang membuatnya cukup mengesankan adalah aspek 3-D yang cukup detail dan terorganisir dengan baik mulai dari awal sampai akhir film. Beberapa adegan sadis yang berlumur darah mungkin akan sulit dicerna mata karena sangat mengerikan. Akting pemain cukup standar. Cerita agak sedikit dipaksakan tapi masih bisa diterima karena tetap berusaha menyembunyikan twist di ending. Bagi anda penikmat thriller remaja khas 80an, jangan lewatkan My Bloody Valentine dan persenjatai mata anda dengan kacamata tiga dimensi yang membuat semuanya seakan nyata di hadapan anda!

Durasi:
100 menit

U.S. Box Office:
$51,527,787 till March 2008

Overall:
7.5 out of 10

Penilaian:
Karya seni ga boleh dibawah 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!

Jumat, 22 Mei 2009

TOKYO GORE POLICE : Polisi Wanita Kembalikan Masa Depan Tokyo

Tagline:
Tokyo Is Burning.

Storyline:
Berlatar belakang dunia masa depan di Tokyo dimana polisi telah disingkirkan dan kepahitan kehancuran diri menjadi peristiwa yang biasa. Ini adalah kisah tentang seorang samurai wanita, Ruka dan misinya untuk membalas dendam atas pembunuhan ayahnya di masa silam. Ruka adalah seorang polisi yang bertujuan menghancurkan mutan-mutan manusia yang dikenal sebagai "insinyur" yang memiliki kemampuan untuk mengubah semua bentuk luka menjadi senjata untuk dirinya.

Nice-to-know:
Memenangkan gelar Film Terbaik pada Festival Film Fant-Asia 2008.

Cast:
Mulai dikenal sejak membintangi Audition (1999), Eihi Shiina bermain sebagai Ruka, polwan tangguh pantang menyerah menegakkan keadilan.

Director:
Merupakan film keempat bagi Yoshihiro Nishimura sejauh ini setelah debut awalnya di Anatomia Extinction (1995).

Comment:
Melihat poster dan premisnya, saya cukup antusias dengan film ini. Meskipun melewatkan penayangannya di Blitz Megaplex dan membeli dvd originalnya saat obral, saya tetap menyaksikannya juga. Namun setelah beberapa menit berlalu, rasanya ekspektasi saya sedikit meleset. Dikategorikan sebagai sains fiksi action horor, film ini menawarkan bergalon-galon darah yang memancar dari anggota tubuh yang terpotong ataupun tampilan manusia (lebih tepat disebut makhluk) yang aneh dengan tanduk, tangan bergigi dsb. Semua itu jujur membuat saya off dan bingung dengan suguhan yang menjijikkan tersebut. Plotnya sendiri sebetulnya imajinatif tetapi dideliver dengan cara yang ekstrim. Acungan jempol bagi sutradara Nishimura dengan kreatifitas gilanya. Sebagai aktris utama, Shiina tampil dominan dengan ekspresi dingin dan sabetan samurai nan mumpuni. Saat mengetahui durasi aslinya yang mencapai dua jam, saya sempat tertohok karena apa yang saya saksikan kurang dari satu setengah jam. Mungkin itu menjelaskan beberapa adegan seks vulgar ataupun pembantaian sadis yang hilang dari layar. Anyway, Tokyo Gore Police bukan film yang bagus, tapi tidaklah buruk, terbukti mendapat rating yang cukup bagus di internet dari para reviewernya. Hanya saja ini bukanlah film saya karena semua elemen yang over-the-top itu tidak berkorelasi dengan konstruksi cerita, tidak seperti The Machine Girl yang menurut saya lebih "beradab" dan memuaskan itu.

Durasi:
80 menit

Overall:
6 out of 10

Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent

Kamis, 21 Mei 2009

ANGELS & DEMONS : Memecahkan Misteri Menggagalkan Kehancuran Vatikan

Quotes:
Robert Langdon-I need access to the Vatican Archives.
Richter-Access to the Archives is only by written decree by the Holy Father.
Robert Langdon-Fellas, you called me.

Cerita:
Meskipun tidak berjiwa gereja sama sekali, ahli simbol Harvard, Robert Langdon dipanggil kembali untuk memecahkan teka-teki suatu organisasi rahasia terselubung bernama Illuminati. Paus meninggal dan sebelum pemilihan dimulai untuk mencari penggantinya, empat Kardinal diculik dan terancam dibunuh dengan cara yang berbeda-beda. Bersama Vittoria Vetra, Robert Langdon harus berjibaku dengan waktu memecahkan kunci misteri yang sangat mengejutkan sebelum kota Vatikan dimusnahkan dengan bom berkekuatan tinggi.

Gambar:
Bersetting sebagian besar di Roma dan California, Angels & Demons berhasil mengetengahkan peristiwa yang seakan nyata terjadi di site-site yang sebetulnya legendaris dan sensitif tersebut.

Act:
Tak diragukan lagi kualitas akting Tom Hanks yang diganjar dua kali Piala Oscar untuk kategori aktor terbaik termasuk kemenangan pertama di Philadelphia (1993). Ini merupakan kali kedua Hanks berperan sebagai ahli simbolis Robert Langdon dan penjiwaannya semakin baik.
Di tahun yang sama Hanks memenangkan Oscar pertama, Ewan McGregor juga memulai debutnya dalam Being Human. Dalam Angels & Demons, McGregor berperan sebagai Camerlengo Patrick McKenna.
Aktris kelahiran Israel, Ayelet Zurer mulai dikenal luas setelah membintangi Munich (2005). Mendapat kepercayaan dari Ron Howard untuk memegang peran Vittoria Vetra.
Baru saja tampil mendukung Mamma Mia!, Stellan Skarsgard dalam film ini menjabat sebagai Komandan Richter yang tegas dan ambisius.
Aktor Denmark yang mulai menanjak, Nikolaj Lie Kaas setelah bermain dalam The Candidate memegang peran antagonis dalam Angels & Demons.

Sutradara:
Kerjasama kelima dengan Tom Hanks, sutradara yang juga dikenal sebagai penulis dan aktor ini, Ron Howard kembali dalam prekuel The Da Vinci Code (2006). Karya-karya besar novelis tenar Dan Brown boleh dibilang sukses diterjemahkan Ron ke layar lebar, terbukti dari hasil peredaran film ini yang selalu mencapai box-office dimanapun ditayangkan.

Komentar:
Pesan utama dari saya, berhenti membandingkan isi film ini dengan bukunya. Bahasa tulisan dan bahasa visual adalah dua hal yang berbeda. Bolehlah buku karya Dan Brown itu dijadikan acuan tapi hargailah kinerja Ron Howard yang sangat baik di film ini, melebihi pencapaiannya dalam The Da Vinci Code. Musik dari Hans Zimmer terasa megah, sangat membantu menggapai nuansa relijius dan tidak usah heran kalau film yang berbau agama cenderung kontroversial. Terima saja Angels & Demons sebagai sebuah fiksi belaka dan anda akan menikmatinya dari awal sampai akhir. Akting brilian terutama dari McGregor dan twist ending yang tidak terduga membuat film ini layak tonton di tengah serbuan summer movies 2009!

Durasi:
130 menit

U.S. Box Office:
Mid May 2009 opening week $46,204,168

Overall:
7.5 out of 10

Penilaian:
Karya seni ga boleh dibawah 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!

Rabu, 20 Mei 2009

BENCI DISKO : Persaingan Jago Disko Lantai Dansa

Tagline:
Jalan aja ngawur, apalagi DISKO..

Cerita:
Dua pemuda satu ayah lain ibu yang saling bermusuhan yaitu Harim dan Setiawan mendapat tugas mencarikan jodoh bagi adik perempuan tirinya, Harti tepat sebelum ayahnya Hamdan menghembuskan nafas terakhir. Tugas itu tidaklah mudah karena Harti hanya mau menikah dengan cowok yang jago disko seperti ayah mereka. Harim yang keriting urakan dan Setiawan yang pirang kemayu memutar akal untuk memenuhi permintaan itu sampai akhirnya bertemu Herman Amir di sebuah klub. Herman Amir yang jago disko klasik di luar dugaan menantang Harim dan Setiawan bertanding di lantai disko. Bagaimana akhir dari kemelut itu?

Gambar:
Sebagian besar mempertontonkan koreografi "disko" klasik lengkap dengan suasana club yang kental dengan warna 80an.

Act:
Tora Sudiro sebagai Harim yang urakan dan mengalami "insiden" semasa kecil tapi dituntut memenuhi keinginan adik tirinya itu.
Vincent Rompies cukup meyakinkan sebagai Setiawan yang banci dan harus bekerjasama dengan saudara seayahnya yang sebetulnya tidak disukainya itu.
Poppy Sovia tampil kocak sebagai Harti yang polos dan berselera "makan" buas.
Arie Untung sebagai si sombong jorok Herman Amir yang menguasai gaya disko klasik warisan gurunya di masa lalu.


Sutradara:
Reuni kembali Rako Prijanto dengan Tora Sudiro setelah D'Bijis (2006). Ada perbedaan mendasar antara karya komedi dan drama dari seorang Rako. Bahasa komedinya ternyata lebih "berbicara" dibanding bahasa puitisnya. Tidak percaya? Bandingkan saja sendiri.

Komentar:
Tidak perlu berpikir saat menyaksikan BENCI DISKO. Nikmati dan tertawa saja jika memang menurut anda lucu. Apa pasal? Sebab jika merunut ceritanya pada prolog sampai berujung pada epilog, tidak ada korelasi yang masuk akal. Permasalahan yang menjadi tema utama sama sekali tidak terselesaikan karena paruh kedua film terlalu sibuk mempertontonkan ajang "berdisko" di atas lantai dansa jika memang itu masih bisa disebut gaya disko yang benar dan baik, apalagi musik pendukungnya terasa tidak orisinil. Hm, seharusnya bisa lebih baik lagi andaikata tim kreatif mau lebih maksimal dalam bekerja. Sayang disayang!

Durasi:
90 menit

Overall:
6.5 out of 10

Penilaian:
Karya seni ga boleh dibawah 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!

Selasa, 19 Mei 2009

RASA : Sinergi Beberapa Pihak Dalam Pencarian Gadis Cilik

Tagline:
Karena CINTA.. adalah RASA

Cerita:
Pelukis muda Rianti adalah sosok introvert dikarenakan mampu melihat masa depan mengerikan seseorang yang tidak pernah dikenalnya. Meski demikian tidak membuat kurator seni bernama Wisnu menjauh, malah berusaha meyakinkan Rianti akan cintanya yang tulus apa adanya. Di saat bersamaan, Anthony seorang profesor kelahiran Inggris berusaha mencari jawaban akan nasib anaknya Mariah yang diculik segerombolan penjahat yang menginginkannya mencari keris pusaka. Nasib mempertemukan Wisnu-Rianti dengan Anthony-Laras dalam suatu klimaks yang tidak terduga.

Gambar:
Dominan dengan warna biru teduh, RASA terasa berbeda karena bahasa gambar bernuansa abstrak yang bisa dikatakan absurd.

Act:
Christian Sugiono sebagai kurator muda bernama Wisnu yang pantang menyerah demi mendapatkan hati kekasihnya yang seakan beku.
Pevita Pearce sebagai pelukis masa depan bernama Rianti yang menyalahkan dirinya sendiri atas nasib buruk yang menimpa orang-orang di sekitarnya.
Steve Benitez sebagai profesor kebangsaan Inggris, Anthony yang panik akan nasib anak gadis ciliknya yang diculik demi suatu tujuan.
Wulan Guritno sebagai Laras, istri Anthony.
Alex Komang sebagai Slamet, pemilik galeri.
Joe Taslim sebagai Joe, pimpinan penjahat penculik Mariah.

Sutradara:
Bisa dikatakan proyek ambisius bagi Charles Gozali dalam membesut karya perdananya ini karena menampilkan banyak bintang ternama sebagai cameo ataupun peran figuran. Beliau menyebut RASA sebagai film bergenre drama thriller.

Komentar:
Awalnya agak berekspektasi tinggi karena membaca storyline yang cukup menarik berubah menjadi kekecewaan saat menyaksikan filmnya. Mengapa? Campur aduk genre dan campur aduk bahasa menjadi poin utama penyiksaan terhadap penonton. Tebakan saya RASA ini kerjasama Indonesia-Filipina, mudah-mudahan tidak salah. Pemaksaan cerita yang dibalut dialog puitis klise? Aih, hare gene.. Cerita yang dipaksakan dan tidak mulus saat pergantian adegan karakter satu dengan yang lainnya. Masih ditambah dengan narasi dan alur film yang membosankan hanya untuk melengkapi penderitaan. Seakan tidak peduli lagi dengan nasib para tokoh film ini, satu persatu penonton pun melenggang pergi meninggalkan ruang bioskop!

Durasi:
105 menit

Overall:
6 out of 10

Penilaian:
Karya seni ga boleh dibawah 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!

Minggu, 17 Mei 2009

BORDERTOWN : Menyelidiki Kasus Wanita Daerah Terisolir

Tagline:
Lies. Corruption. Murder. One reporter will break the silence.

Cerita:
Dua pria secara brutal memperkosa gadis muda, Eva Jimenez dan meninggalkannya terkubur dalam apsir. Beruntung Eva bisa sadar dan segera keluar untuk mencari pertolongan. Seorang jurnalis Amerika, Lauren Adrian yang juga berdarah Meksiko ditugaskan melacak kasus pembunuhan di Juarez dengan meminta bantuan mantan kekasihnya, Alfonso Diaz yang juga editor surat kabar Meksiko. Tanpa sengaja, Lauren bertemu Eva dan berjanji membongkar semuanya sekaligus menghapus trauma memori Eva. Tapi apakah dengan merekonstruksi kejadian dan mengalaminya sendiri akan membantu Lauren mengungkap semua ataukah membawanya ke dalam bahaya yang tidak pernah ia duga sebelumnya?

Act:
Jennifer Lopez memulai dunia akting sejak My Little Girl (1986) kali ini berperan sebagai Lauren Adrian, jurnalis Amerika kelahiran Meksiko yang harus menghadapi tantangan investigasinya sekaligus menyembuhkan masa lalunya yang kelam.
Mengawali debut layar lebar film berbahasa Inggrisnya di tahun yang sama dengan J.Lo yakni Matador, Antonio Banderas merupakan satu dari sedikit aktor Spanyol yang mampu berkibar di Hollywood. Perannya kali ini sebagai editor surat kabar lokal yang selalu ditentang pemerintah setempat, Alfonso Diaz.
Sejauh ini masih terlibat dalam dunia perfilman Spanyol, Maya Zapata menunjukkan talentanya sebagai Eva Jimenez, gadis muda yang menjadi korban perkosaan sekaligus penganiayaan untuk pada akhirnya berjuang mengenali para pelakunya.


Sutradara:
Pernah mendapat nominasi Oscar untuk naskah penulisan terbaik dalam El Norte (1983) bersama Anna Thomas, Gregory Nava kembali untuk membesut Bordertown yang diangkat dari kisah nyata ini. Keterampilannya membuat film ini terasa begitu nyata dan natural. Great job!

Komentar:
Meski diangkat dari kisah nyata, film ini menyajikan sesuatu yang beda. Konstruksi cerita yang sangat detail dari awal menuntun kita bersimpati pada tokoh Eva Jimenez lalu sampai pada perkenalan terhadap Lauren Adrian dan Alfonso Diaz. Tensi terus meningkat pada pertengahan film dan penyelesaian terakhir ditutup dengan dramatis dan masuk akal. Akting J.Lo patut diacungi jempol karena mampu memberikan nyawa. Terima kasih juga patut dilayangkan pada sang sutradara yang telah memberikan yang terbaik. Sayangnya entah kenapa film yang selesai produksi sejak 2006 lalu ini tidak dirilis internasional termasuk di Amerika. Last not but least, peristiwa mengenaskan yang terjadi di Juarez ini memang sangat miris dan patut disikapi dengan serius, sekaligus menjadi pembelajaran moral bagi kita semua, warga negara bebas yang sudah seharusnya memiliki hak dan kewajiban masing-masing.

Durasi:
110 menit

Overall:
7.5 out of 10

Penilaian:
Karya seni ga boleh dibawah 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!

Jumat, 15 Mei 2009

RISE OF THE DEAD : Fenomena Kerasukan Arwah Masa Lalu

Tagline:
When The Underworld Takes Over.

Storyline:
Di sebuah kota kecil Dudley, Laura Childs hampir diperkosa oleh pengacara normal yang tiba-tiba menjadi gila. Saat kekasihnya, Jack Walther menyelamatkan dengan menabrak pengacara tersebut hingga tewas, polisi tidak mempercayai pengakuan itu dan memenjarakan Jack. Masalah menjadi semakin rumit saat teman sekamar Laura dibunuh dan polisi lokal mulai menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang tidak bisa terjawab. Lambat laun Laura menyadari bahwa orang-orang di sekelilingnya berubah satu persatu dan mungkin itu terhubung pada masa lalu Laura akan sesuatu yang telah lama tersimpan rapat.

Nice-to-know:
Awalnya berjudul Tantrum. Namun akhirnya diubah setelah dibeli Lightning Entertainment dan Lions Gate.

Act:
Erin Wilk sebagai Laura Childs
Stephen Seidel sebagai Jack Walther
Peter Blitzer sebagai Sheriff Brown
Chris Ferry sebagai Deputy Greer

Director:
William Wedig pertama kali menggarap The Competitive (2002). Rise of the Dead adalah film keempatnya sejauh ini.

Comment:
Didelegasikan langsung dalam format video. Hmmm! Saya mengharapkan ini setidaknya semacam film zombie seperti Dawn of the Dead dan sejenisnya yang masih layak tonton dengan tensi yang cepat. Namun kenyataannya?! Dibuka dengan beberapa kali adegan flashback dari sudut pandang tokoh Laura beserta pengenalan dirinya. Sampai sini masih terlihat tidak meyakinkan tetapi plot terus bergulir. Inti ceritanya mengenai seorang wanita yang dikejar orang-orang di sekelilingnya yang dihantui arwah putranya yang terkutuk. Aneh bukan? Dan percayalah, kematian satu persatu korban di sini juga teramat sangat murahan dan dibuat-buat. Dengan akting yang di bawah rata-rata dan cast yang tidak ternama, apa lagi yang bisa diharapkan. Bujet rendah yang benar-benar tidak bisa dimaksimalkan lagi selain tentunya mencoba beberapa adegan syur yang sangat dipaksakan. Rise Of The Dead menutup semuanya dengan ending yang juga janggal, di luar pikiran anda. Totally waste of time!!

Durasi:
65 menit

Overall:
6 out of 10

Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent

Kamis, 14 Mei 2009

SNIPER : Perang Psikologis Para Sniper Membekuk Gangster

Cerita:
Penembak jitu terbaik Kepolisian Hongkong, Hartman memiliki perseteruan dengan rekannya dulu, Lincoln yang juga sama-sama berprestasi. Semua itu terjadi karena Lincoln pernah mengakibatkan beberapa sandera terbunuh pada saat perampokan bank yang dikepalai Guan Hua beberapa tahun silam. Masa kini, OJ seorang penembak jitu berusia muda mulai mengikuti jejak kedua seniornya itu dengan menguasai skill tingkat tinggi. Ketika Guan Hua dibebaskan dari penjara oleh kawanannya Er Ge, tibalah saatnya bagi Hartman dan OJ bekerjasama untuk membekuknya kembali dimana saat itu Lincoln sudah berseberangan dengan Kepolisian karena sakit hatinya.

Gambar:
Adegan penembakan dari atas gedung bertingkat dan laju peluru mengenai sasaran seakan mengingatkan kita pada beberapa film aksi Hollywood.

Cast:
Melejit lewat peran Kepala Bawang dalam Fly Me To Polaris (1999), Richie Ren kali ini memerankan Hartman, kepala sniper yang tegas dan keras hati.
Edison Chen yang terakhir ambil bagian dalam versi IMAX The Dark Knight disini kebagian peran OJ, sniper muda berprestasi yang punya cara sendiri.
Huang Xiaoming sebagai Lincoln
Bowie Lam sebagai Shan Ge
Liu Kai Chi sebagai Er Ge

Sutradara:
Karier penyutradaraan Dante Lam diawali lewat Option Zero (1997), Sniper merupakan film ke-14 nya.

Comment:
Biasanya film action Mandarin hanya menjanjikan di awal dan terbukti halnya film ini. Pertengahan terasa sangat klise dan mudah sekali ditebak. Saat sniper muda direkrut, dilatih dan mengembangkan kemampuannya termasuk mendapat sentuhan gelap dari musuh instrukturnya seharusnya bisa dimaksimalkan sehingga niscaya cerita bergulir lebih menarik. Adegan aksi terekam dengan baik terutama saat peluru ditembakan dari jarak ratusan meter di ketinggian, juga pada saat latihan. Tetapi selebihnya tidak ada yang spesial. Fokus pada problematika karakter yang beragam sebetulnya bisa lebih dimaksimalkan dan entah kenapa terasa blur dan tanggung disini. Mungkin karena Richie, Edison, Huang terasa agak flat dalam berbagi chemistry satu sama lain. Akhir baris, Sniper hanyalah film action standar dengan potensi walaupun agak gagal dalam eksekusi.

Durasi:
80 menit

Overall:
7 out of 10

Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!

Rabu, 13 Mei 2009

WOLVERINE : Asal Usul Hidup Si Cakar Adamantium Logan

Quotes:
Travis Hudson-We all got a choice, Son.
Logan-Mine got taken. That will never happen again.

Cerita:
Enam tahun setelah berpisah dari saudara seperjuangannya Victor, James mengganti namanya menjadi Logan dan hidup bahagia bersama kekasihnya Kayla Silverfox. Sementara itu Victor menjadi beringas dan memburu beberapa mutan hingga pada puncaknya membunuh Kayla. Dalam kemarahan, Logan bersumpah untuk membalas dendam dan menerima tawaran Jenderal William Stryker untuk mengisi tubuhnya dengan cairan logam adamantium. Proses yang awalnya diragukan berhasil itu akhirnya membentuk jati diri baru Logan yang dikenal sebagai Wolverine. Pertarungan akhir Logan dan Victor melawan Deadpool di puncak menara nuklir sekaligus membuka era baru kehidupan para mutan yang terpecah menjadi dua kelompok..

Gambar:
Banyak mengambil setting di Selandia Baru dan Australia, film ini tetap menyajikan lanskap indah yang menjadi latar belakang pertarungan darat para mutan.

Act:
Meski telah membintangi beberapa film termasuk debut akting layar lebar dalam Paperback Hero (1999), Hugh Jackman tidak kunjung meroket sampai akhirnya tawaran peran mutan Wolverine datang kepadanya setelah penolakan beberapa aktor ternama. Pilihannya tidak sia-sia karena Hugh berhasil mengangkat karakter Wolverine menjadi ujung tombak X-Men.
Pernah bermain bersama Hugh dalam Kate & Leopold (2001), Liev Schreiber tampil dingin dan beringas saat memerankan mutan Victor Creed yang memiliki sebilah pisau di balik kulit tangannya dan sepasang taring di giginya.
Aktor muda yang terus menanjak namanya, Ryan Reynolds berperan sebagai Wade Wilson yang tangkas memainkan pedang dan pada akhirnya menjadi mutan rekayasa William Stryker dengan sebutan Deadpool. Sebelum Wolverine dirilis, Ryan akan melanjutkan perannya itu dalam spin-off lain Deadpool yang direncanakan rilis 2012.
Aktor senior kelahiran Italia, Danny Huston sebagai Jenderal William Stryker yang ambisius sekaligus berbahaya.


Sutradara:
Wolverine adalah film keenam yang disutradarai pria kelahiran Afrika Selatan ini setelah memulai The Storekeeper (1998). Gavin Hood yang juga dikenal sebagai aktor tidak menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan. Terbukti spin off pertama X-Men ini cukup diterima publik dan kritikus dengan baik.

Komentar:
Wolverine seakan proyek film ambisius yang bertujuan meneruskan sukses trilogi X-Men terlihat dari bujet yang dikucurkannya yakni 150 juta dollar. Hasilnya? Menurut saya film ini hanya sampai pada tahap bagus tapi tidaklah istimewa. Prolog film seakan memuat terlalu banyak fakta untuk dipaksakan terus berlari sampai pertengahan film. Dari pertengahan itulah(bagi anda yang belum menyaksikan X-Men mungkin akan bingung dibuatnya), petualangan Logan dimulai. Bagaimana menerima takdirnya sebagai mutan dengan kemampuan khusus sekaligus menghabisi musuh-musuh yang telah merenggut bagian penting dari hidupnya. Adegan akhir pertarungan Victor-Logan vs Deadpool cukup berkesan sehingga Wolverine bisa terselamatkan dari kredit buruk yang biasanya menerpa spin-off film superhero sukses. Namun sekali lagi saya ingatkan, jangan bandingkan film ini dengan trilogi X-Men sekalipun banyak elemen yang digunakan.

Durasi:
105 menit

U.S. Box Office:
$129,032,435 till early May 2009

Overall:
7.5 out of 10

Penilaian:
Karya seni ga boleh dibawah 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!

Selasa, 12 Mei 2009

JANDA KEMBANG : Gadis Misterius Pengundang Polemik Pinggir Kota

Cerita:
Gadis cantik misterius bernama Selasih datang ke desa Pulo Bantal untuk menghadiri pernikahan ketiga teman baiknya. Kontan warga desa geger dengan kecantikan Asih yang disinyalir janda kembang termasuk dua remaja tanggung, Fadli dan Radja. Kekosongan penyanyi di bandnya membuat Dodirama secara dadakan meminta Asih bernyanyi di panggung. Tak nyana Asih langsung disukai dan menjadi penyanyi tunggal meski membuat istri Dodirama, Yuli Nada cemburu. Kejadian demi kejadian berujung pada insiden wanita-wanita sedesa yang mengamuk dan berniat mengusir Asih dari Pulo Bantal. Siapa Asih sesungguhnya dan apa tujuannya datang ke Pulo Bantal?

Gambar:
Suasana pinggir kota ditampilkan menarik secara visual lengkap dengan atribut desa yang cukup mencolok.

Act:
Luna Maya terakhir main film hampir setahun lalu dalam Cinlok. Kali ini sebagai Selasih, Luna dituntut bernyanyi dangdut beberapa hit populer sembari menyembunyikan identitas aslinya yang misterius dengan cara lebih banyak bungkam.
Ringgo Agus Rahman sebagai Dodirama, pemimpin band yang menaruh hati pada Asih tapi seringkali berdalih untuk menyelamatkan statusnya di hadapan keluarga.
Sarah Sechan sebagai Yulinada, istri Dodirama yang hobi cegukan. Cemburu membuat Yuli menghasut warga sekitar dan seringkali bertengkar dengan suaminya itu.
Edric Tjandra sebagai Iwet, sepupu Asih yang kemayu.
Esa Sigit dan Rifat Sungkar sebagai duo sobat remaja Fadli dan Radja memperlihatkan akting yang natural.
Didukung juga oleh Sita Nursanti, Joe P Project, Joshua Pandelaki dll.

Sutradara:
Nama Lakonde bisa jadi teramat asing. Debut penyutradaraanya langsung mendapat supervisi dari sutradara pencetak box office, Hanung Bramantyo. Hasilnya? Janda Kembang terasa membumi dan cukup mudah diterima oleh penonton dari berbagai kalangan.

Komentar:
Sangat diinspirasi oleh film Italia, MALENA yang dibintangi Monica Belucci. Tapi tidak lupa unsur lokal masih ditonjolkan terutama lewat musik dangdut. Plot cerita yang dibangun sejak awal film memang menarik tapi sayang bangunan cerita masih kurang terkonstruksi dengan rapi sehingga banyak menyisakan lubang yang tak terjawab. Paling fatal terasa di ending dimana diselesaikan dengan begitu mudah dan penonton dipersilahkan mereka-reka sendiri. Hm, nikmati saja penampilan cantik Luna Maya bernyanyi dangdut dengan aransemen baru yang cukup menggigit.

Durasi:
100 menit

Overall:
7 out of 10

Penilaian:
Karya seni ga boleh dibawah 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!

Minggu, 10 Mei 2009

CRANK HIGH VOLTAGE : Memacu Jantung Buatan Tenaga Listrik

Quotes:
Chev Chelios-[catches up with Johnny Vang after chase] Did I just drop some change
[grabs Johnny Vang by neck]
Chev Chelios-or did I hear a chink?

Cerita:
Sekarat setelah jatuh dari ketinggian 50 kaki, tubuh Chev Chelios dibawa langsung dari TKP oleh sekelompok gangster Cina yang segera mengoperasi dan mengambil jantungnya untuk ditukar dengan jantung buatan yang harus selalu diisi dengan tenaga listrik. Bersusah payah meloloskan diri, Chev bertemu dengan pacarnya Eve untuk kemudian berusaha bertahan hidup dengan melakukan cara-cara yang ekstrem untuk membuat jantungnya tetap berdenyut sambil mengejar Johnny Vang yang melarikan jantung aslinya dalam kotak merah putih.

Gambar:
Seakan disyut dengan handheld camera, gambar bergoyang-goyang menjadi suguhan utama film ini mengikuti aksi aktor utamanya berjibaku sendirian!

Act:
Saya tidak akan membahas akting mereka satu persatu karena film ini murni mengesampingkan seni peran.Seakan menjelma menjadi aktor laga masa kini, Jason Statham sebagai Chev memulai karirnya dalam film kecil yang kemudian menjadi cult arahan Guy Ritchie yaitu Lock, Stock And Two Smoking Barrels (1998).
Amy Smart sebagai Eve mulai dikenal sejak membintangi serial televisi Felicity periode 1999-2001.
Aktris kelahiran Chengdu, Bai Ling sebagai Ria mulai angkat nama sejak bermain dalam Nixon (1995) dan Red Corner (1997).
Art Hsu sebagai Johnny Vang belum banyak dikenal meski namanya tidak tercantum dalam credit title saat mendukung Pirates Of The Caribbean : At World's End (2007).

Sutradara:
Kolaborasi Mark Neveldine dan Brian Taylor berawal dari Crank (2006) yang di luar dugaan mampu untung berlipat-lipat dari biaya produksinya. Sekuel ber subjudul High Voltage ini berselang 3 tahun setelah ending dari prekuelnya. Meski dengan cast inti yang sama, ada sedikit perbaikan gaya dibandingkan dulu sehingga diyakini film ini akan lebih disukai.

Komentar:
Anda harus mengesampingkan logika saat menyaksikan film ini karena semua elemen pendukungnya adalah IMPOSSIBLE. Jika mampu, niscaya anda bisa menikmati Crank : High Voltage yang penuh aksi dari awal sampai akhir terlepas dari bisa diterima atau tidak. Lima kata yang menggambarkan film ini: GILA, ORISINIL, VULGAR, KERAS dan PENUH EKSPLOITASI! Salut buat sutradara yang sukses mengadopsi gaya The Bourne Identity tapi dengan level yang berbeda.

Durasi:
85 menit

U.S. Box Office:
$13,293,986 till early May 2009

Overall:
6.5 out of 10

Penilaian:
Karya seni ga boleh dibawah 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!

Sabtu, 09 Mei 2009

BUKAN CINTA BIASA : "Harmonisme" Hubungan Ayah Dan Anak

Tagline:
Kepikir punya anakpun nggak! Tiba-tiba ia hadir dan mengubah segalanya.

Cerita:
Pada suatu pagi, vokalis grup band rock jadul bernama Tommy tiba-tiba dikejutkan oleh kedatangan seorang gadis belia berusia 16 tahun, Nikita yang mengaku anaknya dari mantan kekasihnya Lintang yang juga jago beladiri. Awalnya Tommy kebingungan karena Nikita menerapkan sejumlah aturan di rumahnya sendiri tapi lambat laun rasa sayang seorang ayah kepada putrinya mulai tumbuh. Tommy pun berusaha mengubah hidupnya menjadi lebih tertata dengan mengikuti saran Nikita. Waktu 6 bulan hampir tiba, saat Nikita harus meninggalkan ayah kandung dan pacar barunya Brad untuk pergi ke USA menyusul ibu dan ayah tirinya Steve. Namun apakah Tommy akan tinggal diam begitu saja?

Gambar:
Cukup menarik walau masih terkesan biasa saja seperti film-film televisi secara keseluruhan.

Act:
Ferdy Taher dari grup band yang cukup tersohor Element kali ini kebagian peran utama sebagai rocker kasar dan berantakan, Tommy yang tiba-tiba harus menghadapi putri remajanya yang baru saja ditemuinya. Secara fisik, Ferdy sudah cukup meyakinkan dengan tato dan rambut gondrongnya walau dari segi karakteristik masih kurang tergali.
Remaja Indo, Olivia Lubis Jensen sebagai Nikita yang terkesan lebih dewasa dari usianya sehingga merasa pantas membenahi kehidupan ayahnya yang dinilai kacau.

Wulan Guritno sebagai Lintang, mantan kekasih Tommy yang berusaha memulai hidup baru bersama putrinya di Amrik.
Julia Perez sebagai Angel, kekasih Tommy yang seksi tapi posesif.
Rocky sebagai Brad, kekasih Nikita yang juga seorang vokalis band masa kini.


Sutradara:
Nama Benni Setiawan memang belum terlalu dikenal. Tapi usahanya menulis kisah yang boleh dibilang baru dalam perfilman lokal untuk kemudian menyutradarainya sendiri bisa diberi pujian. Hasil akhir? Karya perdananya ini tidaklah buruk!

Komentar:
Jujur saya memiliki ekspektasi tinggi saat membaca resensi film ini. Tapi sayangnya hanya 30 menit pertama yang memenuhi kriteria menarik. Setelah itu film ini menjadi tidak konsisten dan seakan kehilangan fokus. Hubungan ayah dan anak harusnya bisa dieksplorasi lagi dari berbagai segi, bukan hanya berputar-putar pada masalah yang sama dan malah cenderung dirusak dengan unsur komedi yang sama sekali tidak lucu. Namun tidak ada salahnya menyaksikan Bukan Cinta Biasa karena beberapa pesan moral tentang nilai-nilai keluarga masih bisa anda ambil. Penampilan cameo Afgan dan hits teranyarnya yang menjadi judul film ini cukup membantu membangun mood film secara keseluruhan.

Durasi:
95 menit

Overall:
7 out of 10

Penilaian:
Karya seni ga boleh dibawah 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!

Jumat, 08 Mei 2009

ICHI : Gadis Buta Titisan Ahli Samurai

Cerita:
Seorang goze (pemain shamisen/alat musik petik tradisional Jepang) cantik nan buta bernama Ichi terlibat perjalanan mencari tahu asal usul pendekar pedang buta yang disinyalir masih memiliki hubungan darah dengannya. Bersama Toma Fujihira, mereka berdua harus menghadapi kawanan Banki yang menguasai wilayah Bito pimpinan Toraji Shirakawa.

Gambar:
Suasana pedesaan kuno Jepang tergambar dengan baik dengan setting yang rapi di siang dan malam hari.

Act:
Memulai debutnya di beberapa film mulai tahun 2008 termasuk disini, Haruka Ayase memperlihatkan gesture dan penjiwaan yang baik sebagai si gadis buta pendekar pedang Ichi.
Seakan mengulang peran yang sama dalam Aragami (2003), Takao Osawa sebagai samurai berhati emas namun bodoh saat harus menghunus pedang yang disebabkan masa lalunya yang tragis.
Shido Nakamura sebagai pimpinan geng Banki setelah produksi film ini melebarkan sayapnya dengan bermain di film kolosal Mandarin berbujet terbesar sepanjang masa Red Cliff.
Yosuke Kubozuka sebagai Toraji Shirakawa yang mewarisi penginapan besar di wilayah Bito sekaligus berusaha melindungi teritorialnya itu.

Sutradara:
Ichi merupakan film ketiga Fumihiko Sori yang memulai debut penyutradaraan dalam Ping Pong (2002). Versi wanita dari pendekar pedang buta ini berhasil dibawakannya dengan nuansa berbeda.

Komentar:
Kisah Zatoichi yang pengembara dan melawan ketidakadilan sudah sangat melegenda di Jepang dan tidak kurang dari 26 kali difilmkan dalam berbagai versi termasuk di Hollywood, Blind Fury yang disutradarai oleh Phillip Noyce dengan bintang Rutger Hauer.Jika ingin menikmati ICHI, jangan bandingkan dengan pendahulunya termasuk Zatoichi (2003) yang sangat kuat deliverynya itu. Dari segi casting agak sedikit lemah, mungkin sebagian besar disebabkan oleh skrip yang serba tanggung terutama di bagian ending yang sangat fatal, sepertinya terkesan adanya kewajiban mengharu-biru penonton. Meski banyak adegan berdarah, ICHI masih menyisakan humor segar di awal film terutama dari Takao Osawa yang menjadi satu-satunya cast yang tampil di atas rata-rata.

Durasi:
115 menit

Overall:
7 out of 10

Penilaian:
Karya seni ga boleh dibawah 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!

Kamis, 07 Mei 2009

SOLSTICE : Misteri Kematian Saudari Kembar

Tagline:
You can't bury the truth.

Storyline:
6 bulan setelah peristiwa bunuh diri saudari kembarnya Sofie, Megan masih menyisakan kesedihan dan tanda tanya. Pada liburan Saint John's Eve, bersama Christian, Zie, Mark dan Alicia, Megan berkunjung ke rumah keluarganya di danau Nowell untuk merayakan gerhana musim semi. Mereka juga sempat berkenalan dengan Nick, penjaga toko setempat yang menjual majalah berisikan artikel cara berkomunikasi dengan yang telah meninggal. Lambat laun, Megan mulai merasakan kehadiran sesosok arwah yang diduga Sofie. Petunjuk demi petunjuk menuntunnya pada pemburu lokal, Leonard dan putrinya yang menghilang, Malin. Apa yang sesungguhnya terjadi pada Sofie di masa lalu? Berhasilkah Megan menguak semua tabir tersebut?

Nice-to-know:
Dikarenakan Badai Katrina, Endgame Entertainment sempat berencana memindahkan produksi ke Florida, Georgia atau Texas tetapi akhirnya tetap di Louisiana dengan pengunduran waktu dan casting ulang.

Cast:
Elisabeth Harnois bermain ganda sebagai saudari kembar Megan / Sofie
Shawn Ashmore sebagai Christian
Hilarie Burton sebagai Alicia
Amanda Seyfried sebagai Zoe
Tyler Hoechlin sebagai Nick
Matt O'Leary sebagai Mark

Director:
Pria kelahiran Florida bernama Daniel Myrick ini mencuri perhatian saat film indienya, The Blair Witch Project menjelma menjadi cult movie yang dianggap salah satu film paling menyeramkan sepanjang masa.

Comment:
Melihat trailernya sepertinya cukup seru apalagi diembel-embel oleh sutradara pencetak The Blair Witch Project yang legendaris itu. Tema yang diusung sepintas terlihat tiada berbeda dengan horor thriller remaja yang sudah-sudah, hanya saja film ini menjanjikan misteri yang kelihatannya sulit ditebak begitu saja. Para pemainnya sebagian besar aktor aktris remaja Hollywood kelas B. Kecuali Seyfried yang kelak angkat nama di Mamma Mia! sehingga tidak heran jika akting mereka standar saja. Tempo yang digunakan berjalan lambat serta berusaha memfokuskan pada karakter utama dan bayang-bayang masa lalunya. Twist yang disimpan di ending memang cukup mengagetkan tetapi sayangnya tidak ada penjelasan lebih lanjut dari awal sampai akhir yang mampu menuntun penonton mengarah pada kesimpulan tersebut. Solstice yang langsung tayang dalam format video di Amerika sana tidaklah menyeramkan walaupun ada beberapa suspensi mengejutkan yang juga terbantu oleh kinerja sound, lighting dan setting lokasi yang sepi. Target penontonnya tentu saja kaum remaja yang rasanya perlu 'berimajinasi' untuk bisa tetap mengikutinya dengan seksama.

Durasi:
85 menit

Overall:
6.5 out of 10

Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!