Rabu, 30 Juni 2010
OBAMA ANAK MENTENG : Kilas Balik Masa Kecil Pembentuk Kepribadian
Lahir dari ibunya yang kulit putih dan ayahnya yang kulit hitam membuat Barry Obama memiliki latar belakang yang bervariasi. Pada usia 9 tahun, ia ikut ayah ibu angkatnya pindah ke Jakarta dan tinggal di Menteng. Barry kemudian bersahabat dengan anak sopir ayahnya, Slamet dan Yuniardi yang juga kakak beradik. Belum lagi ada pembantunya yang gemulai nan setia, Turdi yang selalu siap sedia menemani dan mengantarnya. Meskipun awalnya kesulitan beradaptasi, Barry menebusnya dengan kedisiplinan dalam mempelajari semua ilmu yang disodorkan padanya. Di sekolah, Barry juga bertemu dengan gadis cilik idamannya, Rebecca dan juga geng sok jago yang dipimpin Carut. Lantas apa yang dipelajari Barry disini yang mungkin saja menentukan pandangan masa depannya?
Nice-to-know:
Diproduksi oleh MVP Pictures dan gala premierenya dilangsungkan secara megah di fX pada tanggal 30 Juni 2010.
Cast:
Hasan Faruq Ali sebagai Barry
Cara Lachelle sebagai Rebecca
Yehuda Rumbindi sebagai Carut
Teuku Zacky sebagai Turdi
Director:
Kembalinya John de Rantau yang terakhir menggarap Denias : Senandung Di Atas Awan (2006) dan kali ini bekerjasama dengan Damien Dematra selaku penulis novelnya.
Comment:
Harus diakui ini merupakan salah satu proyek ambisius MVP Pictures yang berusaha sekuat tenaga mengumpulkan fakta-fakta minimalis dari masa kecil orang nomor satu Amerika Serikat tersebut yang sempat dihabiskan di Indonesia itu. Melalui berbagai riset, jadilah film ini yang rasanya masih sulit dikatakan semi-autobiografi, saya lebih suka menyebutkan terinspirasi dari kisah nyata. Mengambil lokasi syuting dari Cimahi hingga Kota Tua, suasana tahun 70an coba dihadirkan lewat pernak-pernik jaman dahulu dan penggunaan ejaan-ejaan lama. Dari segi cerita, berbagai potongan mozaik coba dirangkai mulai dari permainan pingpong dan catur, pembelajaran dini hari, perkelahian, persahabatan sejati dan berujung pada perpisahan yang pada akhirnya membawa kenangan tersendiri. Cukup? Masih kurang inspiratif menurut saya. Hasan membawakan karakter Barry kecil dengan datar walaupun tidak bisa disebut buruk. Interaksinya dengan tokoh-tokoh di sekitarnya masih kurang maksimal apalagi dengan pemeran ayahnya yang terasa miscasting. Sutradara de Rantau yang sempat berselisih dengan Dematra paska produksi film ini tidak mampu mengulangi keluguan dan kenaturalan Denias dalam film ini. Apalagi dialog-dialognya masih kurang tajam, kalau tidak mau dibilang agak mengganggu di nyaris sebagian besar scene yang diusungnya. Alhasil Obama Anak Menteng secara keseluruhan tidaklah memukau, hanya keseriusan penggarapannya saja yang patut diapresiasi.
Durasi:
105 menit
Overall:
7 out of 10
Movie-meter:
6-sampah!
6.5-jelek ah
7-rada parah
7.5-standar aja
8-lumayan nih
8.5-bagus kok
9-luar biasa
Selasa, 29 Juni 2010
CHLOE : Kecurigaan Istri Berbuntut Obsesif Kompulsif
If the one you love was lying to you, how far would you go to find out the truth?
Storyline:
Saat kecewa karena suaminya David ketinggalan pesawat untuk menghadiri acara ultah yang sudah disiapkan, Catherine mulai berpikir buruk. Akumulasi hubungan suami istri yang mulai mendingin membuatnya nekad menyewa jasa Chloe, gadis misterius yang sering wara-wiri dekat tempat prakteknya. Ketika Chloe mulai menceritakan interaksinya dengan David, Catherine menjadi cemburu dan semakin kehilangan kendali akan akal sehatnya. Benarkah perselingkuhan itu terjadi hingga rumah tangga pasutri Stewart harus berakhir?
Nice-to-know:
Saat proses syuting berjalan pada bulan Maret 2009, Liam Neeson sempat meninggalkan lokasi beberapa hari karena istrinya Natasha Richardson mengalami cedera otak akibat kecelakaan ski es. Pada akhirnya Richardson meninggal, Neeson pun dengan sukarela melepaskan kepergiannya dan kembali meneruskan perannya dalam 2 hari setelah filmmaker sepakat mengubah skripnya.
Cast:
1 dari 4 proyek film yang dikerjakannya di tahun 2009 termasuk A Single Man, Julianne Moore bermain sebagai Catherine Stewart
Baru saja mendukung remake Jennifer’s Body (2009), Amanda Seyfried berperan sebagai Chloe
Liam Neeson sebagai David Stewart
Max Thieriot sebagai Michael Stewart
Director:
Atom Egoyan mulai dikenal luas setelah meraih nominasi Oscar kategori Sutradara Terbaik lewat The Sweet Hereafter (1997).
Comment:
Dengan kumpulan berbagai premis film-film thriller erotis tahun 1990an terciptalah film yang skripnya ditulis oleh Erin Cressida Wilson ini. Sepasang suami istri yang kehidupan rumah tangganya mulai goyah ditambah dengan kehadiran wanita muda penggoda. Sounds such an old twist and turns memang, tapi untungnya berhasil diremajakan sedemikian rupa untuk sebuah citarasa baru yang tidak kalah fresh. Nicely done!
Saya harus katakan ini adalah filmnya Julianne Moore. Totalitas aktingnya patut diacungi jempol karena bersedia beradegan nudis hingga menjurus aksi seksual. Emosinya pun benar-benar terpancing natural baik saat berhadapan dengan Neeson, Seyfried, Thieriot ataupun figurnya sebagai dokter ginekolog sukses. Kerapuhannya dapat dimengerti oleh penonton yang mungkin pernah merasakan pengalaman pribadi serupa dengannya.
Bagaimana dengan Amanda Seyfried? Peran gadis baik-baik yang biasa dilakoninya berubah 180 derajat kali ini. Yang menarik kesan lugu yang terpancar dari mata bundarnya seakan mengartikan hal lain, sesuatu yang dirahasiakan sekaligus berbahaya. Kecantikannya pun sedikit berkesan dewasa dari cara berpakaiannya yang apik. Berhadapan dengan Moore setelah Streep jelas semakin memperkaya pengalaman aktrisnya di masa mendatang.
Sutradara Egoyan menghadirkan sinematografi modern yang nyaman di mata dengan penggunaan setting lokasi yang minimalis tetapi maksimal hasilnya. Berpadu apik dengan scoring musik dari Mychael Danna yang merambat lurus searah dengan elemen suspensi yang dituangkan. Perubahan yang dilakukan Egoyan terhadap akhir cerita menyesuaikan kabar dukacita yang menimpa Neeson menguatkan kepekaannya terhadap hubungan antar manusia itu sendiri
Chloe adalah sebuah drama thriller yang solid dan mampu mengikat penonton untuk terus mengikutinya sampai akhir. Endingnya mungkin masih dapat dikategorikan predictable tetapi tetap sebuah cara manis nan realistis untuk mengakhirinya demikian. Insting alamiah seorang manusia kadang lebih berbahaya apalagi jika diikuti dengan asumsi-asumsi tak berdasar yang menjurus pada tingkah laku responsif yang berlebihan. Berhati-hatilah!
Durasi:
95 menit
U.S. Box Office:
$3,074,838 till July 2010
Overall:
7.5 out of 10
Senin, 28 Juni 2010
ALPHA DOG : Jeratan Muda-Mudi Narkoba dan Seks Bebas
Angela Holden-So you're like... ransom.
Julie Beckley-That's hot.
Zack Mazursky-It's ok. Its like another story to tell my grandchildren
Julie Beckley-Stolen boy.
Storyline:
Penyaluran narkoba di San Gabriel Valley, California di akhir tahun 1990an dimana Johnny menjadi orang termuda dalam daftar orang yang paling dicari FBI. Di usia 20, Johnny Truelove adalah pemuda yang rumahnya menjadi tempat populer buat teman-temannya untuk memakai narkoba dan melakukan seks. Tetapi semua hal baik berakhir ketika salah satu penyalur Johnny, Jake Mazursky berhutang padanya sebesar $1,200. Saudara tiri Jack yang berusia 15 tahun, Zack diculik dan disandera untuk mendapatkan uang itu kembali.
Nice-to-know:
Terpilih sebagai film penutup Festival Film Sundance 2006.
Cast:
Johnny Truelove muda diperankan oleh Emile Hirsch yang sudah bermain di puluhan serial televisi sejak usia 11 tahun.
Sang ayah Sonny Truelove dimainkan oleh aktor senior, Bruce Willis.
Ketiga sahabat utama Johnny yaitu Tiko, Elvis dan Frankie masing-masing dihidupkan oleh Fernando Vargas, Shawn Hatosy dan Justin Timberlake.
Kakak beradik Mazursky dilakoni oleh Ben Foster dan Anton Yelchin.
Director:
Nick Cassavetes yang kelahiran New York terakhir membesut Gosling dan McAdams dalam The Notebook (2004).
Comment:
Epilog film diceritakan dengan gaya yang sangat mengganggu dimana audiens diperkenalkan oleh sekumpulan anak muda kulit putih yang berdialog dengan gaya musik rap kulit hitam ditambah dengan gaya urakan satu sama lain. Namun semakin bercerita, rasanya kita akan mulai terbiasa akan semua itu kalau tidak mau dibilang bersimpati pada karakter-karakternya yang terasa nyata di kehidupan sehari-hari tersebut. Dari semuanya, Timberlake di luar dugaan menampilkan akting paling cemerlang sehingga sesaat sesaat kita lupa ketenarannya sebagai vokalis R&B papan atas masa kini. Tokoh Frankie yang dibawakannya mendominasi screen dari setiap scene yang ditawarkannya dengan kharisma tersendiri. Yelchin juga terbilang sukses mewakili karakter anak manis yang terjebak dalam lingkungan keluarga yang tidak membuatnya nyaman. Selebihnya tidak terlalu menonjol kalau tidak mau dikatakan terlalu satu dimensi. Sayangnya sutradara Cassavetes nyatanya berusaha terlalu banyak dalam mengangkat kisah yang diinspirasi dari kejadian nyata ini sehingga penonton akan bingung sekaligus tidak nyaman sepanjang durasinya yang cukup panjang itu apalagi dijejali dengan ratusan kata-kata kasar nyaris di setiap dialognya. Alpha Dog memiliki potensi yang baik dengan mood depresi yang diusungnya, great film but not comfortable watching it.
Durasi:
110 menit
U.S. Box Office:
$15,229,325 till mid Feb 2007.
Overall:
7 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
Minggu, 27 Juni 2010
THE LEGEND IS BORN IP MAN : Asal Usul Tokoh Wing Chun Muda
Setelah kematian gurunya Chan Wah Shun di Foshan, Ip Man pergi ke Hongkong untuk belajar. Di sana ia diperkenalkan pada teori Wing Chun dari Leung Pik yang memberinya kemajuan besar. Ketika ia kembali ke Foshan, Ip Man jatuh cinta dengan putri wakil walikota Cheung Wing-shing tetapi ditentang oleh ayahnya. Sementara itu gaya Wing Chun ala Ip Man juga dikatakan menyimpang dari bentuk asalnya terutama dari saudaranya Ip Tin Chi. Bagaimana ia menghadapi semua tantangan ini dan menjadi salah satu guru kungfu paling dihormati sepanjang masa?
Nice-to-know:
Berjudul asli Ye Wen qianzhuan.
Cast:
Dennis To sebagai Ip man
Fan Siu-Wong sebagai Ip Tin Chi
Sammo Hung Kam-Bo sebagai Chan Wah-shun
Huang Yi sebagai Cheung Wing-shing
Director:
Herman Yau tahun lalu cukup mencuri perhatian dengan Turning Point (2009).
Comment:
Jika satu film sukses sudah dibuatkan sekuelnya yang ternyata sukses juga maka bisa dipastikan akan ada lagi kelanjutan yang biasanya prekuelnya. Tak terkecuali dengan film yang mengangkat biografi guru kungfu legendaris pemilik aliran Wing Chun ini. Ip Man pun dikisahkan sejak masa mudanya. Problemnya adalah Ip Man sudah kadung kondang dengan nama Donnie Yen sehingga secara teori akan sulit menjual film ini.
Penggantinya adalah Dennis To, sang juara martial arts terbaru Hongkong yang memerankan Ip Man remaja. Secara postur dan penampakan, Dennis dapat dikatakan Donnie muda. Mirip sekali. Terima kasih pada tim kostum dan make-up yang mendadaninya sedemikian rupa. Namun dari akting, Dennis belum terlalu menonjol. Beruntung koreografi kungfunya cukup meyakinkan sehingga tidak mengecewakan. Aktor senior Sammo Hung dan Yuen Biao nyatanya cuma tampil sebagai pemeran pendukung. Yang cukup dominan malah Fan Siu Wong yang cukup berkarakter sebagai Ip Tin Chi. Kredit patut diberikan pada penampilan khusus Ip Chun yang merupakan putra asli Ip Man.
Fighting scene yang biasanya menjadi jualan film Ip Man kali ini sedikit kendor. Kebanyakan Ip Man remaja hanya berlatih tanding ataupun belajar. Memasuki pertengahan menjelang akhir barulah ada lawan seimbang dari kubu gangster Jepang era perang Sino-Japanese, itupun sudah bisa ditebak kemana arahnya. Satu hal yang menarik adalah duel antara Sammo dan Yuen di awal film dimana mata keduanya sempat ditutup saat memeragakan Wing Chun. Menarik!
Beruntung skrip Erica Lee diterjemahkan cukup baik oleh sutradara kawakan Herman Yau. Dengan demikian aspek-aspek lemah film ini dapat sedikit tertutupi dengan kemasan yang cukup menarik dari sisi sinematografi yang menggambarkan era yang dahulu sekali. Dari segi emosional yang menggerakkan penonton, The Legend Is Born rasanya belum mampu menyaingi Ip Man 1-2.
Durasi:
100 menit
Overall:
7.5 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
Sabtu, 26 Juni 2010
KNIGHT AND DAY : Tandem Dadakan Tuntaskan Misi Tak Terduga
June Havens-The pilots are dead!
Milner-Yeah, they've been shot.
June Havens-By who?
Milner-By me. No, actually, I shot the first pilot then he accidentally shot the second pilot. It's just one of those things.
Storyline:
Bertekad menghadiri pernikahan adiknya akhir pekan ini, June Havens tanpa sengaja bertemu Roy Miller di bandara. Perkenalan tersebut berlanjut di pesawat dan setelahnya. Lambat laun June mengetahui bahwa Roy adalah seorang agen rahasia cekatan yang tengah diburu dua pihak yang saling berseberangan yaitu FBI yang dipimpin Fitzgerald dan sindikat internasional yang dikepalai Antonio. Hal tersebut dikarenakan Roy menyimpan sumber energi baru yang dihasilkan oleh pemuda culun, SImon lewat sebuah eksperimen. Hari-hari June yang tenang pun berubah menjadi mencekam terlebih ia harus mengandalkan Roy untuk selamat sekaligus menuntaskan misinya tersebut.
Nice-to-know:
Dari judul "All New Enemies" menjadi "Trouble Man" dan sempat dipertimbangkan "Wichita", akhirnya tetap dipakai "Knight And Day". Skripnya pun mengalami pergantian sampai 6x!
Cast:
Tom Cruise pertama kali mendapat nominasi Oscar di usia 28 tahun kategori Aktor Utama lewat Born on the Fourth of July (1989). Disini ia kebagian peran Roy Miller, agen rahasia tangkas dan cerdas yang tengah menuntaskan misi terakhirnya.
Sebaliknya Cameron Diaz memperoleh nominasi Golden Globe pertamanya di usia 26 tahun kategori Aktris Utama Drama/Musikal via There's Something About Mary (1998). Kali ini dia didaulat sebagai June Havens yang bertemu "pria" yang salah yang kemudian menyeretnya dalam petualangan penuh aksi.
Director:
James Mangold terakhir menggarap 3:10 To Yuma (2007) dan Knight And Day ini adalah karya layar lebarnya yang ke-8.
Comment:
Cruise yang nampaknya masih mempertimbangkan lanjutan Mission Impossible seperti melakukan test-pack terhadap audiens dengan film ini. Sayangnya penundaan demi penundaan syuting maupun tanggal rilis bahkan hingga saat terakhir membuat banyak orang pesimis. Oke kita bahas dari plotnya dulu yang masih formula lama tentang agen rahasia yang terlibat misi rahasia hingga melibatkan orang biasa. Terdengar biasa? Coba tengok dulu aksi Cruise dan Diaz kali ini yang faktanya melakukan sebagian besar adegan berbahaya sendiri. Keduanya berbagi chemistry dengan baik dan orisinil, tanpa ada kesan palsu ataupun dipaksakan. Cruise yang nyaris dibilang paruh baya masih cukup mahir melakukan aksi demi aksinya. Diaz seperti biasa menampilkan keanekaragaman ekspresi dan bahasa tubuh yang menarik dari seorang wanita "nol" menjadi "seseorang". Belum lagi karakter-karakter pendukung yang secara porsi jauh di bawah kedua superstar itu tapi tetap tidak mengecewakan. Skripnya terbangun dengan rapi disusul dengan eksekusi yang cermat. Sinematografinya cukup menakjubkan dengan lokasi yang bervariasi di berbagai negara. Sutradara Mangold secara gemilang menampilkan sebuah action yang untungnya dibalut unsur komedi sehingga beberapa logika tidak masuk akal dan elemen-elemen yang berlebihan terasa termaafkan. Prolog dan epilog yang tersaji juga sangat entertaining dan witty. Menonton Knight and Day seakan mengendarai mobil dengan mata tertutup dan kecepatan yang konstan, memilih belokan secara acak tanpa tahu apa yang akan kita temui sepanjang perjalanan.
Durasi:
110 menit
U.S. Box Office:
$27,288,528 in opening week end of Jun 2010.
Overall:
8 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
Jumat, 25 Juni 2010
LETTERS TO JULIET : Terlambatkah Kesempatan Kedua Untuk Cinta?
Sophie-I'm sorry, I didn't know love had an expiration date.
Storyline:
Sophie mengikuti tunangannya yang seorang koki handal, Victor untuk melakukan perjalanan ke Verona, Italia. Disana Victor yang sibuk sendiri meninggalkan Sophie untuk membuat sebuah tulisan tentang romantisme Italia yang diinspirasi dari Secretary of Juliet. Disanalah sekelompok wanita paruh baya menulis jawaban atas surat-surat cinta yang dikirim oleh gadis-gadis dari seluruh dunia. Tanpa sengaja, Sophie menemukan surat cinta Claire yang telah tersembunyi selama 50 tahun dan membalasnya. Hal tersebut memicu kedatangan Claire yang sudah berusia lanjut dari Inggris bersama cucunya Charlie untuk mencari Lorenzo nya yang hilang. Petualangan tidak terduga pun dilakoni Sophie yang mungkin mengubah perspektifnya tentang cinta.
Nice-to-know:
Vanessa Redgrave dan Franco Nero merupakan pasangan sesungguhnya di kehidupan nyata.
Cast:
Karir akting Amanda Seyfried dimulai di layar gelas, As The World Turns pada tahun 2000. Kali ini kebagian peran utama Sophie yang secara sementara bergabung Secretary Of Juliet sementara tunangannya, Victor yang dilakoni oleh Gael Garcia Bernal sibuk menghadiri lelang wine.
Pernah mendukung Resident Evil : Extinction (2007), Christopher Egan bermain sebagai Charlie, pemuda Inggris yang menemani neneknya ke Italia.
Sempat memenangi Oscar kategori Aktris Pembantu Terbaik lewat Julia (1977), Vanessa Redgrave berperan sebagai Claire yang mencari cinta pertamanya justru di usia senja.
Director:
Karya penyutradaraannya pertama kali melalui Curfew (1989) dan Letters To Juliet merupakan karya ke-12 bagi Gary Winick.
Comment:
Melihat trailer film ini saya mengharapkan drama romantis yang berkualitas dan setelah menunggu beberapa minggu untuk kemudian menyaksikannya, harapan saya tidak salah. Plot ceritanya tidak jauh-jauh dari cinta dan mungkin bisa anda prediksikan apa yang akan terjadi dari menit ke menitnya. Namun yang membuat berbeda adalah intensitas scene demi scenenya disajikan dengan hangat dan tulus sehingga anda akan sabar menanti dan mengikutinya hingga berakhir. Penjiwaan Seyfried yang kaya ekspresi dan kepribadian sangat menarik. Mata bulat besarnya cukup mewakili kecerdasan dan antusiasme tokoh Sophie yang sebenarnya rapuh dan bimbang. Ia berhasil memimpin karakter lain yang juga tidak kalah mengecewakan. Redgrave memperlihatkan senioritasnya dengan tokoh Claire yang sensitif dan menyenangkan. Bernal juga menggambarkan sosok tunangan yang gila kerja dan sedikit egois. Tidak berbeda dengan Egan yang menerjemahkan tipikal pria Inggris kaku yang mengedepankan logika daripada cinta. Suasana Verona yang indah dengan lanskap bangunan tua di tengah-tengah padang rumput dan perladangan anggur juga sudah menimbulkan romantisme tersendiri. Romantisme yang sebetulnya dibungkus dengan pelukan hangat, gandengan tangan, curi pandang ataupun ciuman yang ditunggu-tunggu ini akan membuat hati audiens berdegup kencang dengan permainan emosi yang tumpah ruah. Letters To Juliet yang segmentasi utamanya wanita tetap membuat saya dan para penonton pria lainnya larut dalam antusiasme hingga durasi berakhir. Still great classic cliche romance movie that probably you've been waiting for!
Durasi:
105 menit
U.S. Box Office:
$46,754,242 till mid Jun 2010.
Overall:
8 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
Kamis, 24 Juni 2010
LASKAR CILIK : Kekompakan Berawal Dari Perseteruan
Meski sekelas di sekolah yang sama, Marisa dan Dino memiliki kubu masing-masing yang selalu berseberangan hanya karena beberapa persoalan kecil. Masa liburan tiba, Dino dan Edo pulang ke kampung halamannya untuk berkumpul bersama ayah ibunya. Di lain kesempatan, ayah Marisa juga ditugaskan untuk menangani pembangunan rumah di desa Megar dan mengajak istri dan anaknya sekaligus Ella yang juga teman setia Marisa. Sayangnya dalam perjalanan, seteru bisnis ayah Marisa menghadang mobil mereka dan menyandera suami istri tersebut. Marisa berhasil melarikan diri tetapi pingsan di tengah jalan dan diketemukan oleh Pak Kusumo ysng ternyata ayah Dino. Kini mereka harus bekerjasama untuk membebaskan ayah ibu Marisa dari kawanan preman tersebut.
Nice-to-know:
Diproduksi oleh Ganesa Perkasa Films.
Cast:
Arsenna sebagai Dino
Belinda Camesi sebagai Marisa
Cindy Valerie sebagai Ella
Derry Salim sebagai Edo
Director:
Subakti Is kali ini berkolaborasi dengan Shinta Rianasari Sh yang mengerjakan skenarionya.
Comment:
Film anak-anak ketiga pada musim liburan 2010 ini setelah Melodi yang gagal total dan Tanah Air Beta yang mengesankan itu. Lalu dimana posisi Laskar Cilik? Di luar cameo scenenya The Lucky Laki, rasanya tidak ada yang menarik. Plot ceritanya datar saja kalau tidak mau dibilang mengada-ngada. Bayangkan dua bocah berlawanan jenis yang karena hal-hal sangat sepele menciptakan konflik sendiri yang menempatkan teman-teman mereka dalam dua kubu yang saling berseberangan. Herannya dua kubu tersebut masih cukup kompak berkoreografi dan bernyanyi bareng sepanjang film meskipun kecanggungan dan dubbing yang tidak mulus terasa mengganggu mata dan telinga. Dari segi karakterisasi, tokoh Marisa yang pemalas dan manja rasanya tidak akan dapat menarik simpati penonton apalagi sampai peduli pada usahanya menolong ayah dan ibunya? Tokoh Dino meski digambarkan pintar dan baik hati tetapi tidak cukup berkharisma untuk memimpin anak-anak tersebut. Kinerja sutradara Subakti yang di bawah standar juga tidak banyak membantu. Bahkan ia terkesan menguji intelejensi anak-anak yang menjadi segmentasi yang ditujunya. Beberapa pesan moral yang berusaha disampaikannya seperti membuat pe-er sendiri, santun terhadap orangtua, setia kawan terhadap teman dsb entah kenapa menurut saya malah terasa tidak tepat caranya. Alhasil film ini terasa serba tanggung di berbagai lini. Gaya yang digunakan pun masih tergolong jadul seperti tahun 1990an. Come on! It’s 2010 already, make a good smart contemporer kids movie which enjoyable for their parents too.
Durasi:
85 menit
Overall:
6 out of 10
Movie-meter:
6-sampah!
6.5-jelek ah
7-rada parah
7.5-standar aja
8-lumayan nih
8.5-bagus kok
9-luar biasa
Rabu, 23 Juni 2010
HOLLOW MAN 2 : Manusia Tak Terlihat Tebar Teror
There's more to terror than meets the eye...
Storyline:
Kematian misterius ilmuwan Dr. Devin Villiers di Seattle membuat pasangan detektif Frank Turner dan Lisa Martinez ditugaskan melindungi koleganya, Dr. Maggie Dalton. Sayangnya Lisa terbunuh dalam tugasnya dan Frank memaksa Maggie untuk menceritakan semua. Maggiepun mengaku pernah melibatkan tentara veteran yang bernama Michael Griffin dalam eksperimen rahasia menciptakan pasukan yang tidak terdeteksi. Sayangnya percobaan gagal dan akibat radiasi tersebut, Michael dinyatakan meninggal dan sempat dikuburkan. Hingga pada suatu ketika, sesosok tak terlihat selalu mengejar Maggie untuk mendapatkan serum terbarunya. Akankah teror demi teror tak nyata itu dapat dihentikan?
Nice-to-know:
Nama "Michael Griffin" merupakan referensi langsung dari karakter "Griffin" dalam novel "The Invisible Man" karangan H.G. Wells di tahun 1997.
Cast:
Sempat meraih penghargaan MTV Movie Awards lewat Untamed Heart (2003), Christian Slater kebagian peran sebagai Michael Griffin yang nyaris tak terlihat sepanjang film.
Sempat membintangi 9 episode Six Feet Under, Peter Facinelli bermain sebagai Detektif Frank Turner.
Laura Regan mengawali dunia akting lewat Unbreakable (2000) dan kali ini berperan sebagai Dr. Maggie Dalton.
Director:
Claudio Faeh sebelumnya menulis dan menyutradarai Coronado (2003).
Comment:
Dengan bujet rendah, film ini cukup berhasil memaksimalkan spesial efek yang diusungnya walaupun akhirnya tidak mengubah fakta dilempar langsung ke pasaran DVD. Saya menggemari prekuelnya di tahun 2000 saat baru mengakhiri masa sekolah yang menurut saya salah satu sains fiksi underrated yang masih diingat hingga sekarang.
Film ini dibuka dengan kekerasan yang dilakukan manusia-tak-terlihat lantas berpindah pada karakter ilmuwan wanita yang menyembunyikan masa lalu. Kemudian ada detektif pria yang sekuat tenaga berusaha mengendalikan situasi. Itu saja. Lebih simpel dari anda yang tidak pernah mengganti popok bayi sekalipun!
Dari segi cast, Slater yang cukup bernama di periode 1990an sudah melewati masa jayanya bisa menawarkan apa. Ia hanya menjadi "bayangan" disini dan mengisi suaranya saja. Regan juga masih kurang matang sebagai ilmuwan cerdas yang menyimpan semua kunci. Facinelli terlalu terlihat "boyish" sebagai detektif handal. Nothing's special in this department!
Sutradara Faeh menggunakan tone malam hari sepanjang film dan hal ini benar-benar membuat saya mengantuk dan tidak berselera lagi mengikuti jalinan cerita yang ditawarkan. Apalagi adegan aksinya serba tanggung dan dieksekusi dengan buruk pula. Jauh dari apa yang dicapai Paul Verhoeven dalam Hollow Man (2000). Anda yang menyukai permainan kucing-tikus Bacon dan Shue di prekuelnya sebaiknya tidak menyimpan rasa penasaran demi menemukan esensi yang sama dalam Hollow Man 2 ini.
Durasi:
90 menit
Overall:
6 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
Selasa, 22 Juni 2010
NOT FOR SALE : Menjual Keperawanan Demi Uang Semata?
Shasi-Kesucian gue hanya gue berikan kepada orang yang bener-bener gue cinta, bukan untuk dijual!!
Cerita:
Di usia 16 tahun, May lari dari rumah karena persoalan keluarga yang dihadapinya. Di sekolah pun ia digosipkan menjual diri oleh teman-temannya dan sempat menolak perhatian tulus dari seorang siswa lugu. Adalah siswi bernama Shasi yang juga mendapat sebutan germo karena sering menjual teman-temannya sendiri dan akhirnya dikeluarkan dari sekolah. Dalam perjalanan May bertemu Shasi dan diperkenankan menumpang di kos temannya, Andhara yang berprofesi sebagai bartender di sebuah bar. May yang masih asing dengan pergaulan malam diajak Shasi dan Andhara juga berkenalan dengan Dessy yang menjadi penari di bar tersebut. Keempatnya menghadapi lika-liku kehidupan metropolitan yang bisa jadi kejam bagi gadis-gadis seusia mereka.
Nice-to-know:
Press conferencenya diadakan di fX pada tanggal 21 Juni yang lalu.
Cast:
Arumi Bachsin sebagai Shasi
Leylarey Lesesne sebagai Dessy
Chindy Anggrina sebagai May
Okkie Callerista sebagai Andhara
Director:
Baru saja menggarap Akibat Pergaulan Bebas yang cukup lama tayang di bioskop-bioskop ibukota itu, Nayato Fio Nuala kali ini bekerjasama dengan Viva Westi yang menulis skenarionya.
Comment:
Not For Sale seakan terbagi dalam dua bagian yaitu di sekolah dan di klub malam! Oke kita bahas dulu bagian sekolahnya. Disini sisi edukasi dari sebuah tempat bernama sekolah serasa terinjak-injak. Bayangkan siswa-siswi berkeliaran dengan baju dikeluarkan dan rambut dicat/ditata semaunya. Berbincang-bincang hanya masalah menjual diri dan cinta monyet dengan Blackberry di tangan masing-masing. Sampai kepala sekolah yang biasanya bijaksana berwibawa digambarkan dangkal dan mata duitan. What the f*? Bagaimana dengan bagian klub malamnya? Disini sisi hiburan dari sebuah tempat bernama diskotik/bar menjadi panggung pertemuan mucikari, lelaki hidung belang, penari telanjang yang seakan hanya peduli transaksi seks atau kesenangan semalam suntuk. Mungkin saja sangat mendekati kenyataan tetapi rasanya tidak perlu ditampilkan dengan gamblang lagi. Dari segi cast, rupanya Arumi dan Leylarey mulai "terbiasa" dengan gaya seorang Nayato. Rasanya mereka tidak perlu skrip lagi, cukup menggunakan baju minim yang mempertontonkan kemolekan tubuh dan berbicara layaknya anak broken home. Endingnya lebih konyol lagi karena memadukan unsur psikopat dan slasher dengan sedikit unsur horor thriller. Sudah cukup nampaknya 14 baris review saya kali ini. Masih tertarik menyaksikannya? Not For Sale.. or be seen!
Durasi:
80 menit
Overall:
6 out of 10
Movie-meter:
6-sampah!
6.5-jelek ah
7-rada parah
7.5-standar aja
8-lumayan nih
8.5-bagus kok
9-luar biasa
Senin, 21 Juni 2010
ZACK AND MIRI MAKE A PORNO : Kecanggungan Dua Sahabat "Bercinta" Dalam Video
Zack Brown-Oh you'll be sorry when I'm giving you the best orgasms of your life.
Miriam Linky-Yeah right. As if you even know what you're doing down there.
Zack Brown-Where's the clitoris again? Is it in your ass?
Storyline:
Zack dan Miri merupakan dua sahabat berlainan jenis yang tinggal bersama dalam satu apartemen. Kehidupan keduanya nyaris serupa yaitu pecundang dalam hal asmara dan pekerjaan yang tidak bisa diandalkan. Sampai pada suatu ketika, listrik dan air di apartemen mereka diputus karena telat membayar. Saat itulah Zack dan Miri memutar otak dan memutuskan untuk merekam video porno. Casting pun dilakukan dan akhirnya terpilihlah Lester, Stacey, Barry dll. Bersama mereka merancang sebuah skrip vulgar yang diyakini akan disukai kalangan remaja cabul. Namun diam-diam tumbuh perasaan aneh antara Zack dan Miri. Akankah video tersebut dapat diselesaikan tanpa konflik?
Nice-to-know:
Awalnya poster film ini memperlihatkan kartun Miri memberikan oral seks pada Zack tetapi dilarang di Amrik. Akhirnya diganti dengan Zack dan Miri yang terpisah menggunakan pakaian lengkap. Lolos dengan rating PG-17 walau ditambahkan simbol D (Dewasa).
Cast:
Elizabeth Banks yang pernah memenangkan Young Hollywood Award kategori Exciting New Face pada tahun 2003 disini bermain sebagai Miriam Linky yang mendambakan cinta dalam hidupya.
Tiga kali dinominasikan MTV Movie Award dalam 5 tahun terakhir, Seth Rogen kali ini berperan sebagai Zack Brown yang bekerja di kedai kopi dan seringkali berpikir seks cepat dengan wanita seksi.
Director:
Kevin Smith ini merupakan salah satu talenta Hollywood yang seringkali memegang banyak jabatan dalam sebuah produksi film termasuk editor, produser, penulis, actor dsb. Penyutradaraannya sendiri diawali lewat Mae Day : The Crumblimg of a Documentary (1992).
Comment:
Sangat jarang sebuah judul bisa merangkum keseluruhan isi sebuah film tetapi film ini melakukannya! Walau terdengar lugas tetapi tujuan penggunaan judulnya sangatlah mengena. Diawali dengan pembukaan pengenalan tokoh Zack Brown dan Miriam Linky yang walaupun chemistry nya terasa aneh tapi keduanya berbaur dengan baik. Rogen yang lugu mesum seperti biasa membawakan karakter yang nyaris mirip dengan sebelum-sebelumnya. Begitupun dengan Banks yang tidak terlihat jauh berbeda dari yang terdahulu. Beruntung mereka konsisten dengan tokoh yang dilakoni masing-masing dan dialog yang tercipta antar keduanya juga cukup tajam. Nikmati Zack and Miri Make A Porno di dvd yang berkualitas gambarnya, jangan mengharapkah versi originalnya apalagi jadwal penayangan di bioskop sebab film ini penuh dengan adegan nudis, simulasi seks, kata-kata vulgar. Terlepas dari semua fakta tersebut, komedi romantis ini teramat sangat jujur dan menghibur, lucu gila sekaligus touching di beberapa bagian. Kutiplah beberapa kata pelesetan seperti Star Wars menjadi Star Whores, lengkap dengan "versi" karakter-karakter di dalamnya. Endingnya mungkin tidak seperti yang anda harapkan tetapi esensinya tetap menghibur. Jangan mematikan begitu saja begitu credit title bergulir, sebab masih ada tambahan foot-notes yang kocak untuk anda.
Durasi:
100 menit
U.S. Box Office:
$31,457,946 till end of January 2009.
Overall:
7 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
Minggu, 20 Juni 2010
RAAVAN : Action Thriller Ramayana Versi Modern
Ten Heads. Ten Minds. A Hundred Voices. One man.
Storyline:
Inspektur polisi, Dev seumur hidupnya mempunyai satu tujuan yaitu membekuk seteru abadinya, Bheera yang selalu menjadi buronan hukum selama bertahun-tahun. Suatu ketika Dev dipindahtugaskan ke Lal Maati, sebuah kota kecil di India Utara. Sayangnya ia tidak tahu disanalah Bheera dianggap kepala suku yang paling berkuasa dan pada satu kesempatan berhasil menculik istri Dev, Ragini yang tengah berperahu. Dev harus memutar otak untuk menaklukkan Bheera sekaligus mendapatkan Ragini kembali meskipun permainan kucing tikus tersebut membuka rahasia masing-masing dari mereka.
Nice-to-know:
Diproduksi oleh Madras Talkies.
Cast:
Abhishek Bachchan sebagai Beera Munda
Aishwarya Rai sebagai Ragini
Chiyaan' Vikram sebagai Dev Pratap Sharma
Director:
Karya-karya Mani Ratnam pernah memenangkan penghargaan di festival film internasional sebelumnya.
Comment:
Nyaris semua orang di Asia sudah mengenal kisah klasik Ramayana yang sudah diterjemahkan ke berbagai versi di seluruh pelosok negara Asia termasuk Indonesia tentunya. Bagaimana Rama berjuang menyelamatkan istrinya Sinta dari tawanan iblis berkepala sepuluh. Kini dongeng tersebut dimodernisasi oleh sutradara handal Ratnam yang bekerjasama dengan editor Sreekar Prasad dan desainer produksi Samir Chandra. Sinematografinya memukau dan konsisten sepanjang film dengan menampilkan lanskap hutan, lembah, jurang, tebing, air terjun, laut dengan paparan langit biru yang terbentang luas, terima kasih pada kinerja Manikandan dan Santosh Sivan yang demikian baiknya. Belum lagi masuknya nama A.R. Rahman sebagai komposer handal untuk musik latarnya. Jika tim produksi sudah solid apakah mudah menciptakan film action yang baik dengan jalinan cerita yang sudah dikenal luas? Tentu saja tidak. Paruh pertama film, gaya penyutradaraannya terasa sangat monoton dan mengganggu, belum lagi karakterisasinya seakan tidak bernyawa samasekali. Di paruh kedua memang meningkat dikarenakan intensitas action semakin memuncak dan penjiwaan ketiga karakter utama semakin terungkap. Melihat deretan cast, Bachchan dan Rai yang aslinya suami istri "tampak" berusaha keras menampilkan chemistry yang baik di luar fakta mereka pihak yang berseberangan disini. Sayangnya sepanjang film, hanya Bachchan yang terlihat sekuat tenaga mengangkat film dengan permainan watak dan aksi yang dilakukannya. Penilaian saya, Raavan terlihat bagus hanya di beberapa bagian tetapi mengecewakan sebagai satu kesatuan. Terlihat antusiasme penonton di awal, termangu-mangu kebingungan di pertengahan dan menjadi tanpa ekspresi di ending, mereka-reka apa yang baru saja mereka saksikan!
Durasi:
130 menit
Overall:
6.5 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
Sabtu, 19 Juni 2010
TOY STORY 3 : Petualangan Penutup Kumpulan Mainan Andy
Andy's Mom-[speaking to someone else] Andy's going to college. Can you believe it?
Andy-Mom, I'm not leaving 'til Friday.
Andy's Mom-What are you going to do with these old toys?
Storyline:
Tahun demi tahun berlalu, Andy sudah berusia 17 tahun dan sebentar lagi masuk perguruan tinggi. Lantas bagaimana nasib mainannya yang selama bertahun-tahun sudah terabaikan? Woddy, Buzz dkk hanya pasrah menunggu nasib, apakah akan ditaruh di gudang, disumbangkan atau bahkan dibuang di tempat sampah. Andy pun memilih Woody untuk dibawa serta ke kampus nan jauh dari rumahnya. Sedangkan yang lainnya ia masukkan dalam kantong sampah untuk disimpan di loteng. Sayangnya insiden terjadi, saat kantong sampah tersebut nyaris terangkut truk sampah untuk dihancurkan! Beruntung tepat pada waktunya mereka menyelamatkan diri dan memilih masuk kotak untuk disumbangkan ke Sunnyside, tempat penampungan anak-anak dari berbagai kelompok umur. Lantas apakah pilihan tersebut tepat? Rintangan apa yang menghadang mereka untuk menentukan pilihan nasib mereka sendiri?
Nice-to-know:
Meskipun Disney dan Pixar sudah berpisah pada tahun 2004-2005, ide untuk meneruskan sekuel Toy Story membuat mereka kembali bekerjasama di tahun 2009 dan sepakat menunda proyek yang sedang mereka kerjakan masing-masing demi berkonsentrasi pada film ini.
Voice:
Tom Hanks sebagai Woody
Tim Allen sebagai Buzz Lightyear
Joan Cusack sebagai Jessie
Ned Beatty sebagai Lotso
Don Rickles sebagai Mr. Potato Head
Michael Keaton sebagai Ken
Wallace Shawn sebagai Rex
John Ratzenberger sebagai Hamm
Estelle Harris sebagai Mrs. Potato Head
John Morris sebagai Andy
Jodi Benson sebagai Barbie
Emily Hahn sebagai Bonnie
Laurie Metcalf sebagai Andy's Mom
Blake Clark sebagai Slinky Dog
Director:
Setelah menjadi asisten sutradara bagi Toy Story 2, Monsters, Inc. dan Finding Nemo, Lee Unkrich dipercaya untuk "naik tahta" dalam penutup trilogi Toy Story ini.
Comment:
Masih terbayang dalam ingatan saat masih berusia belasan tahun, saya disuguhkan pionernya animasi kreatif Toy Story 1-2 yang berkualitas baik. Lantas 10 tahun setelah sekuel terakhirnya, begitu banyak perubahan yang terjadi di dunia animasi. Bagaimana Toy Story 3 menjawab tantangan tersebut? Pertama, franchise film ini terkenal dari plot ceritanya yang sangat dekat dengan kehidupan anak-anak di dunia nyata. Dan hal tersebut dipertahankan disini dengan timeline yang juga real, Andy meninggalkan masa kanak-kanaknya dan beranjak remaja. Tentunya perubahan nasib juga dialami para mainannya. Kedua, semua tokoh yang demikian beragam bentuk dan sifatnya dapat dibagi sama rata dan konsisten. Dan dengan tambahan tokoh-tokoh baru yang tidak kalah menarik disini, karakterisasinya menjadi berkembang maksimal. Ketiga, gambar animasi yang ditawarkan sangat eye-catchy dengan konsep dua dimensi yang sederhana. Dan disini transisi ke konsep 3D merupakan nilai plus tersendiri meskipun tidak terlalu dominan. Sudah cukupkah ketiga elemen dasar animasi yang baik tersebut melebur dalam Toy Story 3? Nyatanya belum. Di luar dugaan, storyline melebar dengan memperlihatkan situasi dan kondisi Sunnyside yang bisa dikatakan rumah sekaligus penjaranya mainan-mainan terbuang. Bagaimana persahabatan sejati dapat menanggulangi semua hambatan yang ada untuk tetap menjaga persatuan diuji dengan berat disini. Kesempurnaan intonasi Hanks dan Allen dalam menyuarakan Woody dan Buzz juga memuncak disini sehingga leading character keduanya terasa istimewa dalam memimpin rekan-rekan lainnya. Humor cerdas yang disisipkan di sana-sini sama sekali tidak mengganggu, bahkan memperkuat jalinan aksi petualangan yang intensif. Kreatifitas yang dirancang Unkrich membuatnya layak disebut maestro film yang dulunya dibesarkan John Lasseter ini. Endingnya ditutup dengan luar biasa brilian sehingga penonton tidak merasakan durasinya berakhir samasekali. Ada dua momen menjelang epilog yang akan meluluh-lantakkan emosi anda. Satu mengenai teori "holding on together" dan kedua tentang "farewell" yang seringkali tidak terelakkan atas alasan apapun jua. Tonton sendiri untuk mengetahuinya secara detail dan jangan gengsi untuk menyeka mata anda yang basah, sebab audiens juga akan melakukan hal yang sama! Inilah animasi perfecto timeless yang tidak akan terlepas dari ingatan dalam waktu yang teramat sangat panjang tidak peduli berapapun usia anda, anak-anak maupun orang dewasa. Penutup megah dari suatu trilogi animasi yang tidak akan tergantikan oleh apapun sampai kapanpun juga. Bisa dipastikan memenangkan Best Animated Movie pada ajang Academy Awards 2011. Percaya?
Durasi:
100 menit
U.S. Box Office:
$41,000,000 in opening week mid Jun 2010.
Overall:
8.5 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
Jumat, 18 Juni 2010
TANAH AIR BETA : Makna Penting Ikatan Saudara
Saat Timor Timur berpisah dari Indonesia pada tahun 1999, Merry juga berpisah dengan kakak kandungnya Mauro yang tinggal bersama pamannya. Bertahun-tahun Merry merindukan Mauro walau ibunya, Tatiana selalu menemaninya dengan setia terlebih bekerja keras sebagai guru di kamp darurat demi menghidupi mereka berdua. Beruntung Merry masih dapat mengenyam pendidikan dan berteman dengan Carlo yang sebatang kara. Carlo diam-diam menaruh perhatian pada Merry tetapi keduanya seringkali bertengkar. Hingga pada suatu saat, Merry nekad pergi ke perbatasan dengan bekal seadanya untuk menemui Mauro yang kabarnya ada disana. Berhasilkah pertemuan yang dinanti-nanti itu terwujud pada akhirnya?
Nice-to-know:
Gala premierenya diselenggarakan di Planet Hollywood pada tanggal 14 Juni yang lalu.
Cast:
Alexandra Gottardo sebagai Tatiana
Asrul Dahlan sebagai Abubakar
Griffit Patricia sebagai Merry
Yehuda Rumbindi sebagai Carlo
Lukman Sardi
Ari Sihasale
Robby Tumewu
Thessa Kaunang
Director:
Mantan aktor layar kaca yang sudah beralih menjadi sutradara, Ari Sihasale terakhir menggarap film anak-anak bertemakan olahraga dalam King (2009) yang juga mendapat banyak pujian.
Comment:
Beberapa kali film-film Alenia Pictures mencetak sukses sebelumnya dari segi kualitas maupun raihan jumlah penonton. Tahun ini andalan mereka adalah Tanah Air Beta yang bersetting di Timor Leste. Dan lagi-lagi setting menjadi salah satu kelebihannya karena berhasil menampilkan sinematografi yang sangat indah terlepas dari terik dan keringnya alam Indonesia Bagian Timur tersebut. Ale berhasil menangkap sudut-sudut lanskap dan menjadikannya latar belakang cerita yang baik. Plotnya sederhana mengenai kakak beradik yang terpisah dan bagaimana perjuangan sang adik untuk melepas rindu terhadap kakak kandungnya tersebut. Perjalanan mencapai tujuan itulah yang unik karena sisi humanisnya terasa sekali. Griffit dan Yehuda bermain sangat lugas disini sebagai Merry dan Carlo sehingga kita tidak peduli lagi penampilan fisik mereka yang seadanya. Dalam balutan seorang ibu muda dan guru budiman bernama Tatiana, kita juga nyaris tidak mengenali Alexandra Gottardo. Lagu nasional lawas yang digunakan sebagai judul film juga didengungkan lagi versi harmonika maupun instrumen lainnya demi membangun mood film. Menyaksikan Tanah Air Beta terasa tidak seperti film local, nuansanya seperti film-film Asia Tengah yang sangat membumi. Jangan lewatkan jika anda ingin tontonan keluarga yang menggelikan dalam arti positif sekaligus menyentuh sanubari ini.
Durasi:
95 menit
Overall:
8 out of 10
Movie-meter:
6-sampah!
6.5-jelek ah
7-rada parah
7.5-standar aja
8-lumayan nih
8.5-bagus kok
9-luar biasa
Kamis, 17 Juni 2010
RED COBEX : Geng Ibu-Ibu Berantas Ketidakadilan
Geng Red CobeX dapat dibilang multikultural karena para anggotanya dari berbagai daerah beranggotakan yaitu ibu-anak Ambon, Mama Ana dan Yopie, Tante Lisa dari Manado, Yu Halimah dari Tegal, Mbok Bariah dari Madura, Cik Meymey yang Cina Betawi. Mereka sangat disegani karena membela kaum lemah dengan menyingkirkan orang-orang yang mengambil keuntungan dari hal-hal maksiat ataupun tidak halal. Sayangnya aksi main hakim sendiri tidak ditolerir polisi yang tetap menjebloskan mereka ke dalam penjara Nusa Kembang. Namun Yopie yang dianggap tidak bersalah dibebaskan dan sementara menumpang tinggal di rumah sahabat karibnya, Ramli yang juga suami Ipah. Yopie mencoba hidup jujur dengan bekerja sebagai pelayan yang membawanya bertemu Astuti, gadis Jawa yang manis. Akankah Yopie dapat menemukan jati diri nya sendiri tanpa menyakiti hati Mama Ana and the gank?
Nice-to-know:
Diproduksi oleh Starvision dan gala premierenya dilangsungkan di Planet Hollywood pada tanggal 15 Juni yang lalu.
Cast:
Tika Panggabean sebagai Mama Ana
Indy Barends sebagai Tante Lisa
Sarah Sechan sebagai Mbok Bariah
Cut Mini sebagai Cik Meymey
Aida Nurmala sebagai Yu Halimah
Lukman Sardi sebagai Yopie
Revalina S Temat sebagai Astuti
Shanty sebagai Ipah
Irfan Hakim sebagai Ramli
Director:
Upi Avianto mengawali karir penyutradaraannya lewat 30 Hari Mencari Cinta (2004) yang cukup sukses itu.
Comment:
Dibuka dengan kehebohan geng Red Cobex memberantas preman di sebuah kampung, terus terang prolog tersebut menimbulkan firasat buruk dalam diri saya akan kualitas film secara keseluruhan. Dugaan itu tidak salah karena selama 105 menit durasinya, saya dan sebagian besar penonton merasa sangat tersiksa! Pertama, plot ceritanya sangat mengada-ngada dan klise. Sekelompok orang multiras yang kali ini diwakili ibu-ibu berusaha menunjukkan tajinya plus bumbu romansa dua pasangan yaitu sepasang suami istri dan dua sejoli yang sedang jatuh cinta. Kedua, genre komedi yang diusung tidak didukung oleh humor cerdas dan kreatif. Semua adegan pengocok tawa terlalu dipaksakan slapstick dan tidak lucu sama sekali. Satu-satunya yang membantu mungkin musik latar yang setidaknya terdengar kocak. Ketiga, gaya penyutradaraan yang acak adut. Entah apa yang ada di benak Upi yang sebetulnya menggunakan nama besarnya sebagai sutradara wanita lokal berbakat untuk menyedot calon penonton. Saya tidak menyalahkan jajaran castnya disini karena skrip yang mengharuskan mereka berada di relnya. Namun setidaknya masing-masing berusaha konsisten dengan logat dan gaya khas daerah yang diharuskan. Padahal banyak nama tenar nan berbakat yang ambil bagian disini. Yang mengganggu adalah pemilihan Lukman sebagai anak Tika. What?! Alhasil, Red Cobex gagal merebut simpati penonton yang sudah tidak peduli lagi dengan jalan cerita ataupun para tokohnya meskipun animo awalnya cukup tinggi.
Durasi:
105 menit
Overall:
6 out of 10
Movie-meter:
6-sampah!
6.5-jelek ah
7-rada parah
7.5-standar aja
8-lumayan nih
8.5-bagus kok
9-luar biasa
Rabu, 16 Juni 2010
9 TEMPLES : Jawaban Atas Proses Karma Kehidupan
Arsitek muda, Nat pulang kampung bersama kekasihnya yang penata gaya, Poon. Disana mereka bertemu ibu Nat yang banyak bertanya kepada Poon. Sebelum pergi ibunya berpesan agar Nat mengunjungi sembilan kuil untuk menghapus karma buruk yang berasal dari masa lalunya dalam tempo seminggu. Meskipun enggan, Nat akhirnya menjalankan perintah itu. Menggunakan mobil, Nat dan Poon juga ditumpangi biksu muda yang juga teman kecilnya, Sujitto, mereka bertiga melakukan perjalanan spiritual tersebut. Hal-hal mengerikan sekaligus menakutkan dialami Nat dan Poon. Mungkinkah karma seseorang dapat mempengaruhi karma yang lainnya? Bagaimana akhir dari perjalanan tersebut?
Nice-to-know:
Oriental Eyes mengedarkan film yang juga dikenal dengan judul Secret Sunday ini di Thailand sejak 13 April 2010 yang lalu.
Cast:
Siraphan Wattanajinda sebagai Poon
James Mackie
Penpak Sirikul
Paradorn Sirakowit
Director:
Merupakan debut penyutradaraan pertama bagi Saranyoo Jiralak.
Comment:
Dalam agama Buddha, hukum karma merupakan sesuatu yang sulit dijelaskan dengan logika. Kita tidak akan pernah tahu apa yang terjadi di kehidupan lampau sehingga harus membayarnya kemudian hari bahkan terkadang saling berkaitan dengan orang-orang di sekitar kita yang juga menjalaninya. Itulah plot cerita yang coba disampaikan 9 Temples yang uniknya bergaya road movie, sesuatu yang jarang dilakukan film horor. Namun industri film Thailand memang lekat dengan genre ini yang seringkali mencetak sukses. Ketiga pemain utamanya bermain memenuhi standar dengan penjiwaan yang tidak berlebihan. Chemistry antar satu dengan lainnya juga tercipta dengan cukup baik. Yang temperamen, yang lugas pemberani, yang tenang bijaksana kontras satu sama lain. Sayang sutradara membuat penggarapannya cenderung jatuh ke drama dengan arus linier diselingi beberapa flashback yang baru terjelaskan di ending. Dibekali durasi yang cukup panjang, film yang kencang promosinya ini memang terkesan boring dan ditutup dengan konklusi yang semu dan eksplisit, tergantung dari pemahaman anda akan konsep karma itu sendiri.
Durasi:
105 menit
Overall:
7 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
Selasa, 15 Juni 2010
LAKE PLACID 2 : Momok Buaya Raksasa Penduduk Lokal
Sadie Bickerman-Don't get eaten.
Storyline:
Sheriff James Riley memimpin sekelompok paleontologis dari New York masing-masing Emma, Struthers, Ahmad dkk untuk menemukan makhluk buas yang telah memakan korban penduduk setempat. Mereka dengan cepat menyadari mereka tidak hanya menghadapi seekor buaya raksa tetapi tiga ekor! Sementara itu putra Sheriff, Scott sedang bersantai di pinggir sungai bersama gadis idamannya, Kerri dll tanpa menyadari bahawa yang mengintai mereka dari jauh. Akankah misi tersebut dapat dituntaskan tanpa banyak korban jiwa berjatuhan?
Nice-to-know:
Merupakan sekuel dari thriller horor Lake Placid (1999).
Cast:
John Schneider sebagai Sheriff James Riley
Sarah Lafleur sebagai Emily 'Emma' Warner
Sam McMurray sebagai Struthers
Chad Collins sebagai Scott Riley
Alicia Ziegler sebagai Kerri
Joe Holt sebagai Ahmad
Ian Reed Kesler sebagai Thad
Director:
David Flores sejauh ini baru menyutradarai beberapa film televisi.
Comment:
Banyak pihak menyukai Lake Placid yang memasang beberapa nama yang cukup dikenal pada waktu itu termasuk Bill Pullman, apalagi skrip ditulis oleh David E. Kelly dengan brilian. 8 tahun kemudian muncullah sekuelnya yang langsung diedarkan untuk konsumsi televisi. Lantas kualitasnya bisa ditebak bukan? Temanya sangat tambal sulam dan dipaksakan serasional mungkin. Namun hal itu membunuh karakter dalam film ini satu-persatu. Kita akan melihat gadis bodoh yang berjemur di pinggir sungai, cowok gendut sok jagoan, pria paruh baya yang hanya bisa mengatur dsb yang bisa ditebak hanya menjadi umpan buaya saja. Begitu banyaknya tokoh yang tidak penting sehingga penonton akan lupa berapa jumlah manusia yang sudah disantap! Bagi anda yang sekadar ingin menonton tanpa berpikir, mungkin bisa menikmati adegan demi adegan sadis sampai tuntas. Namun jika anda termasuk kelompok yang mengagumi Lake Placid, sebaiknya buang jauh-jauh rasa penasaran anda akan sekuelnya yang cukup mengecewakan ini.
Durasi:
90 menit
Overall:
6.5 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
Senin, 14 Juni 2010
I LOVE YOU, PHILLIP MORRIS : Pandangan Hidup dan Cinta Seorang Gay Radikal
The Conman who wouldn’t go straight.
Storyline:
Steven Russell kelihatan hidup bahagia bersama istrinya, Debbie dan karirnya sebagai polisi local. Namun sebuah kecelakaan mobil menyadarkannya bahwa ia seorang gay dan berusaha hidup sesuai takdirnya tersebut. Steven berpacaran dengan Jimmy Kemple dan seketika gaya hidupnya meningkat drastis menjadi penuh kemewahan. Semua itu butuh uang dan Steven tak segan-segan menipu asuransi ataupun berbelanja dengan kartu kredit palsu. Tindakan melawan hokum tersebut membuatnya dipenjara. Disanalah ia bertemu Phillip Morris yang lembut dan sensitif. Keduanya jatuh cinta dan sekali lagi Steven berusaha keras menciptakan akhir yang bahagia bagi dirinya sendiri.
Nice-to-know:
Berdasarkan kisah nyata kehidupan seorang Steven Jay Russell.
Cast:
Karakternya sebagai orang yang suka berbohong demi suatu tujuan nyaris serupa dengan yang terakhir dilakoninya dalam Yes Man (2008). Namun bedanya Jim Carrey memperlihatkan orientasi “lain” sebagai Steven Russell disini.
Berbagai karakter pernah dimainkannya termasuk dalam Trainspotting (1996) yang melejitkan nama Ewan McGregor. Kali ini ia kebagian peran Phillip Morris yang setia dan low-profile.
Leslie Mann sebagai istri Steven, Debbie dan Rodrigo Santoro sebagai Jimmy Kemple.
Director:
Bertindak juga sebagai penulis selain sutradara adalah duet Glenn Ficarra dan John Requa yang merupakan kolaborasi pertama mereka setelah sempat terlibat dalam jabatan yang berbeda dalam Cats & Dogs (2001).
Comment:
Cukup mengejutkan melihat dua actor berbakat bermain sebagai pasangan homo dalam sebuah film. Namun Carrey dan McGregor berhasil menjawab tantangan itu. Jim dengan gaya komedikal nyelenehnya seperti biasa memberikan sentuhan sebagai sosok gay yang tidak kepribadiannya sangat ekstrovert karena perilakunya kelewat ekstrim. Namun kehomoannya bisa dimaklumi lewat sejumlah visinya sedari kecil, lihat adegan menunjuk awan yang sangat imajinatif itu. Dan audiens mungkin saja tidak bersimpati pada tokoh Steven karena perilakunya tetapi realita itulah yang justru menarik untuk disaksikan. Sebaliknya Ewan bertransformasi menjadi pria blonde yang manis tutur katanya dan cara berpikirnya yang simple tetapi dalam. Interaksi keduanya sebagai kekasih di lingkungan penjara terasa realistis. Meskipun diilhami dari kisah nyata, Ficarra dan Requa berhasil menulis skrip dengan brilian dan melakukan penekanan pada elemen-elemen yang tepat sehingga seluruh kejadian yang diceritakan sangat membumi. I Love You, Phillip Morris tidaklah bercerita tentang Philip tetapi dari sudut pandang pria yang mengatakannya. Sebuah kisah cinta sesama jenis yang lucu sekaligus mengharukan dengan twist ending yang unik.
Durasi:
90 menit
U.K. Box Office:
£2,298,494 in early April 2010
Overall:
7 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
Minggu, 13 Juni 2010
THE A-TEAM : Kelompok Berani Mati Bersihkan Nama Baik dan Kehormatan
Col. John 'Hannibal' Smith-I love it when a plan comes together.
Storyline:
Dibuka dengan pertemuan John “Hannibal” Smith, Templeton “Faceman” Peck, BA “Bad Attitude” Baracus dan HM “Howling Mad” Murdock yang tidak terduga hingga akhirnya membentuk satu kesatuan militer rahasia yang tangguh. 8 tahun berlalu dan sudah ratusan kasus mereka tangani hingga dijebak atas tuduhan pembunuhan Jenderal Morrison dan pencurian plat uang bernilai jutaan dollar! Keempatnya segera dijebloskan ke penjara selama beberapa waktu hingga ditawarkan kebebasan oleh Letnan Lynch dengan syarat mencari plat yang sesungguhnya. Tugas The A-Team tidaklah mudah karena berbagai intrik harus mereka pecahkan disamping menghindari kejaran C.I.A yang meyakini mereka bersalah. Bagaimana Kolonel Hannibal dapat memimpin timnya pada kehormatan yang menjadi hak mereka?
Nice-to-know:
Awalnya akan ditangani oleh John Singleton yang pernah sukses lewat 2 Fast 2 Furious (2003). Namun akhirnya dibatalkan oleh 20th Century Fox dikarenakan beberapa perubahan besar yang dilakukannya.
Act:
Aktor senior, Liam Neeson yang pertama kali bermain film dalam Pilgrim's Progress (1979) didapuk sebagai Komandan Hannibal Smith yang pandai mengatur strategi.
Aktor berusia 35 tahun yang sedang naik daun bernama Bradley Cooper ini kebagian peran Letnan Templeton Peck yang flamboyan.
Jessica Biel mengawali akting lewat Its a Digital World (1994) dan kali ini bermain sebagai kapten cantik, Charisa Sosa.
Tidak lupa si 'Rampage', Quinton Jackson dan Sharlto Copley yang angkat nama lewat District 9 (2009) sebagai B.A. Baracus yang jago kelahi dan Murdock yang gila.
Director:
Joe Carnahan terakhir menggarap Smokin' Aces (2006) dan kali ini bertindak sebagai penulis skenario juga untuk film yang diangkat dari serial televisi ternama tahun 1980an.
Comment:
Serial televisinya yang top di tahun 1980an hanya pernah sesekali saya ikuti bersama bokap di rumah, tentunya karena masih berusia di bawah 10 tahun, saya belum terlalu mengerti keseluruhan jalan ceritanya. Saat mendengar akan dibuat versi layar lebarnya, saya penasaran walau tidak antusias. Nyatanya sejauh ini, inilah film musim panas 2010 yang seharusnya disuguhkan! Ceritanya meski tergolong klise, kalau tidak mau dibilang sedikit mengingatkan The Losers beberapa pekan lalu, tetapi disuguhkan dengan tempo cepat yang dipadukan dengan skenario yang gemilang. Dengarkan saja sindiran tajam Baracus, celotehan gila Murdock, rayuan manis Peck ataupun instruksi tegas cerdas Hannibal. Dan castnya merupakan nilai paling plus disini. Neeson yang kadung matang tidak mengecewakan kepemimpinannya, Cooper tampan menggoda, Jackson gahar dengan rambut Mohawknya, belum lagi Copley yang melebur dengan kesintingannya. Lupa untuk menyebutkan Biel yang cantik tegas seperti biasa, atau bahkan Patrick Wilson yang herannya tidak tercantum namanya dalam credit title? Bujet besar diimbangi dengan penggunaan spesial efek pada scene yang tepat sehingga hasilnya mengagumkan, lihat bagaimana tank berpayung meluncur bebas di pertengahan atau kontainer cargo berjatuhan tak karuan di penghujung cerita. Sutradara memaksimalkan semua elemen yang dimiliki sehingga durasinya yang cukup panjang tidak terasa. The A-Team memang tidak akan membuat anda berpaling pada pilihan B. Tidak percaya?
Durasi:
110 menit
U.S. Box Office:
$30,000,000 in opening week mid June 2010.
Overall:
8 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent