Quotes:
Katie-You promised me you wouldn't get a fucking Ouija board!
Micah-No, I promised I wouldn't go *buy* Ouija board. I borrowed one.
Cerita:
Pasangan muda dari kalangan menengah, Micah dan Katie pindah ke rumah pinggir kota dengan harapan mendapatkan suasana baru terlebih karena Katie "sensitif" sejak kecil. Namun disana mereka malah mengalami gangguan supranatural terutama di tengah malam atau subuh saat beristirahat lelap. Hari demi hari, malam demi malam, Micah dan Katie berusaha keras mencari tahu apa yang sesungguhnya menghantui mereka.
Gambar:
Berlokasi syuting di San Diego, gambar yang ditampilkan dari sudut pandang camera/webcam terasa sangat riil dengan night mode.
Act:
Micah Sloat dan Katie Featherston pernah tampil sebagai bintang tamu dalam The Jay Leno Show dan The Bonnie Hunt Show di tahun 2009 ini. Akan menarik menanti kiprah mereka di masa yang akan datang.
Sutradara:
Bertindak mulai dari proses casting, penulis cerita, editor, produser sampai sutradara dilakoni Oren Peli yang mendadak terkenal setelah film produksi 2007 ini meledak justru beberapa tahun setelahnya.
Comment:
Penceritaan film ini bisa dikatakan sangat sederhana tapi bisa dialami oleh siapa saja dalam kehidupan sehari-harinya. Jika anda melihat dari sudut pandang yang sempit, film ini akan terasa biasa saja. Namun jika anda memperhatikan lebih seksama, banyak sekali kelebihan yang ditawarkannya. Akan saya uraikan satu persatu. Pemilihan Katie dan Micah sendiri bisa dibilang tepat karena berbagi chemistry yang kuat, dimana dialog yang diucapkan dan gestur tubuh yang ditampilkan mempertajam situasi buruk yang mereka hadapi bersama. Sang sutradara sangatlah pandai memaksimalkan tensi, penokohan dan imajinasi sehingga jalinan kisah semakin mantap. Pemilihan tata suara, pencahayaan dan sudut pandang kamera juga brilian sehingga terkesan homemade video selayaknya yang pernah ditampilkan dalam A Blair Witch Project sebagai pionirnya. Paranormal Activity tidaklah menampilkan sosok hantu tetapi membuat anda membayangkannya dan itu jauh lebih menakutkan. Endingnya cukup shocking, niscaya penonton akan terdiam dahulu selama beberapa saat. Salah satu film terseram sepanjang masa yang bisa jadi membuat anda sulit tidur berhari-hari setelah menyaksikannya!
Durasi:
85 menit
U.S. Box Office:
$103,690,184 till mid Nov 2009
Overall:
7.5 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Minggu, 29 November 2009
Sabtu, 28 November 2009
NINJA ASSASSIN : Petualangan Ninja Pembunuh Pembelot
Cerita:
Berangkat dari anak jalanan saat ditemukan, Raizo ditempa oleh Ozunu Clan menjadi ninja pembunuh yang paling berbahaya di dunia. Perkumpulan rahasia mereka sangat dirahasiakan sehingga seringkali dianggap mitos belaka oleh public. Dihantui pengeksekusian gadis yang dicintai oleh temannya, Raizo bertekad melarikan diri dan menghilang. Sementara itu di Berlin, agen Europol, Mika Coretti dan atasannya, Ryan Maslow sedang melacak jejak uang gelap hasil pembunuhan beberapa politikus yang mengarah pada jaringan bawah tanah yang sulit diungkap. Investigasi kemudian berubah haluan saat Mika menjadi incaran Ozunu Clan untuk dibunuh. Raizo kemudian menyalamatkan Mika tetapi tahu bahwa hal tersebut tidak mengubah apapun sebelum Ozunu Clan habis ditumpas.
Gambar:
Keseluruhan syuting dilakukan di Jerman termasuk Studio Babelsberg. Adegan pertempuran antar ninja sedikit mengingatkan kita pada apa yang sudah ditampilkan dalam The Matrix, hanya saja dengan volume darah yang sangat tinggi.
Cast:
Baru saja tampil dalam debut Hollywood perdananya Speed Racer (2008), Rain kembali untuk memerankan Raizo, ninja pembunuh yang memiliki masa lalu kelam dan dituntut menuntaskan dendam terhadap kelompoknya sendiri.
Naomie Harris yang pernah mendukung 28 Days Later (2002) kini kebagian karakter Mika Coretti, agen Europol kulit hitam yang berhati lembut.
Rick Yune sebagai Takeshi
Sung Kang sebagai Hollywood
Linh Dan Pham sebagai love interestnya Raizo
Shô Kosugi sebagai Ozunu
Sutradara:
Pria kebangsaan Australia, James McTeigue dalam debutnya pernah menangani versi IMAX dari V For Vendetta (2005) yang cukup ramai dibicarakan itu.
Comment:
Sebelum menyaksikan, saya diperingatkan rekan-rekan betapa buruknya film ini. Oleh karena itu, saya memasuki bioskop dengan ekspektasi rendah dan berniat menonton saja. Ternyata pendapat tersebut tidak sepenuhnya benar. Ninja Assassin menawarkan aksi, aksi dan aksi hampir sepanjang durasi film. Semua dikemas dalam koreografi yang memikat dan setting yang memang mendukung. Sebagai sebuah film kekerasan, terlalu banyak adegan berdarah-darah yang ditampilkan tetapi tidak sampai menjijikan karena secara pintar mampu dikombinasikan dengan lighting dan angle yang memukau. Ceritanya sendiri mengenai cinta, pengorbanan diri dan berusaha yakin dengan apa yang kau percayai. Simpel bukan? Rain sukses menggali emosinya untuk pengembangan karakter Raizo. Beberapa hal memang terasa tidak masuk akal seperti halnya di awal kumpulan ninja Ozunu Clan seperti mengerikan dan kekuatannya tidak tersentuh karena mampu mendengar detak jantung dari jauh tapi semakin lama film bergulir, sosok mereka tidak lagi kasat mata. Bahkan deru helikopter dan tembakan saja tidak bisa diprediksi? Belum lagi make-up yang kurang mulus sehingga goresan di tubuh terasa palsu. Saran saya, nikmati saja film remake ini tanpa banyak logika dan takut darah!
Durasi:
95 menit
Overall:
7 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Berangkat dari anak jalanan saat ditemukan, Raizo ditempa oleh Ozunu Clan menjadi ninja pembunuh yang paling berbahaya di dunia. Perkumpulan rahasia mereka sangat dirahasiakan sehingga seringkali dianggap mitos belaka oleh public. Dihantui pengeksekusian gadis yang dicintai oleh temannya, Raizo bertekad melarikan diri dan menghilang. Sementara itu di Berlin, agen Europol, Mika Coretti dan atasannya, Ryan Maslow sedang melacak jejak uang gelap hasil pembunuhan beberapa politikus yang mengarah pada jaringan bawah tanah yang sulit diungkap. Investigasi kemudian berubah haluan saat Mika menjadi incaran Ozunu Clan untuk dibunuh. Raizo kemudian menyalamatkan Mika tetapi tahu bahwa hal tersebut tidak mengubah apapun sebelum Ozunu Clan habis ditumpas.
Gambar:
Keseluruhan syuting dilakukan di Jerman termasuk Studio Babelsberg. Adegan pertempuran antar ninja sedikit mengingatkan kita pada apa yang sudah ditampilkan dalam The Matrix, hanya saja dengan volume darah yang sangat tinggi.
Cast:
Baru saja tampil dalam debut Hollywood perdananya Speed Racer (2008), Rain kembali untuk memerankan Raizo, ninja pembunuh yang memiliki masa lalu kelam dan dituntut menuntaskan dendam terhadap kelompoknya sendiri.
Naomie Harris yang pernah mendukung 28 Days Later (2002) kini kebagian karakter Mika Coretti, agen Europol kulit hitam yang berhati lembut.
Rick Yune sebagai Takeshi
Sung Kang sebagai Hollywood
Linh Dan Pham sebagai love interestnya Raizo
Shô Kosugi sebagai Ozunu
Sutradara:
Pria kebangsaan Australia, James McTeigue dalam debutnya pernah menangani versi IMAX dari V For Vendetta (2005) yang cukup ramai dibicarakan itu.
Comment:
Sebelum menyaksikan, saya diperingatkan rekan-rekan betapa buruknya film ini. Oleh karena itu, saya memasuki bioskop dengan ekspektasi rendah dan berniat menonton saja. Ternyata pendapat tersebut tidak sepenuhnya benar. Ninja Assassin menawarkan aksi, aksi dan aksi hampir sepanjang durasi film. Semua dikemas dalam koreografi yang memikat dan setting yang memang mendukung. Sebagai sebuah film kekerasan, terlalu banyak adegan berdarah-darah yang ditampilkan tetapi tidak sampai menjijikan karena secara pintar mampu dikombinasikan dengan lighting dan angle yang memukau. Ceritanya sendiri mengenai cinta, pengorbanan diri dan berusaha yakin dengan apa yang kau percayai. Simpel bukan? Rain sukses menggali emosinya untuk pengembangan karakter Raizo. Beberapa hal memang terasa tidak masuk akal seperti halnya di awal kumpulan ninja Ozunu Clan seperti mengerikan dan kekuatannya tidak tersentuh karena mampu mendengar detak jantung dari jauh tapi semakin lama film bergulir, sosok mereka tidak lagi kasat mata. Bahkan deru helikopter dan tembakan saja tidak bisa diprediksi? Belum lagi make-up yang kurang mulus sehingga goresan di tubuh terasa palsu. Saran saya, nikmati saja film remake ini tanpa banyak logika dan takut darah!
Durasi:
95 menit
Overall:
7 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Jumat, 27 November 2009
A CHRISTMAS CAROL : Dihantui Tiga Arwah Natal
Quotes:
Ebenezer Scrooge-If I could have my way, every idiot who goes about with 'Merry Christmas' on his lips should be boiled in his own pudding, and buried with a stake of holly through his heart!
Cerita:
Malam Natal di Inggris, Ebenezer Scrooge, seorang tua pemilik jasa peminjaman uang seperti biasa menggerutu pada orang-orang yang merayakan semangat dan kebahagiaan Natal bersama keluarganya. Melewatkan undangan makan malam Natal keponakannya, Fred, Ebenezer malah pulang ke kediamannya, sebuah puri tua yang sangat sepi. Tak dinyana, mantan partner bisnisnya, Jacob Marley yang meninggal tujuh tahun lalu mengunjungi Ebenezer dalam wujud hantu! Dia memperingatkan Ebenezer akan didatangi tiga hantu dari masa lalu, masa kini dan masa depan yang kesemuanya berhubungan dengan Natal. Misinya Cuma satu yaitu menyadarkan Ebenezer dari keserakahan dan kesepiannya untuk mau bangkit membantu orang-orang di sekitarnya sebelum terlambat.
Gambar:
Visualisasi 3D yang mengasyikkan selayaknya yang tersaji dalam The Polar Express. Guratan wajah dan gestur tubuh cukup sempurna terpampang pada tampilan fisik keseluruhan karakter.
Voice:
Terakhir tampil dalam I Love You Phillip Morris di tahun yang sama, Jim Carrey kebagian menjadi penyulih suara Scrooge dari muda sampai tua, juga hantu Natal dari masa lalu sampai masa depan. Menarik bukan?
Colin Firth sebagai Fred
Gary Oldman sebagai Bob Cratchit / Marley / Tiny Tim
Robin Wright Penn sebagai Fan / Belle
Bob Hoskins sebagai Mr. Fezziwig / Old Joe
Sutradara:
Robert Zemeckis pernah bermain dengan grafis CGI dalam 2 film sebelumnya yaitu The Polar Express (2004) dan Beowulf (2007) sehingga remake A Christmas Carol ini seharusmya bukan hal baru baginya.
Comment:
Boleh dibilang salah satu cerita paling berpengaruh yang pernah ditulis sehingga sudah berkali-kali diterjemahkan secara bebas dalam bentuk karya seni apapun. Tantangannya adalah bagaimana tetap menampilkannya secara fresh dan kali ini Zemeckis mencobanya dalam format animasi 3D. Masalahnya durasi yang diberikan kepada tiga hantu Natal tersebut tidaklah sama, dan Hantu Masa Depan memegang sekuens terpanjang sehingga keseimbangan tidak tercapai. Interpretasi Carrey terhadap karakter Scrooge memang mengagumkan. Sayangnya dialah satu-satunya yang outstanding disini dibandingkan karakter-karakter lainnya. Konklusinya, A Christmas Carol adalah animasi yang cukup standar tetapi tidak sampai kehilangan tajinya meski harus diakui agak membosankan. Setidaknya semangat Natal coba ditampilkan disini, lengkap dengan alunan beberapa lagu Natal legendaris!
Durasi:
95 menit
U.S. Box Office:
$22,308,913 till mid Nov 2009
Overall:
7 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Ebenezer Scrooge-If I could have my way, every idiot who goes about with 'Merry Christmas' on his lips should be boiled in his own pudding, and buried with a stake of holly through his heart!
Cerita:
Malam Natal di Inggris, Ebenezer Scrooge, seorang tua pemilik jasa peminjaman uang seperti biasa menggerutu pada orang-orang yang merayakan semangat dan kebahagiaan Natal bersama keluarganya. Melewatkan undangan makan malam Natal keponakannya, Fred, Ebenezer malah pulang ke kediamannya, sebuah puri tua yang sangat sepi. Tak dinyana, mantan partner bisnisnya, Jacob Marley yang meninggal tujuh tahun lalu mengunjungi Ebenezer dalam wujud hantu! Dia memperingatkan Ebenezer akan didatangi tiga hantu dari masa lalu, masa kini dan masa depan yang kesemuanya berhubungan dengan Natal. Misinya Cuma satu yaitu menyadarkan Ebenezer dari keserakahan dan kesepiannya untuk mau bangkit membantu orang-orang di sekitarnya sebelum terlambat.
Gambar:
Visualisasi 3D yang mengasyikkan selayaknya yang tersaji dalam The Polar Express. Guratan wajah dan gestur tubuh cukup sempurna terpampang pada tampilan fisik keseluruhan karakter.
Voice:
Terakhir tampil dalam I Love You Phillip Morris di tahun yang sama, Jim Carrey kebagian menjadi penyulih suara Scrooge dari muda sampai tua, juga hantu Natal dari masa lalu sampai masa depan. Menarik bukan?
Colin Firth sebagai Fred
Gary Oldman sebagai Bob Cratchit / Marley / Tiny Tim
Robin Wright Penn sebagai Fan / Belle
Bob Hoskins sebagai Mr. Fezziwig / Old Joe
Sutradara:
Robert Zemeckis pernah bermain dengan grafis CGI dalam 2 film sebelumnya yaitu The Polar Express (2004) dan Beowulf (2007) sehingga remake A Christmas Carol ini seharusmya bukan hal baru baginya.
Comment:
Boleh dibilang salah satu cerita paling berpengaruh yang pernah ditulis sehingga sudah berkali-kali diterjemahkan secara bebas dalam bentuk karya seni apapun. Tantangannya adalah bagaimana tetap menampilkannya secara fresh dan kali ini Zemeckis mencobanya dalam format animasi 3D. Masalahnya durasi yang diberikan kepada tiga hantu Natal tersebut tidaklah sama, dan Hantu Masa Depan memegang sekuens terpanjang sehingga keseimbangan tidak tercapai. Interpretasi Carrey terhadap karakter Scrooge memang mengagumkan. Sayangnya dialah satu-satunya yang outstanding disini dibandingkan karakter-karakter lainnya. Konklusinya, A Christmas Carol adalah animasi yang cukup standar tetapi tidak sampai kehilangan tajinya meski harus diakui agak membosankan. Setidaknya semangat Natal coba ditampilkan disini, lengkap dengan alunan beberapa lagu Natal legendaris!
Durasi:
95 menit
U.S. Box Office:
$22,308,913 till mid Nov 2009
Overall:
7 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Kamis, 26 November 2009
XXL : Perang Antar Geng dan Pemulihan "Kepercayaan Diri"
Cerita:
Melanjutkan kepemimpinan ayahnya sebagai kepala geng etnis Sunda "Barudak Lieur", Kasep tidak memiliki kepercayaan diri karena ukuran penis yang dimilikinya teramat kecil. Anggota geng pun memikirkan cara untuk mengatasi itu yakni dengan menyewa jasa Mak Siat ydengan padepokan "Manuk Riang" nya yang baru saja dibebaskan dari penjara. Sementara itu geng saingan mereka, "Wong Kenthir" pimpinan Soemanto terus menekan dan membabi-buta. Dalam "pengobatan"nya, Kasep secara tidak sengaja berkenalan dengan Melati yang merupakan adik Soemanto. Keduanyapun saling tertarik satu sama lain. Bagaimana semua konflik dapat terselesaikan pada akhirnya?
Gambar:
Suasana kampung beretnis Sunda terasa sekali dengan warung, rumah tinggal dan padepokan yang disorot dengan pas.
Cast:
Baru beberapa minggu lalu terlihat dalam Perjaka Terakhir, Aming memang terkesan "kejar setoran" dan kali ini didapuk sebagai Kasep, pemimpin geng Barudak Lieur yang rendah diri karena ukuran alat vitalnya yang minim.
Kembali dalam peran yang sama Mak Siat yang ahli mengecilkan alat vital, Sarah Sechan disini dikisahkan baru dibebaskan dari penjara karena praktek ilegal.
Suami Widi AB Three, Dwi Sasono sebagai Soemanto, pemimpin geng Wong Kenthir yang sangar tapi suka curhat di telepon.
Debut Meychan di layar lebar sebagai Melati, love interest Kasep sekaligus adik Soemanto.
Sutradara:
Debut pertama Ivander Tedjasukmana dalam menangani sekuel film yang dulunya ditangani oleh Monty Tiwa yang kali ini masih bertindak sebagai penulis cerita dan skenario.
Comment:
Kekurangan utamanya adalah fokus cerita yang tidak teratur. Awalnya kita disuguhkan perjuangan Mak Siat yang keluar dari penjara untuk menata hegemoninya kembali di kampung halaman dan harus bersaing dengan Mak Lampir. Namun setelah itu film menguap dengan berpindah pada kehidupan geng Barudak Lieur dengan segala permasalahan dan perseteruannya dengan geng lawan. Lalu diselipkan pula pada romansa antara Kasep dan Melati yang meskipun cukup menarik tapi tidak mampu merangkai bangunan film menjadi satu kesatuan utuh. Salahkan skenario yang memang tidak terkonsep matang. Demikian para cast yang sudah tampil dengan kapasitas masing-masing menjadi sia-sia. Sebagai komedi, kelucuan masih dapat tercipta di beberapa bagian melalui tindak-tanduk ataupun celotehan meskipun sebagian besar hanya membuat penonton terpaksa tertawa. Pada akhirnya ending XXL dikonklusikan dengan sangat enteng yang sayangnya tidak bermakna apa-apa.
Durasi:
95 menit
Overall:
6.5 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Melanjutkan kepemimpinan ayahnya sebagai kepala geng etnis Sunda "Barudak Lieur", Kasep tidak memiliki kepercayaan diri karena ukuran penis yang dimilikinya teramat kecil. Anggota geng pun memikirkan cara untuk mengatasi itu yakni dengan menyewa jasa Mak Siat ydengan padepokan "Manuk Riang" nya yang baru saja dibebaskan dari penjara. Sementara itu geng saingan mereka, "Wong Kenthir" pimpinan Soemanto terus menekan dan membabi-buta. Dalam "pengobatan"nya, Kasep secara tidak sengaja berkenalan dengan Melati yang merupakan adik Soemanto. Keduanyapun saling tertarik satu sama lain. Bagaimana semua konflik dapat terselesaikan pada akhirnya?
Gambar:
Suasana kampung beretnis Sunda terasa sekali dengan warung, rumah tinggal dan padepokan yang disorot dengan pas.
Cast:
Baru beberapa minggu lalu terlihat dalam Perjaka Terakhir, Aming memang terkesan "kejar setoran" dan kali ini didapuk sebagai Kasep, pemimpin geng Barudak Lieur yang rendah diri karena ukuran alat vitalnya yang minim.
Kembali dalam peran yang sama Mak Siat yang ahli mengecilkan alat vital, Sarah Sechan disini dikisahkan baru dibebaskan dari penjara karena praktek ilegal.
Suami Widi AB Three, Dwi Sasono sebagai Soemanto, pemimpin geng Wong Kenthir yang sangar tapi suka curhat di telepon.
Debut Meychan di layar lebar sebagai Melati, love interest Kasep sekaligus adik Soemanto.
Sutradara:
Debut pertama Ivander Tedjasukmana dalam menangani sekuel film yang dulunya ditangani oleh Monty Tiwa yang kali ini masih bertindak sebagai penulis cerita dan skenario.
Comment:
Kekurangan utamanya adalah fokus cerita yang tidak teratur. Awalnya kita disuguhkan perjuangan Mak Siat yang keluar dari penjara untuk menata hegemoninya kembali di kampung halaman dan harus bersaing dengan Mak Lampir. Namun setelah itu film menguap dengan berpindah pada kehidupan geng Barudak Lieur dengan segala permasalahan dan perseteruannya dengan geng lawan. Lalu diselipkan pula pada romansa antara Kasep dan Melati yang meskipun cukup menarik tapi tidak mampu merangkai bangunan film menjadi satu kesatuan utuh. Salahkan skenario yang memang tidak terkonsep matang. Demikian para cast yang sudah tampil dengan kapasitas masing-masing menjadi sia-sia. Sebagai komedi, kelucuan masih dapat tercipta di beberapa bagian melalui tindak-tanduk ataupun celotehan meskipun sebagian besar hanya membuat penonton terpaksa tertawa. Pada akhirnya ending XXL dikonklusikan dengan sangat enteng yang sayangnya tidak bermakna apa-apa.
Durasi:
95 menit
Overall:
6.5 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Rabu, 25 November 2009
LONG WEEKEND : Balasan Alam Liburan Pertengkaran Pasutri
Tagline:
Mother nature has a dark side.
Storyline:
Peter dan Carla mengalami masalah besar dalam perkawinan mereka. Saat menghadapi liburan panjang, Peter membeli seperangkat alat camping yang mahal dengan tujuan menghabiskan waktu di Pantai Moondah yang terisolasi di North Coast. Awalnya Carla protes karena lebih memilih bermalam di hotel Porthsea yang nyaman. Akhirnya pasutri ini pergi juga ditemani anjing mereka, Cricket dan berniat menemui teman Peter, Mike di lokasi. Sesampainya disana, hubungan keduanya semakin memburuk dan diwarnai dengan pertengkaran. Sikap merekapun mulai memancing kemarahan alam yang mulai bekerja secara misterius.
Nice-to-know:
Pada credit title dijelaskan bahwa film ini didedikasikan untuk "In Memory of Colin Eggleston" yang merupakan sutradara versi original Long Weekend (1978).
Cast:
Karir aktornya diawali dalam film My Own Private Idaho (1991), James Caviezel bermain sebagai Peter
Satu dari 2 film yang dibintangi Claudia Karvan di tahun 2008 ini selain $9.99. Kali ini ia berperan sebagai Carla
Director:
Jamie Blanks pertama kali dikenal publik lewat feature film debutnya, Urban Legend (1998).
Comment:
Lagi.. Sebuah remake dari film berjudul sama tepat 3 dekade lalu dimana sang sutradaranya sendiri sudah meninggal. Plot ceritanya tergolong menarik lebih karena aspek misterius dimana alam disinyalir mampu memberikan respon akan perbuatan manusia. Percaya atau tidak mengenai premis ini memang terserah anda pada akhirnya.
Sedari dulu, Caviezel memang merupakan aktor watak. Terbukti peran Peter ini dapat dijiwainya dengan alami yakni pria yang mencintai kegiatan alam. Karvan juga mampu menghidupkan peran Carla yang dirundung perasaan bersalah akan masa lalunya terlebih harus menjalani sesuatu yang tidak ia sukai. Pertengkaran di antara keduanya meski terkesan melelahkan dan berulang-ulang nyatanya mampu untuk mempertahankan film tetap pada jalurnya.
Sutradara Blanks bisa jadi terbiasa menggarap genre horor ataupun thriller. Kinerjanya terlihat pula disini dengan angle kamera yang tepat untuk membangun tensi yang menyeramkan. Sayangnya scene malam hari memang terlampau gelap karena konon syuting dilakukan langsung di tempat sehingga sulit bagi penonton untuk mengikuti dengan seksama. Segala sudut pulau misteri ini terekam dengan baik dan lebih menonjolkan kengerian dibandingkan keindahannya.
Long Weekend lebih tepat digolongkan sebagai drama yang membosankan dengan perpanjangan konflik yang itu-itu saja. Rasionalitas tokoh Peter untuk bertahan memang menjadi pertanyaan. Hal ini merupakan satu dari sekian logika yang tidak dapat diterima akal sehat begitu saja. Terlepas dari berbagai kekurangan yang timbul, rasanya pesan moral untuk lebih menghargai alam beserta segala isinya termasuk sesame dan makhluk hidup dapat tersampaikan dengan baik pada penonton.
Durasi:
85 menit
Overall:
6.5 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Mother nature has a dark side.
Storyline:
Peter dan Carla mengalami masalah besar dalam perkawinan mereka. Saat menghadapi liburan panjang, Peter membeli seperangkat alat camping yang mahal dengan tujuan menghabiskan waktu di Pantai Moondah yang terisolasi di North Coast. Awalnya Carla protes karena lebih memilih bermalam di hotel Porthsea yang nyaman. Akhirnya pasutri ini pergi juga ditemani anjing mereka, Cricket dan berniat menemui teman Peter, Mike di lokasi. Sesampainya disana, hubungan keduanya semakin memburuk dan diwarnai dengan pertengkaran. Sikap merekapun mulai memancing kemarahan alam yang mulai bekerja secara misterius.
Nice-to-know:
Pada credit title dijelaskan bahwa film ini didedikasikan untuk "In Memory of Colin Eggleston" yang merupakan sutradara versi original Long Weekend (1978).
Cast:
Karir aktornya diawali dalam film My Own Private Idaho (1991), James Caviezel bermain sebagai Peter
Satu dari 2 film yang dibintangi Claudia Karvan di tahun 2008 ini selain $9.99. Kali ini ia berperan sebagai Carla
Director:
Jamie Blanks pertama kali dikenal publik lewat feature film debutnya, Urban Legend (1998).
Comment:
Lagi.. Sebuah remake dari film berjudul sama tepat 3 dekade lalu dimana sang sutradaranya sendiri sudah meninggal. Plot ceritanya tergolong menarik lebih karena aspek misterius dimana alam disinyalir mampu memberikan respon akan perbuatan manusia. Percaya atau tidak mengenai premis ini memang terserah anda pada akhirnya.
Sedari dulu, Caviezel memang merupakan aktor watak. Terbukti peran Peter ini dapat dijiwainya dengan alami yakni pria yang mencintai kegiatan alam. Karvan juga mampu menghidupkan peran Carla yang dirundung perasaan bersalah akan masa lalunya terlebih harus menjalani sesuatu yang tidak ia sukai. Pertengkaran di antara keduanya meski terkesan melelahkan dan berulang-ulang nyatanya mampu untuk mempertahankan film tetap pada jalurnya.
Sutradara Blanks bisa jadi terbiasa menggarap genre horor ataupun thriller. Kinerjanya terlihat pula disini dengan angle kamera yang tepat untuk membangun tensi yang menyeramkan. Sayangnya scene malam hari memang terlampau gelap karena konon syuting dilakukan langsung di tempat sehingga sulit bagi penonton untuk mengikuti dengan seksama. Segala sudut pulau misteri ini terekam dengan baik dan lebih menonjolkan kengerian dibandingkan keindahannya.
Long Weekend lebih tepat digolongkan sebagai drama yang membosankan dengan perpanjangan konflik yang itu-itu saja. Rasionalitas tokoh Peter untuk bertahan memang menjadi pertanyaan. Hal ini merupakan satu dari sekian logika yang tidak dapat diterima akal sehat begitu saja. Terlepas dari berbagai kekurangan yang timbul, rasanya pesan moral untuk lebih menghargai alam beserta segala isinya termasuk sesame dan makhluk hidup dapat tersampaikan dengan baik pada penonton.
Durasi:
85 menit
Overall:
6.5 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Minggu, 22 November 2009
2012 : Fenomena Gambaran Hari Akhir Dunia Khas Emmerich
Quotes:
Carl Anheuser-[about Laura Wilson] Cute girl, eh?
Adrian Helmsley-What are you talking about?
Carl Anheuser-That was the First Daughter you were staring at.
Adrian Helmsley-What? I wasn't staring at her.
Carl Anheuser-Better make a move fast. The end is near.
Cerita:
Geologis Amerika, Adrian Helmsley bersama sahabatnya yang asli India, Satnam menemukan fakta bahwa temperatur inti bumi meningkat dengan cepat. Adrian kemudian kembali ke Washington D.C. untuk memperingatkan Kepala Staf Gedung Putih, Carl Anheuser dan Presiden AS, Thomas Wilson mengenai hal ini. Pertemuan semua pemimpin dunia pun diadakan untuk membahas hari akhir ini dan sebuah proyek rahasia disiapkan untuk kelanjutan hidup umat manusia. Sementara itu di tahun 2012, penulis Los Angeles, Jackson Curtis yang juga bekerja paruh waktu sebagai supir limo milyuner Rusia, Yuri Karpov tengah berusaha memperbaiki hubungan dengan mantan istrinya, Kate beserta putra-putri mereka, Noah dan Lilly. Suatu hal yang tidak mudah karena kehancuran global tengah melanda dunia menjadi hal yang tidak terelakkan.
Gambar:
Setting Amerika Serikat yang terlihat ternyata dilakukan sepenuhnya di British Columbia, Kanada. Adegan penghancuran di berbagai belahan bumi oleh bencana demi bencana terasa sangat riil dan memukau.
Cast:
Memakai aktor-aktris papan tengah Hollywood memang pilihan yang cukup aman terlebih jika harus menekan bujet yang habis di luar casting.
John Cusack ... Jackson Curtis
Amanda Peet ... Kate Curtis
Chiwetel Ejiofor ... Adrian Helmsley
Thandie Newton ... Laura Wilson
Oliver Platt ... Carl Anheuser
Thomas McCarthy ... Gordon Silberman (as Tom McCarthy)
Woody Harrelson ... Charlie Frost
Danny Glover ... President Thomas Wilson
Liam James ... Noah Curtis
Morgan Lily ... Lilly Curtis
Zlatko Buric ... Yuri Karpov
Sutradara:
Baru berusia 24 tahun saat mengarahkan film debutnya, Franzmann (1979), Roland Emmerich kini merupakan salah satu sutradara papan atas yang mampu memaksimalkan bujet besar untuk spesial efek film-filmnya.
Comment:
Saya harus mengakui jika film ini sangat menghibur di skala maksimal. Tentunya semua dengan bantuan spesial efek ledakan, gempa bumi, tsunami dsb yang sangat mengagumkan yang mungkin belum terbayangkan sebelumnya apalagi di paruh pertamanya. Tentu saja selain itu penonton akan disuguhkan beberapa karakter penting yang berhasil bertahan hidup terlepas dari fakta di luar kemampuan manusia biasa. Beberapa adegan mungkin saja terasa tidak masuk akal dan mungkin membuat anda tertawa karena dipaksa percaya. Terima kasih pada Emmerich yang lagi-lagi membombardir karyanya dengan sentuhan CGI daripada logika cerita. Dari jajaran cast, Cusack dan Harrelson tampil cukup maksimal. Namun tidak halnya dengan Glover dan Newton yang tidak seperti biasanya. Ejiofor dan Platt hanya lumayan saja. Selesai review saya? Belum! Karena yang paling mengecewakan tentu saja latar belakang atau elemen intelek yang mendasari film ini. Sangat sedikit disebutkan tentang ramalan atau sejarah suku Maya perihal hari akhir jaman ini. Ketakutan, analisa, rasa penasaran anda akan angka 20 Desember 2012 tidak akan terjawab. Semua spesial efek yang disajikan selama lebih dari dua jam rasanya akan menutupi keburukan 2012 yang tidak diragukan lagi akan mencetak box-office fantastis di penghujung tahun 2009 ini. Terima kasih pada pemberitaan santer angka keramat tersebut yang menjadi eforia global belakangan ini.
Durasi:
155 menit
U.S. Box Office:
$65,237,614 in opening week mid Nov 2009
Overall:
7.5 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Carl Anheuser-[about Laura Wilson] Cute girl, eh?
Adrian Helmsley-What are you talking about?
Carl Anheuser-That was the First Daughter you were staring at.
Adrian Helmsley-What? I wasn't staring at her.
Carl Anheuser-Better make a move fast. The end is near.
Cerita:
Geologis Amerika, Adrian Helmsley bersama sahabatnya yang asli India, Satnam menemukan fakta bahwa temperatur inti bumi meningkat dengan cepat. Adrian kemudian kembali ke Washington D.C. untuk memperingatkan Kepala Staf Gedung Putih, Carl Anheuser dan Presiden AS, Thomas Wilson mengenai hal ini. Pertemuan semua pemimpin dunia pun diadakan untuk membahas hari akhir ini dan sebuah proyek rahasia disiapkan untuk kelanjutan hidup umat manusia. Sementara itu di tahun 2012, penulis Los Angeles, Jackson Curtis yang juga bekerja paruh waktu sebagai supir limo milyuner Rusia, Yuri Karpov tengah berusaha memperbaiki hubungan dengan mantan istrinya, Kate beserta putra-putri mereka, Noah dan Lilly. Suatu hal yang tidak mudah karena kehancuran global tengah melanda dunia menjadi hal yang tidak terelakkan.
Gambar:
Setting Amerika Serikat yang terlihat ternyata dilakukan sepenuhnya di British Columbia, Kanada. Adegan penghancuran di berbagai belahan bumi oleh bencana demi bencana terasa sangat riil dan memukau.
Cast:
Memakai aktor-aktris papan tengah Hollywood memang pilihan yang cukup aman terlebih jika harus menekan bujet yang habis di luar casting.
John Cusack ... Jackson Curtis
Amanda Peet ... Kate Curtis
Chiwetel Ejiofor ... Adrian Helmsley
Thandie Newton ... Laura Wilson
Oliver Platt ... Carl Anheuser
Thomas McCarthy ... Gordon Silberman (as Tom McCarthy)
Woody Harrelson ... Charlie Frost
Danny Glover ... President Thomas Wilson
Liam James ... Noah Curtis
Morgan Lily ... Lilly Curtis
Zlatko Buric ... Yuri Karpov
Sutradara:
Baru berusia 24 tahun saat mengarahkan film debutnya, Franzmann (1979), Roland Emmerich kini merupakan salah satu sutradara papan atas yang mampu memaksimalkan bujet besar untuk spesial efek film-filmnya.
Comment:
Saya harus mengakui jika film ini sangat menghibur di skala maksimal. Tentunya semua dengan bantuan spesial efek ledakan, gempa bumi, tsunami dsb yang sangat mengagumkan yang mungkin belum terbayangkan sebelumnya apalagi di paruh pertamanya. Tentu saja selain itu penonton akan disuguhkan beberapa karakter penting yang berhasil bertahan hidup terlepas dari fakta di luar kemampuan manusia biasa. Beberapa adegan mungkin saja terasa tidak masuk akal dan mungkin membuat anda tertawa karena dipaksa percaya. Terima kasih pada Emmerich yang lagi-lagi membombardir karyanya dengan sentuhan CGI daripada logika cerita. Dari jajaran cast, Cusack dan Harrelson tampil cukup maksimal. Namun tidak halnya dengan Glover dan Newton yang tidak seperti biasanya. Ejiofor dan Platt hanya lumayan saja. Selesai review saya? Belum! Karena yang paling mengecewakan tentu saja latar belakang atau elemen intelek yang mendasari film ini. Sangat sedikit disebutkan tentang ramalan atau sejarah suku Maya perihal hari akhir jaman ini. Ketakutan, analisa, rasa penasaran anda akan angka 20 Desember 2012 tidak akan terjawab. Semua spesial efek yang disajikan selama lebih dari dua jam rasanya akan menutupi keburukan 2012 yang tidak diragukan lagi akan mencetak box-office fantastis di penghujung tahun 2009 ini. Terima kasih pada pemberitaan santer angka keramat tersebut yang menjadi eforia global belakangan ini.
Durasi:
155 menit
U.S. Box Office:
$65,237,614 in opening week mid Nov 2009
Overall:
7.5 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Jumat, 20 November 2009
DEAD SNOW : Bertahan Hidup Dari Zombie NAZI Di Pegunungan Bersalju
Quotes:
Erlend-[In English, quoting Indiana Jones] Fortune and glory, kid... Fortune and glory.
Cerita:
Tujuh siswa-siswi kedokteran masing-masing Martin, Roy, Hanna, Vegard, Liv, Erlend, Chris sedang menikmati liburan Paskah dengan menginap di rumah peristirahatan kecil milik Sara dekat Øksfjord, 45 menit perjalanan tempat mobil mereka diparkir. Saat sedang minum dan pesta, mereka didatangi seorang tua misterius yang memperingatkan mereka bahwa sejarah kelam terjadi di tempat itu dimana batalion Einsatzgruppen dipimpin oleh Standartenführer Herzog pada saat Perang Dunia II menguasai area tersebut dan menjarah milik warga setempat sebelum terbantai oleh warga yang nekad bersatu melawan. Akankah cerita tersebut menjadi kenyataan pada akhirnya dan membahayakan nyawa ketujuh muda-mudi itu?
Gambar:
Dinginnya area bersalju Finnmark dan Troms menjadi pemandangan utama film ini ditambah dengan make-up sederhana para zombie NAZI tapi cukup membangun suasana mencekam.
Cast:
Semua aktor-aktrisnya keturunan Norwegia yang belum banyak dikenal publik.
Vegar Hoel ... Martin
Stig Frode Henriksen ... Roy
Charlotte Frogner ... Hanna
Lasse Valdal ... Vegard
Evy Kasseth Røsten ... Liv
Jeppe Laursen ... Erlend
Jenny Skavlan ... Chris
Ane Dahl Torp ... Sara
Sutradara:
Pria muda berusia 30 tahun asli Norwegia ini, Tommy Wirkola baru menghasilkan dua film yang dibidaninya yaitu Remake (2006) dan Kill Buljo (2007).
Comment:
Menonton film berjudul asli Død snø ini akan membawa pengalaman baru komedi horor yang menyenangkan. Paruh pertama boleh dibilang menegangkan karena kita masih mereka-reka apa yang sesungguhnya dihadapi grup karakter utama terseut. Paruh kedua lebih ke arah komedi getir dimana kita diajak menertawakan polah tingkah laku kelompok tersebut untuk bertahan hidup. Plot cerita yang sebenarnya simpel tapi dikemas dengan kreatif didukung dengan kinerja sutradara yang efektif (bahkan ia sempat tampil sebagai cameo salah satu zombie) dimana pandai mengkombinasikan elemen-elemen dasar dengan sesuatu yang baru dan menarik. Sepintas memang terlihat sebagai slasher horor thriller biasa tapi percayalah Dead Snow punya sesuatu yang bisa membuat anda menjerit kaget karena ketakutan dan sakit perut terpingkal-pingkal karena geli selama 90 menit. Seperti halnya saya dan seantero penonton yang menyaksikan dalam iNafff Blitz GI 2009 ini.
Durasi:
90 menit
U.S. Box Office:
$3,326 till July 2009 (only selected screens)
Overall:
7.5 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Erlend-[In English, quoting Indiana Jones] Fortune and glory, kid... Fortune and glory.
Cerita:
Tujuh siswa-siswi kedokteran masing-masing Martin, Roy, Hanna, Vegard, Liv, Erlend, Chris sedang menikmati liburan Paskah dengan menginap di rumah peristirahatan kecil milik Sara dekat Øksfjord, 45 menit perjalanan tempat mobil mereka diparkir. Saat sedang minum dan pesta, mereka didatangi seorang tua misterius yang memperingatkan mereka bahwa sejarah kelam terjadi di tempat itu dimana batalion Einsatzgruppen dipimpin oleh Standartenführer Herzog pada saat Perang Dunia II menguasai area tersebut dan menjarah milik warga setempat sebelum terbantai oleh warga yang nekad bersatu melawan. Akankah cerita tersebut menjadi kenyataan pada akhirnya dan membahayakan nyawa ketujuh muda-mudi itu?
Gambar:
Dinginnya area bersalju Finnmark dan Troms menjadi pemandangan utama film ini ditambah dengan make-up sederhana para zombie NAZI tapi cukup membangun suasana mencekam.
Cast:
Semua aktor-aktrisnya keturunan Norwegia yang belum banyak dikenal publik.
Vegar Hoel ... Martin
Stig Frode Henriksen ... Roy
Charlotte Frogner ... Hanna
Lasse Valdal ... Vegard
Evy Kasseth Røsten ... Liv
Jeppe Laursen ... Erlend
Jenny Skavlan ... Chris
Ane Dahl Torp ... Sara
Sutradara:
Pria muda berusia 30 tahun asli Norwegia ini, Tommy Wirkola baru menghasilkan dua film yang dibidaninya yaitu Remake (2006) dan Kill Buljo (2007).
Comment:
Menonton film berjudul asli Død snø ini akan membawa pengalaman baru komedi horor yang menyenangkan. Paruh pertama boleh dibilang menegangkan karena kita masih mereka-reka apa yang sesungguhnya dihadapi grup karakter utama terseut. Paruh kedua lebih ke arah komedi getir dimana kita diajak menertawakan polah tingkah laku kelompok tersebut untuk bertahan hidup. Plot cerita yang sebenarnya simpel tapi dikemas dengan kreatif didukung dengan kinerja sutradara yang efektif (bahkan ia sempat tampil sebagai cameo salah satu zombie) dimana pandai mengkombinasikan elemen-elemen dasar dengan sesuatu yang baru dan menarik. Sepintas memang terlihat sebagai slasher horor thriller biasa tapi percayalah Dead Snow punya sesuatu yang bisa membuat anda menjerit kaget karena ketakutan dan sakit perut terpingkal-pingkal karena geli selama 90 menit. Seperti halnya saya dan seantero penonton yang menyaksikan dalam iNafff Blitz GI 2009 ini.
Durasi:
90 menit
U.S. Box Office:
$3,326 till July 2009 (only selected screens)
Overall:
7.5 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Selasa, 17 November 2009
HANTU BINAL JEMBATAN SEMANGGI : Kutukan Jenglot Penunggu Jembatan
Cerita:
Ricko memiliki indra keenam terutama setelah mengalami kecelakaan di jembatan Semanggi pada suatu malam. Sejak itu ia melihat penampakan hantu gadis berbaju putih dimana saja berada. Ketakutannya sedikit terlupakan saat berkenalan dengan mahasiswi pindahan yang cantik seksi bernama Cherise. Sementara itu teman-teman Ricko mulai merasa aneh dengan perilaku ganjil Ricko belakangan ini. Akhirnya diketahui dari tantenya bahwa Ricko sebenarnya memiliki kembar gaib bernama Ricky. Namun dikorbankan demi ambisi ayahnya yang mengejar kekayaan dan memelihara jenglot yang meminta darah perawan 17 tahun yang lahir pada malam Jumat Kliwon tanggal 7 Juli. Apakah kutukan tersebut bisa diakhiri?
Gambar:
Adegan penembakan dari atas gedung bertingkat dan laju peluru mengenai sasaran seakan mengingatkan kita pada beberapa film aksi Hollywood.
Cast:
Five Vi
Okie Agustina
Idea Pasha
Wicky Husein
Cynthiara Alona
Sutradara:
Nama baru Gunung Nusa Pelita yang saya yakin masih banyak mendapat campur tangan dari KK Dheeraj selaku produser film ini.
Comment:
Dari segi editing, film ini ada sedikit perbaikan dibandingkan produksi K2K terakhir yaitu Darah Janda Kolong Wewe. Namun secara keseluruhan kualitas masih sangat buruk. Plot cerita yang tumpang tindih, skenario yang terkesan tambal sulam dari beberapa ide film yang sudah ada. Tidak ada relevansi samasekali seolah sang sutradara/produser hanya bergagasan tapi tidak berniat mengeksplorasikan. Beberapa adegan syur yang cukup berani teramat sangat menggelikan, bayangkan setelah karakter Ricko ketakutan melihat hantu, mengapa bisa terbersit keinginan berhubungan intim instan saat itu juga?! Hubungan Ricko dan Sherly dkk yang harusnya bisa menjadi sentral cerita malah tidak ada korelasi satu sama lain. Momok menakutkan hantu gadis yang modern dan jenglot yang tradisional tidak ada sinerginya. Alhasil Hantu Binal Jembatan Semanggi hanyalah sebuah proyeksi horor tidak bermakna yang disentralisasi pada karakter utama pemuda tambun yang sangat beruntung bisa beradegan cinta dengan gadis-gadis cantik nan seksi. Hal yang baru bukan?
Durasi:
75 menit
Overall:
6 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Ricko memiliki indra keenam terutama setelah mengalami kecelakaan di jembatan Semanggi pada suatu malam. Sejak itu ia melihat penampakan hantu gadis berbaju putih dimana saja berada. Ketakutannya sedikit terlupakan saat berkenalan dengan mahasiswi pindahan yang cantik seksi bernama Cherise. Sementara itu teman-teman Ricko mulai merasa aneh dengan perilaku ganjil Ricko belakangan ini. Akhirnya diketahui dari tantenya bahwa Ricko sebenarnya memiliki kembar gaib bernama Ricky. Namun dikorbankan demi ambisi ayahnya yang mengejar kekayaan dan memelihara jenglot yang meminta darah perawan 17 tahun yang lahir pada malam Jumat Kliwon tanggal 7 Juli. Apakah kutukan tersebut bisa diakhiri?
Gambar:
Adegan penembakan dari atas gedung bertingkat dan laju peluru mengenai sasaran seakan mengingatkan kita pada beberapa film aksi Hollywood.
Cast:
Five Vi
Okie Agustina
Idea Pasha
Wicky Husein
Cynthiara Alona
Sutradara:
Nama baru Gunung Nusa Pelita yang saya yakin masih banyak mendapat campur tangan dari KK Dheeraj selaku produser film ini.
Comment:
Dari segi editing, film ini ada sedikit perbaikan dibandingkan produksi K2K terakhir yaitu Darah Janda Kolong Wewe. Namun secara keseluruhan kualitas masih sangat buruk. Plot cerita yang tumpang tindih, skenario yang terkesan tambal sulam dari beberapa ide film yang sudah ada. Tidak ada relevansi samasekali seolah sang sutradara/produser hanya bergagasan tapi tidak berniat mengeksplorasikan. Beberapa adegan syur yang cukup berani teramat sangat menggelikan, bayangkan setelah karakter Ricko ketakutan melihat hantu, mengapa bisa terbersit keinginan berhubungan intim instan saat itu juga?! Hubungan Ricko dan Sherly dkk yang harusnya bisa menjadi sentral cerita malah tidak ada korelasi satu sama lain. Momok menakutkan hantu gadis yang modern dan jenglot yang tradisional tidak ada sinerginya. Alhasil Hantu Binal Jembatan Semanggi hanyalah sebuah proyeksi horor tidak bermakna yang disentralisasi pada karakter utama pemuda tambun yang sangat beruntung bisa beradegan cinta dengan gadis-gadis cantik nan seksi. Hal yang baru bukan?
Durasi:
75 menit
Overall:
6 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Senin, 16 November 2009
DUPLICITY : Sepasang Agen Rahasia Kontra Konspirasi Perusahaan
Quotes:
Claire Stenwick-I found these in your closet.
Ray Koval-I swear to you I have no idea who they belong to.
Claire Stenwick-Well in that case I'll put them back on.
Ray Koval-You're gaming me?
Cerita:
Ray bekerja untuk MI6 sedangkan Claire untuk CIA. Pertemuan pertama mereka di Dubai. Lima tahun kemudian, Ray kembali melihat Claire di Grand Central untuk kemudian bertengkar. Sekarang keduanya bekerja di keamanan industri untuk perusahaan raksasa dimana jajaran CEO nya membenci satu sama lain. Kilas balik ditampilkan, apakah semuanya hanya kebetulan? Dalam satu minggu, salah satu firm akan mengumumkan produk revolusioner. Lewat penyamaran dalam membantu masing-masing lawan perusahaan tersebut, dapatkah Ray dan Claire melakukan pencurian dan mencari pembeli independen pada akhirnya?
Gambar:
Scene kasino diambil di Atlantis, Paradise Island, Bahamas. Beberapa setting hotel yang sangat mewah juga disorot termasuk di Rome, Italy. Namun sebagian besar tetap dilangsungkan di New York City.
Cast:
Awal karirnya di layar lebar lewat Vroom (1988), Clive Owen disini menjabat karakter Ray Koval, mantan agen MI6 yang cekatan.
Debut aktrisnya melalui Satisfaction (1988) juga tahun yang sama dengan Clive, Julia Roberts yang belakangan semakin selektif bermain film kali ini kebagian peran Claire Stenwick, mantan agen CIA yang cantik berbahaya.
Dua aktor kawakan, Tom Wilkinson dan Paul Giamatti sebagai Howard Tully dan Richard Garsik yang culas.
Sutradara:
Kembali setelah film debutnya Michael Clayton (2007) diterima kritikus dengan baik, Tony Gilroy kali ini menggarap film yang kurang lebih sama, hanya saja dibuat lebih ringan dan dinamis.
Comment:
Owen dan Roberts bukanlah aktor-aktris sembarangan. Ini juga merupakan reuni mereka setelah Closer yang juga dibintangi Portman dan Law. Tak salah pilihan tersebut karena keduanya berbagi chemistry yang cukup kuat disini. Belum lagi kehadiran Giamatti ataupun Wilkinson yang selalu memberikan warna sendiri. Sayangnya semua itu terasa sia-sia karena potensi besar yang ada di paruh pertama film tidak mampu dipertahankan di paruh kedua. Plotnya menjadi sedikit membingungkan dan sulit dicerna nalar karena terlalu banyak twist dan gaya penceritaan yang linglung. Kinerja skrip sebetulnya sudah cukup maksimal tetapi ceritanya menghasilkan outcome yang mengecewakan. Terkadang humor yang ditampilkan cukup menggigit dengan penokohan yang brilian, tetapi pada endingnya Duplicity dipaksakan menjadi romantis. Anda akan perlu penerjemah yang bisa menjelaskan pada anda saat menyaksikannya agar tidak tenggelam dalam tanda tanya!
Durasi:
120 menit
U.S. Box Office:
$40,559,930 till May 2009
Overall:
6.5 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Claire Stenwick-I found these in your closet.
Ray Koval-I swear to you I have no idea who they belong to.
Claire Stenwick-Well in that case I'll put them back on.
Ray Koval-You're gaming me?
Cerita:
Ray bekerja untuk MI6 sedangkan Claire untuk CIA. Pertemuan pertama mereka di Dubai. Lima tahun kemudian, Ray kembali melihat Claire di Grand Central untuk kemudian bertengkar. Sekarang keduanya bekerja di keamanan industri untuk perusahaan raksasa dimana jajaran CEO nya membenci satu sama lain. Kilas balik ditampilkan, apakah semuanya hanya kebetulan? Dalam satu minggu, salah satu firm akan mengumumkan produk revolusioner. Lewat penyamaran dalam membantu masing-masing lawan perusahaan tersebut, dapatkah Ray dan Claire melakukan pencurian dan mencari pembeli independen pada akhirnya?
Gambar:
Scene kasino diambil di Atlantis, Paradise Island, Bahamas. Beberapa setting hotel yang sangat mewah juga disorot termasuk di Rome, Italy. Namun sebagian besar tetap dilangsungkan di New York City.
Cast:
Awal karirnya di layar lebar lewat Vroom (1988), Clive Owen disini menjabat karakter Ray Koval, mantan agen MI6 yang cekatan.
Debut aktrisnya melalui Satisfaction (1988) juga tahun yang sama dengan Clive, Julia Roberts yang belakangan semakin selektif bermain film kali ini kebagian peran Claire Stenwick, mantan agen CIA yang cantik berbahaya.
Dua aktor kawakan, Tom Wilkinson dan Paul Giamatti sebagai Howard Tully dan Richard Garsik yang culas.
Sutradara:
Kembali setelah film debutnya Michael Clayton (2007) diterima kritikus dengan baik, Tony Gilroy kali ini menggarap film yang kurang lebih sama, hanya saja dibuat lebih ringan dan dinamis.
Comment:
Owen dan Roberts bukanlah aktor-aktris sembarangan. Ini juga merupakan reuni mereka setelah Closer yang juga dibintangi Portman dan Law. Tak salah pilihan tersebut karena keduanya berbagi chemistry yang cukup kuat disini. Belum lagi kehadiran Giamatti ataupun Wilkinson yang selalu memberikan warna sendiri. Sayangnya semua itu terasa sia-sia karena potensi besar yang ada di paruh pertama film tidak mampu dipertahankan di paruh kedua. Plotnya menjadi sedikit membingungkan dan sulit dicerna nalar karena terlalu banyak twist dan gaya penceritaan yang linglung. Kinerja skrip sebetulnya sudah cukup maksimal tetapi ceritanya menghasilkan outcome yang mengecewakan. Terkadang humor yang ditampilkan cukup menggigit dengan penokohan yang brilian, tetapi pada endingnya Duplicity dipaksakan menjadi romantis. Anda akan perlu penerjemah yang bisa menjelaskan pada anda saat menyaksikannya agar tidak tenggelam dalam tanda tanya!
Durasi:
120 menit
U.S. Box Office:
$40,559,930 till May 2009
Overall:
6.5 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Minggu, 15 November 2009
EMAK INGIN NAIK HAJI : Keinginan Tulus Beratnya Cobaan
Cerita:
Di usia 60an, Emak bercita-cita menunaikan ibadah haji. Sayang kondisi keuangannya tidak memungkinkan karena tabungannya hanya 5 juta yang dikumpulkannya setelah berdagang kue-kue selama 5 tahun. Putra tunggalnya, Zein yang hanya berdagang lukisan keliling dengan sepeda tidak mampu berbuat apa-apa meski miris hati melihat ibu yang dicintainya cuma bisa pasrah. Usaha Zein pelan-pelan membuahkan hasil tetapi akhirnya selalu terbentur kemalangan yang bertubi-tubi. Hingga pada satu titik, ia menyerah pada keadaan dan bertekad melakukan sesuatu yang tidak seharusnya. Akankah Emak bisa naik haji saat semua keberuntungan terlihat tidak memihak padanya?
Gambar:
Kesederhanaan gambar-gambar yang ditampilkan memperkuat nyawa film ini. Setting mulai dari rumah sederhana Emak dan Zein di daerah pesisir pantai Pelabuhan Ratu sampai rumah gedongan Haji Sa’un disyut dengan sudut yang memikat.
Cast:
Sebagai pendatang baru di layar lebar, Aty Kanser yang selama ini berpengalaman di film televisi tampil natural sebagai Emak.
Kembali dalam peran protagonisnya, Reza Rahadian sebagai Zein, anak berbakti yang susah hidupnya.
Aktor-aktris kawakan Didi Petet dan Niniek L. Karim sebagai Bapak dan Ibu Haji Sa’un.
Sutradara:
Aditya Gumay yang dulu pernah mengibarkan bendera Smaradhana sebagai grup vocal kali ini beralih menjadi Smaradhana Pro, penghasil film-film televisi sekaligus layar lebar. Kiprah perdananya ini boleh dibilang berani karena di luar pakem perfilman nasional yang belakangan menjamur.
Comment:
Diangkat dari cerpen karya Asma Nadia, film ini sukses diterjemahkan oleh Adenin Adlan ke skrip yang sangat membumi. Plot ceritanya ringan yaitu tentang hubungan ibu dan anak, manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesamanya. Dirangkum dalam tiga keping cerita yang saling terkait satu sama lain. Dari segi cast, tidak perlu diragukan lagi nama-nama pendukungnya yang sudah jaminan mutu terutama Aty dan Reza yang dengan brilian menampilkan chemistry kuat sebagai ibu dan anak. Lencana bintang memang pantas disematkan bagi Aditya Gumay yang bertalenta seni di berbagai bidang yang mampu mengangkat Emak Ingin Naik Haji ini sebagai tontonan ringan, lugas dan sangat natural. Terima kasih juga pada backsound yang pas mengiringi setiap adegan. Meski berdurasi kurang lebih 75 menit saja, isi dan makna secara keseluruhan berhasil disajikan dengan baik. Tidak usah sungkan menyeka air mata saat menyaksikannya karena beberapa adegan dijamin mampu membuat anda trenyuh dan miris pada saat bersamaan.
Durasi:
75 menit
Overall:
8.5 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Di usia 60an, Emak bercita-cita menunaikan ibadah haji. Sayang kondisi keuangannya tidak memungkinkan karena tabungannya hanya 5 juta yang dikumpulkannya setelah berdagang kue-kue selama 5 tahun. Putra tunggalnya, Zein yang hanya berdagang lukisan keliling dengan sepeda tidak mampu berbuat apa-apa meski miris hati melihat ibu yang dicintainya cuma bisa pasrah. Usaha Zein pelan-pelan membuahkan hasil tetapi akhirnya selalu terbentur kemalangan yang bertubi-tubi. Hingga pada satu titik, ia menyerah pada keadaan dan bertekad melakukan sesuatu yang tidak seharusnya. Akankah Emak bisa naik haji saat semua keberuntungan terlihat tidak memihak padanya?
Gambar:
Kesederhanaan gambar-gambar yang ditampilkan memperkuat nyawa film ini. Setting mulai dari rumah sederhana Emak dan Zein di daerah pesisir pantai Pelabuhan Ratu sampai rumah gedongan Haji Sa’un disyut dengan sudut yang memikat.
Cast:
Sebagai pendatang baru di layar lebar, Aty Kanser yang selama ini berpengalaman di film televisi tampil natural sebagai Emak.
Kembali dalam peran protagonisnya, Reza Rahadian sebagai Zein, anak berbakti yang susah hidupnya.
Aktor-aktris kawakan Didi Petet dan Niniek L. Karim sebagai Bapak dan Ibu Haji Sa’un.
Sutradara:
Aditya Gumay yang dulu pernah mengibarkan bendera Smaradhana sebagai grup vocal kali ini beralih menjadi Smaradhana Pro, penghasil film-film televisi sekaligus layar lebar. Kiprah perdananya ini boleh dibilang berani karena di luar pakem perfilman nasional yang belakangan menjamur.
Comment:
Diangkat dari cerpen karya Asma Nadia, film ini sukses diterjemahkan oleh Adenin Adlan ke skrip yang sangat membumi. Plot ceritanya ringan yaitu tentang hubungan ibu dan anak, manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesamanya. Dirangkum dalam tiga keping cerita yang saling terkait satu sama lain. Dari segi cast, tidak perlu diragukan lagi nama-nama pendukungnya yang sudah jaminan mutu terutama Aty dan Reza yang dengan brilian menampilkan chemistry kuat sebagai ibu dan anak. Lencana bintang memang pantas disematkan bagi Aditya Gumay yang bertalenta seni di berbagai bidang yang mampu mengangkat Emak Ingin Naik Haji ini sebagai tontonan ringan, lugas dan sangat natural. Terima kasih juga pada backsound yang pas mengiringi setiap adegan. Meski berdurasi kurang lebih 75 menit saja, isi dan makna secara keseluruhan berhasil disajikan dengan baik. Tidak usah sungkan menyeka air mata saat menyaksikannya karena beberapa adegan dijamin mampu membuat anda trenyuh dan miris pada saat bersamaan.
Durasi:
75 menit
Overall:
8.5 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Sabtu, 14 November 2009
GHOSTS OF GIRLFRIENDS PAST : Menelusuri Beberapa Fase Hidup Seorang Playboy
Quotes:
Connor Mead-Someone once told me that the power in all relationships lies with whoever cares less, and he was right. But power isn't happiness, and I think that maybe happiness comes from caring more about people rather than less...
Cerita:
Fotografer handal, Connor Mead memiliki reputasi buruk sebagai playboy yang menyukai wanita cantik dan segera mencampakkannya setelah jatuh cinta padanya. Sampai pada suatu ketika, Connor harus menghadiri pernikahan adik kandungnya, Paul dan berusaha menggagalkannya karena ia selalu menganggap pernikahan adalah ide yang mengerikan. Disitulah tiba-tiba Connor didatangi tiga hantu wanita yang mengajaknya berkeliling melihat masa lalu, masa kini dan masa depan. Akankah perjalanan tersebut bisa mengubah sudut pandang Connor sampai menemukan cinta sejatinya?
Gambar:
Hampir semua scene dilakukan di Massachusetts termasuk Castle Hill Crane Estate dan Martha & Mary Chapel. Penampakan hantu divisualisasikan dengan wajar dan cukup menarik.
Cast:
Mengawali karier aktornya dalam Dazed and Confused (1993), Matthew McConaughey disini bermain sebagai Connor Mead, playboy yang mencintai kebebasan dan menganggap cinta adalah sesuatu yang mustahil.
Debutnya dalam Dead Man's Walk (1996) telah membawa Jennifer Garner hingga tahap ini. Karakter Jenny Perotti yang lembut dan cerdas dijiwainya dengan cukup baik.
Memenangkan Oscar dalam Wall Street (1987), aktor kawakan Michael Douglas kali ini kebagian peran hantu Uncle Wayne yang flamboyan.
Juga didukung oleh Breckin Meyer dan Lacey Chabert sebagai sepasang mempelai, Paul & Sandra.
Sutradara:
Pria Amerika kelahiran tahun 1964, Mark Waters paling saya ingat lewat karyanya, Just Like Heaven (2005). Disini ia kembali dengan tema serupa yakni kemunculan hantu untuk mengungkap cinta sejati.
Comment:
Selayaknya film-film komedi romantis, awalnya kita diajak untuk melihat sang Don Juan yang terlihat sempurna yang sayangnya diperankan McConaughey. Mengapa sayang? Sebab sudah lebih dari tiga kali, ia bermain dalam genre yang sama dengan peran yang tidak jauh berbeda. Tapi tidak apa karena tetap menarik menyaksikannya beradu chemistry dengan Garner disini. Konsep film ini terasa lucu karena pendekatan yang digunakan agak berbeda dari kebanyakan yakni kemunculan hantu masa kini, masa lalu dan masa depan dalam proses mengubah seseorang. Dari sini kita diajak menelusuri sebab akibat perubahan pola pikir sang Don Juan terhadap cinta. Beberapa humor yang ditampilkan memang sedikit vulgar tapi tetap relevani dengan situasi cerita yang ingin dibangun. Pada akhirnya Ghosts Of Girlfriends Past hanyalah sebuah komedi romantis standar yang masih bisa menghibur. Terima kasih juga bagi sang sutradara yang berhasil menerjemahkan ide sederhana menjadi tontonan kreatif yang menyegarkan.
Durasi:
100 menit
U.S. Box Office:
$52,236,131 till August 2009
Overall:
7.5 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Connor Mead-Someone once told me that the power in all relationships lies with whoever cares less, and he was right. But power isn't happiness, and I think that maybe happiness comes from caring more about people rather than less...
Cerita:
Fotografer handal, Connor Mead memiliki reputasi buruk sebagai playboy yang menyukai wanita cantik dan segera mencampakkannya setelah jatuh cinta padanya. Sampai pada suatu ketika, Connor harus menghadiri pernikahan adik kandungnya, Paul dan berusaha menggagalkannya karena ia selalu menganggap pernikahan adalah ide yang mengerikan. Disitulah tiba-tiba Connor didatangi tiga hantu wanita yang mengajaknya berkeliling melihat masa lalu, masa kini dan masa depan. Akankah perjalanan tersebut bisa mengubah sudut pandang Connor sampai menemukan cinta sejatinya?
Gambar:
Hampir semua scene dilakukan di Massachusetts termasuk Castle Hill Crane Estate dan Martha & Mary Chapel. Penampakan hantu divisualisasikan dengan wajar dan cukup menarik.
Cast:
Mengawali karier aktornya dalam Dazed and Confused (1993), Matthew McConaughey disini bermain sebagai Connor Mead, playboy yang mencintai kebebasan dan menganggap cinta adalah sesuatu yang mustahil.
Debutnya dalam Dead Man's Walk (1996) telah membawa Jennifer Garner hingga tahap ini. Karakter Jenny Perotti yang lembut dan cerdas dijiwainya dengan cukup baik.
Memenangkan Oscar dalam Wall Street (1987), aktor kawakan Michael Douglas kali ini kebagian peran hantu Uncle Wayne yang flamboyan.
Juga didukung oleh Breckin Meyer dan Lacey Chabert sebagai sepasang mempelai, Paul & Sandra.
Sutradara:
Pria Amerika kelahiran tahun 1964, Mark Waters paling saya ingat lewat karyanya, Just Like Heaven (2005). Disini ia kembali dengan tema serupa yakni kemunculan hantu untuk mengungkap cinta sejati.
Comment:
Selayaknya film-film komedi romantis, awalnya kita diajak untuk melihat sang Don Juan yang terlihat sempurna yang sayangnya diperankan McConaughey. Mengapa sayang? Sebab sudah lebih dari tiga kali, ia bermain dalam genre yang sama dengan peran yang tidak jauh berbeda. Tapi tidak apa karena tetap menarik menyaksikannya beradu chemistry dengan Garner disini. Konsep film ini terasa lucu karena pendekatan yang digunakan agak berbeda dari kebanyakan yakni kemunculan hantu masa kini, masa lalu dan masa depan dalam proses mengubah seseorang. Dari sini kita diajak menelusuri sebab akibat perubahan pola pikir sang Don Juan terhadap cinta. Beberapa humor yang ditampilkan memang sedikit vulgar tapi tetap relevani dengan situasi cerita yang ingin dibangun. Pada akhirnya Ghosts Of Girlfriends Past hanyalah sebuah komedi romantis standar yang masih bisa menghibur. Terima kasih juga bagi sang sutradara yang berhasil menerjemahkan ide sederhana menjadi tontonan kreatif yang menyegarkan.
Durasi:
100 menit
U.S. Box Office:
$52,236,131 till August 2009
Overall:
7.5 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Selasa, 10 November 2009
THE RAMEN GIRL : Gadis Tersesat Menekuni Pembuatan Ramen
Quotes:
Maezumi: I Know the problem. Your Forehead is too small. A small Forehead means a small brain. Like a monkey. You should be swinging from a tree screaming "kya kya kya".
Storyline:
Abby nekad menyusul kekasihnya Ethan ke Jepang dengan mengandalkan pekerjaan di kantor hukum. Sayangnya Ethan kemudian pergi ke Osaka dan meninggalkan Abby di Tokyo. Dalam kesedihannya, Abby menemukan kebahagiaan lewat semangkuk ramen di kedai seberang tempat tinggalnya. Iapun bertekad berguru pada Maezumi yang terkenal galak itu apapun tantangannya. Lewat serangkaian proses, Abby pun belajar untuk menemukan identitas diri plus semangatnya kembali.
Nice-to-know:
Film terakhir Brittany Murphy yang beredar di Indonesia lewat jaringan bioskop Blitzmegaplex.
Cast:
Pernah memenangkan Piala Standout Performance by a Young Actor – Female, Brittany Murphy bermain sebagai Abby
Toshiyuki Nishida sebagai Maezumi
Park Sohee sebagai Toshi Iwamoto
Kimiko Yo sebagai Reiko
Tammy Blanchard sebagai Gretchan
Director:
Merupakan film layar lebar ketiga bagi Robert Allan Ackerman setelah Safe Passage (1994) dan The Reef (1999).
Comment:
Brittany Murphy pernah dan sedang menjadi Hollywood’s next big actress. Semua orang menyukainya dan film-film yang dibintanginya mendapat sambutan bagus dari kritikus walaupun hasil box-office tidak bisa selalu menjadi acuannya. Mendengar kabar bahwa ia meninggal dunia di usia emas bagaikan petir di siang bolong. Sulit dipercaya tapi itulah yang terjadi. Tidak ada salahnya saya menaruh kredit khusus bagi film terakhirnya yang rilis di Indonesia ini.
Skrip yang ditulis oleh Becca Topol ini secara mendasar berkisah tentang makanan yaitu ramen pada khususnya. Sesuatu yang tidak terlalu mengejutkan karena sudah pernah dilakukan berkali-kali sebelumnya. Hanya saja kultur Jepang bisa jadi memberikan citarasa yang berbeda dengan spirit dan cara pandangnya yang unik itu. Film ini tidak juga dapat dikatakan persinggungan Barat dan Timur meskipun elemen itu tetap ada di sebagian plotnya.
Brittany menjiwai perannya dengan sangat baik. Jika bukan dia rasanya karakter Abby akan dicap bodoh, putus asa, kekanak-kanakan, pemalas, tidak bertanggungjawab, bermental pesuruh dsb. Tapi di tangannya semua kesan negatif tersebut menjadi berkonotasi menyenangkan. Itulah sebabnya penonton akan bersimpati padanya dan mau terus mengikuti perjuangan Abby meraih cita dan cintanya sekaligus meskipun prosesnya cukup panjang.
Nishida dan Yo juga menghidupkan karakter suami istri disini layaknya yin dan yang. Maezumi yang dari luar terlihat emosional, sinis, meledak-ledak memang menyebalkan tetapi diam-diam kita mengagumi kerja keras dan kedisiplinannya serta berempati akan rasa rindunya pada putra semata wayang yang tak kunjung pulang. Sebaliknya Reiko merupakan tokoh yang menenangkan dengan kesabaran dan sifat keibuannya seakan melambangkan kesantunan wanita Asia pada umumnya.
Sutradara Ackerman tidak terlihat canggung bermain dengan pernak-pernik Asia. Ia tidak berusaha mem-Barat-kan Tokyo tetapi tetap mempertahankan keotentikannya. Suasana restoran ramen yang sederhana itu berhasil dimaksimalkan sebagai setting yang tidak biasa, lengkap dengan tatami dan pintu kertasnya. Sayangnya semua proses yang sudah terbangun dengan konsisten itu sedikit melemah di bagian endingnya yang seharusnya bisa lebih meaningful.
The Ramen Girl sepertinya akan lebih mudah dijual di pasar Asia dibandingkan Amerika itu sendiri terlebih bagi anda yang pernah merasakan sendiri kenikmatan ramen asli yang kaya rasa itu. Senang rasanya ada film Hollywood yang syuting di Jepang tanpa embel-embel hantu Sadako ataupun samurai kuno sebagaimana biasanya. Jangan harapkan sebuah komedi romantis kali ini karena drama bersemangatkan ketekunan mencapai kesempurnaan hidup jelas tetap mampu menghibur anda. A hot bowl of Japanese ramen after movie, anyone?
Durasi:
100 menit
Overall:
7.5 out of 10
Movie-meter:
Maezumi: I Know the problem. Your Forehead is too small. A small Forehead means a small brain. Like a monkey. You should be swinging from a tree screaming "kya kya kya".
Storyline:
Abby nekad menyusul kekasihnya Ethan ke Jepang dengan mengandalkan pekerjaan di kantor hukum. Sayangnya Ethan kemudian pergi ke Osaka dan meninggalkan Abby di Tokyo. Dalam kesedihannya, Abby menemukan kebahagiaan lewat semangkuk ramen di kedai seberang tempat tinggalnya. Iapun bertekad berguru pada Maezumi yang terkenal galak itu apapun tantangannya. Lewat serangkaian proses, Abby pun belajar untuk menemukan identitas diri plus semangatnya kembali.
Nice-to-know:
Film terakhir Brittany Murphy yang beredar di Indonesia lewat jaringan bioskop Blitzmegaplex.
Cast:
Pernah memenangkan Piala Standout Performance by a Young Actor – Female, Brittany Murphy bermain sebagai Abby
Toshiyuki Nishida sebagai Maezumi
Park Sohee sebagai Toshi Iwamoto
Kimiko Yo sebagai Reiko
Tammy Blanchard sebagai Gretchan
Director:
Merupakan film layar lebar ketiga bagi Robert Allan Ackerman setelah Safe Passage (1994) dan The Reef (1999).
Comment:
Brittany Murphy pernah dan sedang menjadi Hollywood’s next big actress. Semua orang menyukainya dan film-film yang dibintanginya mendapat sambutan bagus dari kritikus walaupun hasil box-office tidak bisa selalu menjadi acuannya. Mendengar kabar bahwa ia meninggal dunia di usia emas bagaikan petir di siang bolong. Sulit dipercaya tapi itulah yang terjadi. Tidak ada salahnya saya menaruh kredit khusus bagi film terakhirnya yang rilis di Indonesia ini.
Skrip yang ditulis oleh Becca Topol ini secara mendasar berkisah tentang makanan yaitu ramen pada khususnya. Sesuatu yang tidak terlalu mengejutkan karena sudah pernah dilakukan berkali-kali sebelumnya. Hanya saja kultur Jepang bisa jadi memberikan citarasa yang berbeda dengan spirit dan cara pandangnya yang unik itu. Film ini tidak juga dapat dikatakan persinggungan Barat dan Timur meskipun elemen itu tetap ada di sebagian plotnya.
Brittany menjiwai perannya dengan sangat baik. Jika bukan dia rasanya karakter Abby akan dicap bodoh, putus asa, kekanak-kanakan, pemalas, tidak bertanggungjawab, bermental pesuruh dsb. Tapi di tangannya semua kesan negatif tersebut menjadi berkonotasi menyenangkan. Itulah sebabnya penonton akan bersimpati padanya dan mau terus mengikuti perjuangan Abby meraih cita dan cintanya sekaligus meskipun prosesnya cukup panjang.
Nishida dan Yo juga menghidupkan karakter suami istri disini layaknya yin dan yang. Maezumi yang dari luar terlihat emosional, sinis, meledak-ledak memang menyebalkan tetapi diam-diam kita mengagumi kerja keras dan kedisiplinannya serta berempati akan rasa rindunya pada putra semata wayang yang tak kunjung pulang. Sebaliknya Reiko merupakan tokoh yang menenangkan dengan kesabaran dan sifat keibuannya seakan melambangkan kesantunan wanita Asia pada umumnya.
Sutradara Ackerman tidak terlihat canggung bermain dengan pernak-pernik Asia. Ia tidak berusaha mem-Barat-kan Tokyo tetapi tetap mempertahankan keotentikannya. Suasana restoran ramen yang sederhana itu berhasil dimaksimalkan sebagai setting yang tidak biasa, lengkap dengan tatami dan pintu kertasnya. Sayangnya semua proses yang sudah terbangun dengan konsisten itu sedikit melemah di bagian endingnya yang seharusnya bisa lebih meaningful.
The Ramen Girl sepertinya akan lebih mudah dijual di pasar Asia dibandingkan Amerika itu sendiri terlebih bagi anda yang pernah merasakan sendiri kenikmatan ramen asli yang kaya rasa itu. Senang rasanya ada film Hollywood yang syuting di Jepang tanpa embel-embel hantu Sadako ataupun samurai kuno sebagaimana biasanya. Jangan harapkan sebuah komedi romantis kali ini karena drama bersemangatkan ketekunan mencapai kesempurnaan hidup jelas tetap mampu menghibur anda. A hot bowl of Japanese ramen after movie, anyone?
Durasi:
100 menit
Overall:
7.5 out of 10
Movie-meter:
Senin, 09 November 2009
JERITAN KUNTILANAK : Arwah Dukun Beranak Hantui Kelima Muda-Mudi
Cerita:
Diam-diam Lila mencintai Ferry yang sayangnya sudah menjalin hubungan dengan Reina. Hingga pada suatu ketika bersama Vivin dan Bimo, mereka berlima menginap di villa orangtua Reina. Malang saat asma Lila kambuh, mereka kesulitan mencari pertolongan dan menemukan sebuah rumah tua dekat danau untuk beristirahat sementara. Panik saat menemukan penampakan hantu wanita mengerikan dan Lila yang menghilang secara misterius, keempat sahabat tersebut meninggalkan rumah tua tersebut terburu-buru. Sekembalinya pada kesehariannya, Reina, Ferry, Vivin dan Bimo diteror terus menerus. Bersama Yunita kakak Lila, Vivin bertekad kembali ke rumah tua tersebut untuk mencari tahu apa yang sesungguhnya menimpa Lila?
Gambar:
Gambar-gambar minimalis dengan pencahayaan temaram masih menjadi andalan film ini. Sayangnya sosok hantu yang ditampilkan masih terlalu abstrak.
Cast:
Kerjasama horor kedua dengan sang sutradara setelah Lewat Tengah Malam, Joanna Alexandra berperan sebagai Vivin yang setia kawan.
Julia Perez turut mempertontonkan keseksiannya sebagai Yunita yang berusaha menemukan adiknya yang hilang secara misterius.
Cathrine Wilson
Garneta Haruni
Zaky Zimah
Andrew Ralph Roxburgh
Furry Citra
Sutradara:
Koya Pagayo yang memiliki beberapa alternate nama seharusnya tidak asing lagi bagi para penikmat film lokal khususnya genre horor.
Comment:
Seperti sudah saya katakan sebelumnya, tidak sukar menebak template horor yang digunakan Koya. Sekelompok remaja yang bersenang-senang untuk kemudian terdampar di sebuah bangunan tua yang menyimpan masa lalu mengerikan dan dihantui satu persatu untuk kemudian mati karena dendam. Lantas jika sudah tahu, apalagi yang harus diharapkan dari karya-karyanya? Terus terang, setiap saya menyaksikan hal serupa, saya hanya ingin tahu akan sehancur apa hasil akhirnya terlepas dari sekeras apapun usaha yang dilakukan Koya (jika memang ia cukup berusaha). Tak hanya itu, setting dan gaya penyutradaraan pun nyaris sama. Hanya perlu mengganti cast saja dan kali ini saya sedikit terhibur karena pilihan jatuh pada Joanna yang selalu tampil menyegarkan. Berhati-hatilah untuk mengulangi formula yang sama ke depannya karena penonton sudah sangat bosan, terbukti saya menjadi satu-satunya penonton di pertunjukan weekend siang dalam studio PIM 21 hari itu. Bayangkan!
Durasi:
80 menit
Overall:
6 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Diam-diam Lila mencintai Ferry yang sayangnya sudah menjalin hubungan dengan Reina. Hingga pada suatu ketika bersama Vivin dan Bimo, mereka berlima menginap di villa orangtua Reina. Malang saat asma Lila kambuh, mereka kesulitan mencari pertolongan dan menemukan sebuah rumah tua dekat danau untuk beristirahat sementara. Panik saat menemukan penampakan hantu wanita mengerikan dan Lila yang menghilang secara misterius, keempat sahabat tersebut meninggalkan rumah tua tersebut terburu-buru. Sekembalinya pada kesehariannya, Reina, Ferry, Vivin dan Bimo diteror terus menerus. Bersama Yunita kakak Lila, Vivin bertekad kembali ke rumah tua tersebut untuk mencari tahu apa yang sesungguhnya menimpa Lila?
Gambar:
Gambar-gambar minimalis dengan pencahayaan temaram masih menjadi andalan film ini. Sayangnya sosok hantu yang ditampilkan masih terlalu abstrak.
Cast:
Kerjasama horor kedua dengan sang sutradara setelah Lewat Tengah Malam, Joanna Alexandra berperan sebagai Vivin yang setia kawan.
Julia Perez turut mempertontonkan keseksiannya sebagai Yunita yang berusaha menemukan adiknya yang hilang secara misterius.
Cathrine Wilson
Garneta Haruni
Zaky Zimah
Andrew Ralph Roxburgh
Furry Citra
Sutradara:
Koya Pagayo yang memiliki beberapa alternate nama seharusnya tidak asing lagi bagi para penikmat film lokal khususnya genre horor.
Comment:
Seperti sudah saya katakan sebelumnya, tidak sukar menebak template horor yang digunakan Koya. Sekelompok remaja yang bersenang-senang untuk kemudian terdampar di sebuah bangunan tua yang menyimpan masa lalu mengerikan dan dihantui satu persatu untuk kemudian mati karena dendam. Lantas jika sudah tahu, apalagi yang harus diharapkan dari karya-karyanya? Terus terang, setiap saya menyaksikan hal serupa, saya hanya ingin tahu akan sehancur apa hasil akhirnya terlepas dari sekeras apapun usaha yang dilakukan Koya (jika memang ia cukup berusaha). Tak hanya itu, setting dan gaya penyutradaraan pun nyaris sama. Hanya perlu mengganti cast saja dan kali ini saya sedikit terhibur karena pilihan jatuh pada Joanna yang selalu tampil menyegarkan. Berhati-hatilah untuk mengulangi formula yang sama ke depannya karena penonton sudah sangat bosan, terbukti saya menjadi satu-satunya penonton di pertunjukan weekend siang dalam studio PIM 21 hari itu. Bayangkan!
Durasi:
80 menit
Overall:
6 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Minggu, 08 November 2009
THIS IS IT : Mengenang Sang Musisi Legenda Michael Jackson
Quotes:
Michael Jackson: With the love, L.O.V.E.
Cerita:
Dibuka dengan teks singkat alias catatan kaki berbunyi “For the fans..”. Ya film ini memang diabadikan khusus penggemar setia ataupun orang-orang yang pernah mengenal nama Michael Jackson. Anda akan dibawa memasuki dunianya dan menyaksikan sendiri beberapa aksi panggung yang melejitkan lagu "Wanna Be Startin' Somethin'", “Speechless", "Jam", "Bad", "They Don't Really Care About Us", "Human Nature", “Smooth Criminal", "The Way You Make Me Feel", "I Just Can't Stop Loving You", “Thriller", "Beat It", "Who Is It", "Black or White", "Earth Song", “Billie Jean”, “Man In The Mirror”, dan beberapa lagu hit Jackson 5.
Gambar:
Hampir keseluruhan syuting dilakukan di Staples Center - 1111 S. Figueroa Street, Downtown, Los Angeles, California, USA dimana Jacko mempersiapkan konser akbar yang sedianya dilangsungkan pertengahan 2009 ini.
Cast:
Megastar Michael Jackson sesungguhnya pernah tampil sekilas dalam Men in Black II (2002) sebagai Agent M, mendampingi Will Smith dan Tommy Lee Jones. Kelahiran Indiana, 29 Agustus 1958, ia meninggal di usia 51 tahun karena penyebab yang disinyalir pengaruh konsumsi obat-obatan yang menggerogoti kesehatan tubuhnya.
Alex Al … Electric and Synth Bass
Nick Bass ... Dancer
Michael Bearden ... Keyboards
Daniel Celebre ... Dancer
Mekia Cox ... Dancer
Misha Gabriel ... Dancer
Chris Grant ... Dancer
Judith Hill ... Vocalist
Dorian Holley ... Vocal Supervision
Shannon Holtzapffel ... Dancer
Devin Jamieson ... Dancer
Bashiri Johnson ... Percussion
Charles Klapow ... Dancer
Jonathan Moffett ... Drums
Tommy Organ ... Guitar
Oranthi ... Lead Guitar
Darryl Phinnessee ... Vocalist
Mo Pleasure ... Keyboards / Trumpet
Dres Reid ... Dancer
Ken Stacey ... Vocalist
Tyne Stecklein ... Dancer
Timor Steffens ... Dancer
Sutradara:
Nama Kenny Ortega paling dikenal lewat trilogy High School Musical dari 2006-2008 walau baru yang terakhir yang diedarkan di layar lebar. Semuanya disambut dengan baik oleh public sehingga karir ke depannya terbentang lebar.
Comment:
Walaupun bergaya dokumenter, film ini menyajikan potret perfeksionis seorang Jacko yang merancang konsernya dengan sangat telaten mulai dari setting panggung, lighting, sound, koreografi dan semua efek pendukung. Belum lagi audisi besar-besaran yang dilakukannya untuk mencari dancer terbaik di seluruh Amerika. Beruntung semua orang-orang yang bekerjasama dengannya sangat kooperatif dan menghargai Jacko. Beberapa persiapan yang dilakukannya dalam menyajikan lagu-lagunya sangat cemerlang sehingga kita seperti diajak menonton konser megah yang sangat memanjakan indera penglihatan dan pendengaran kita. Dari segala polah tingkah lakunya di atas panggung, kita seakan diajak mengenal sosok Jacko lebih dekat, dimana kita selama ini melihatnya sebagai orang yang dingin, aneh, tidak sehat, ambisius, bertingkah dan sebagainya. This Is It adalah sebuah rangkuman hari-hari terakhir Jacko, film yang bisa dinikmati semua orang, terlepas penggemarnya atau bukan.
Durasi:
100 menit
U.S. Box Office:
$34,442,926 till Nov 2009
Overall:
8 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Michael Jackson: With the love, L.O.V.E.
Cerita:
Dibuka dengan teks singkat alias catatan kaki berbunyi “For the fans..”. Ya film ini memang diabadikan khusus penggemar setia ataupun orang-orang yang pernah mengenal nama Michael Jackson. Anda akan dibawa memasuki dunianya dan menyaksikan sendiri beberapa aksi panggung yang melejitkan lagu "Wanna Be Startin' Somethin'", “Speechless", "Jam", "Bad", "They Don't Really Care About Us", "Human Nature", “Smooth Criminal", "The Way You Make Me Feel", "I Just Can't Stop Loving You", “Thriller", "Beat It", "Who Is It", "Black or White", "Earth Song", “Billie Jean”, “Man In The Mirror”, dan beberapa lagu hit Jackson 5.
Gambar:
Hampir keseluruhan syuting dilakukan di Staples Center - 1111 S. Figueroa Street, Downtown, Los Angeles, California, USA dimana Jacko mempersiapkan konser akbar yang sedianya dilangsungkan pertengahan 2009 ini.
Cast:
Megastar Michael Jackson sesungguhnya pernah tampil sekilas dalam Men in Black II (2002) sebagai Agent M, mendampingi Will Smith dan Tommy Lee Jones. Kelahiran Indiana, 29 Agustus 1958, ia meninggal di usia 51 tahun karena penyebab yang disinyalir pengaruh konsumsi obat-obatan yang menggerogoti kesehatan tubuhnya.
Alex Al … Electric and Synth Bass
Nick Bass ... Dancer
Michael Bearden ... Keyboards
Daniel Celebre ... Dancer
Mekia Cox ... Dancer
Misha Gabriel ... Dancer
Chris Grant ... Dancer
Judith Hill ... Vocalist
Dorian Holley ... Vocal Supervision
Shannon Holtzapffel ... Dancer
Devin Jamieson ... Dancer
Bashiri Johnson ... Percussion
Charles Klapow ... Dancer
Jonathan Moffett ... Drums
Tommy Organ ... Guitar
Oranthi ... Lead Guitar
Darryl Phinnessee ... Vocalist
Mo Pleasure ... Keyboards / Trumpet
Dres Reid ... Dancer
Ken Stacey ... Vocalist
Tyne Stecklein ... Dancer
Timor Steffens ... Dancer
Sutradara:
Nama Kenny Ortega paling dikenal lewat trilogy High School Musical dari 2006-2008 walau baru yang terakhir yang diedarkan di layar lebar. Semuanya disambut dengan baik oleh public sehingga karir ke depannya terbentang lebar.
Comment:
Walaupun bergaya dokumenter, film ini menyajikan potret perfeksionis seorang Jacko yang merancang konsernya dengan sangat telaten mulai dari setting panggung, lighting, sound, koreografi dan semua efek pendukung. Belum lagi audisi besar-besaran yang dilakukannya untuk mencari dancer terbaik di seluruh Amerika. Beruntung semua orang-orang yang bekerjasama dengannya sangat kooperatif dan menghargai Jacko. Beberapa persiapan yang dilakukannya dalam menyajikan lagu-lagunya sangat cemerlang sehingga kita seperti diajak menonton konser megah yang sangat memanjakan indera penglihatan dan pendengaran kita. Dari segala polah tingkah lakunya di atas panggung, kita seakan diajak mengenal sosok Jacko lebih dekat, dimana kita selama ini melihatnya sebagai orang yang dingin, aneh, tidak sehat, ambisius, bertingkah dan sebagainya. This Is It adalah sebuah rangkuman hari-hari terakhir Jacko, film yang bisa dinikmati semua orang, terlepas penggemarnya atau bukan.
Durasi:
100 menit
U.S. Box Office:
$34,442,926 till Nov 2009
Overall:
8 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
SORORITY ROW : Balas Dendam Bagi Persaudaraan Theta Pi
Quotes:
Jessica-Please God don't let me get killed. Please God don't let me get killed.
Cassidy-Stop giving him ideas.
Cerita:
Nyaris lulus dari kampus membuat pesta pribadi, enam anggota Theta Pi masing-masing Cassidy, Jessica, Claire, Ellie, Chugs dan Megan sepakat menggoda Garrett, adik Chugs di suatu kamar asmara. Malang karena hal tersebut berbuntut pada kematian Megan secara mengenaskan. Mereka kemudian sepakat menguburkan Megan di suatu pertambangan dan menyimpan rapat-rapat rahasia tersebut. Delapan bulan berlalu, tepat pada hari graduasi, kasus Megan kembali terkuak saat ponsel kelima saudari berbunyi secara bersamaan. Mau tidak mau mereka harus kembali memutar otak untuk menyelesaikan hal tersebut sampai benar-benar akhir sebelum satu-persatu menemui ajalnya.
Gambar:
Keseluruhan syuting dilakukan di Pennsylvania termasuk Soldiers and Sailors Museum and Memorial - 4141 Fifth Avenue untuk adegan graduasi.
Act:
Lima bidadari ditampilkan di film ini yang berakting berlari dan menjerit sepanjang film masing-masing Briana Evigan sebagai Cassidy, Leah Pipes sebagai Jessica, Jamie Chung sebagai Claire, Margo Harshman sebagai Chugs, Rumer Willis sebagai Ellie. Juga Audrina Patridge sebagai Megan, si korban utama di awal film.
Sutradara:
Memulai penyutradaraan sejak Beyond Suspicion (1997), Stewart Hendler memang banyak terlibat dalam genre thriller ataupun horor. Disini ia berusaha meremake film bergagasan sama yang pernah muncul di tahun 1983 lalu.
Comment:
Bisa dikatakan sebuah remake yang cukup berhasil jika dibandingkan Black Christmas (2006) atau Prom Night (2008). Plot ceritanya mungkin mengingatkan anda pada perpaduan Mean Girls dan I Know What You Did Last Summer dimana perkumpulan saudari kampus Theta Pi tersebut sudah disumpah untuk saling percaya, saling merahasiakan dan menjunjung solidaritas dimana kemudian terjadilah misteri pembunuhan yang baru bisa diungkap di akhir film. Tidak asing bukan? Untungnya thriller remaja ini berhasil menjaga tensi secara konsisten dari awal sampai akhir, terima kasih pada penampilan seksi para gadis-gadis tersebut yang cukup memanjakan mata dan saling melontarkan sindiran tajam satu sama lain. Beberapa scene pembantaian cukup sadis dan mengejutkan walau tidak ditampilkan secara eksplisit. Pelaku pembunuhan terasa dipaksakan "kerahasiaannya" sehingga memang tidak mudah untuk anda tebak. Secara keseluruhan, Sorority Row cukup menyenangkan sebagai sebuah tontonan ringan tanpa ekspektasi berlebihan terutama bagi anda pecinta genre slasher.
Durasi:
95 menit
U.S. Box Office:
$11,956,207 till Nov 2009
Overall:
7.5 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Jessica-Please God don't let me get killed. Please God don't let me get killed.
Cassidy-Stop giving him ideas.
Cerita:
Nyaris lulus dari kampus membuat pesta pribadi, enam anggota Theta Pi masing-masing Cassidy, Jessica, Claire, Ellie, Chugs dan Megan sepakat menggoda Garrett, adik Chugs di suatu kamar asmara. Malang karena hal tersebut berbuntut pada kematian Megan secara mengenaskan. Mereka kemudian sepakat menguburkan Megan di suatu pertambangan dan menyimpan rapat-rapat rahasia tersebut. Delapan bulan berlalu, tepat pada hari graduasi, kasus Megan kembali terkuak saat ponsel kelima saudari berbunyi secara bersamaan. Mau tidak mau mereka harus kembali memutar otak untuk menyelesaikan hal tersebut sampai benar-benar akhir sebelum satu-persatu menemui ajalnya.
Gambar:
Keseluruhan syuting dilakukan di Pennsylvania termasuk Soldiers and Sailors Museum and Memorial - 4141 Fifth Avenue untuk adegan graduasi.
Act:
Lima bidadari ditampilkan di film ini yang berakting berlari dan menjerit sepanjang film masing-masing Briana Evigan sebagai Cassidy, Leah Pipes sebagai Jessica, Jamie Chung sebagai Claire, Margo Harshman sebagai Chugs, Rumer Willis sebagai Ellie. Juga Audrina Patridge sebagai Megan, si korban utama di awal film.
Sutradara:
Memulai penyutradaraan sejak Beyond Suspicion (1997), Stewart Hendler memang banyak terlibat dalam genre thriller ataupun horor. Disini ia berusaha meremake film bergagasan sama yang pernah muncul di tahun 1983 lalu.
Comment:
Bisa dikatakan sebuah remake yang cukup berhasil jika dibandingkan Black Christmas (2006) atau Prom Night (2008). Plot ceritanya mungkin mengingatkan anda pada perpaduan Mean Girls dan I Know What You Did Last Summer dimana perkumpulan saudari kampus Theta Pi tersebut sudah disumpah untuk saling percaya, saling merahasiakan dan menjunjung solidaritas dimana kemudian terjadilah misteri pembunuhan yang baru bisa diungkap di akhir film. Tidak asing bukan? Untungnya thriller remaja ini berhasil menjaga tensi secara konsisten dari awal sampai akhir, terima kasih pada penampilan seksi para gadis-gadis tersebut yang cukup memanjakan mata dan saling melontarkan sindiran tajam satu sama lain. Beberapa scene pembantaian cukup sadis dan mengejutkan walau tidak ditampilkan secara eksplisit. Pelaku pembunuhan terasa dipaksakan "kerahasiaannya" sehingga memang tidak mudah untuk anda tebak. Secara keseluruhan, Sorority Row cukup menyenangkan sebagai sebuah tontonan ringan tanpa ekspektasi berlebihan terutama bagi anda pecinta genre slasher.
Durasi:
95 menit
U.S. Box Office:
$11,956,207 till Nov 2009
Overall:
7.5 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Sabtu, 07 November 2009
HALLOWEEN II : Kembalinya Michael Myers Demi Saudari Kandung
Quotes:
Laurie Strode-I'm not me.
Mya Rockwell-Who are you, then?
Laurie Strode-I'm Michael Myers' sister.
Cerita:
Beberapa waktu setelah pergulatan dengan psikopat pembunuh Michael Myers di sebuah bunker, Laurie Strode kerapkali dihantui mimpi buruk di tengah malam. Beberapa hari menjelang Halloween, Laurie semakin ragu bahwa Michael sudah tewas. Dugaan tersebut tidak salah karena Michael tengah kembali ke kota kelahirannya setelah lolos dari penjagaan mobil jenazah yang mengangkut tubuhnya. Lewat serangkaian peristiwa pembunuhan sadis, Laurie akhirnya mengetahui bahwa ia sebenarnya bernama Angel Myers dan saudari kandung Michael. Akankah tujuan Michael mendapatkan Laurie kembali berhasil?
Gambar:
Sebagian besar berlokasi di Georgia, USA, Halloween II kental dengan nuansa kelam malam yang mencekam. Beberapa adegan pembantaian teramat sadis walau diambil dari jarak jauh.
Cast:
Terakhir mendukung Obsessed (2009), Scout Taylor Compton kembali melanjutkan peran Laurie Strode. Disini ia terlihat lebih dewasa dan berusaha tegar menghadapi situasi sulit sekalipun.
Psikopat penjagal tinggi besar, Michael Myers dipegang oleh Tyler Mane yang pernah tampil dalam Troy (2004).
Psikiater Dr. Samuel Loomis dan Sheriff Lee Brackett masih dimainkan oleh dua actor kawakan, Malcolm McDowell dan Brad Dourif.
Sutradara:
Rob Zombie baru menghasilkan beberapa film dimana ia duduk di kursi sutradara. Namanya memang lebih dikenal sebagai penyanyi bersama grup bandnya yang pernah mengisi soundtrack Daredevil (2003) dalam tembang berjudul The Man Without Fear.
Comment:
Sempat kagum dengan usaha Zombie dalam meremake Halloween membuat saya berekspektasi lebih pada sekuelnya ini. Tetapi menit-menit awal yang menjanjikan hanya berhenti sampai memasuki dua pertiga film. Mengapa? Plot ceritanya hampir tidak ada karena scenario terasa dibuat dengan terburu-buru dan terkesan murahan. Karakterisasi Michael yang digambarkan detail psikologisnya di seri pertama kali ini hanya membunuh, membunuh dan membunuh dengan cepat dan sadis tanpa motif apapun sehingga terasa membosankan. Yang lebih mengganggu lagi, penampakan ibu kandung Michael dan kuda putih sepanjang Michael melakukan aksinya sungguh mengganggu. Maksud hati membangun visualisasi masa lalu sebagai paradigma Michael tetapi tidak tercapai korelasinya. Backsound klasik yang biasa melatarbelakangi Halloween series juga tidak terdengar samasekali disini. Cast meskipun sama tapi mereka tidak didukung penokohan yang kuat seperti sebelumnya, alhasil sulit bagi penonton untuk bersimpati pada sosok Laurie ataupun Sam Loomis. Kesalahan terbesar memang ada di sutradara yang seakan menghancurkan Halloween II sejak awal.
Durasi:
95 menit
U.S. Box Office:
$33,096,757 till Nov 2009
Overall:
6.5 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Laurie Strode-I'm not me.
Mya Rockwell-Who are you, then?
Laurie Strode-I'm Michael Myers' sister.
Cerita:
Beberapa waktu setelah pergulatan dengan psikopat pembunuh Michael Myers di sebuah bunker, Laurie Strode kerapkali dihantui mimpi buruk di tengah malam. Beberapa hari menjelang Halloween, Laurie semakin ragu bahwa Michael sudah tewas. Dugaan tersebut tidak salah karena Michael tengah kembali ke kota kelahirannya setelah lolos dari penjagaan mobil jenazah yang mengangkut tubuhnya. Lewat serangkaian peristiwa pembunuhan sadis, Laurie akhirnya mengetahui bahwa ia sebenarnya bernama Angel Myers dan saudari kandung Michael. Akankah tujuan Michael mendapatkan Laurie kembali berhasil?
Gambar:
Sebagian besar berlokasi di Georgia, USA, Halloween II kental dengan nuansa kelam malam yang mencekam. Beberapa adegan pembantaian teramat sadis walau diambil dari jarak jauh.
Cast:
Terakhir mendukung Obsessed (2009), Scout Taylor Compton kembali melanjutkan peran Laurie Strode. Disini ia terlihat lebih dewasa dan berusaha tegar menghadapi situasi sulit sekalipun.
Psikopat penjagal tinggi besar, Michael Myers dipegang oleh Tyler Mane yang pernah tampil dalam Troy (2004).
Psikiater Dr. Samuel Loomis dan Sheriff Lee Brackett masih dimainkan oleh dua actor kawakan, Malcolm McDowell dan Brad Dourif.
Sutradara:
Rob Zombie baru menghasilkan beberapa film dimana ia duduk di kursi sutradara. Namanya memang lebih dikenal sebagai penyanyi bersama grup bandnya yang pernah mengisi soundtrack Daredevil (2003) dalam tembang berjudul The Man Without Fear.
Comment:
Sempat kagum dengan usaha Zombie dalam meremake Halloween membuat saya berekspektasi lebih pada sekuelnya ini. Tetapi menit-menit awal yang menjanjikan hanya berhenti sampai memasuki dua pertiga film. Mengapa? Plot ceritanya hampir tidak ada karena scenario terasa dibuat dengan terburu-buru dan terkesan murahan. Karakterisasi Michael yang digambarkan detail psikologisnya di seri pertama kali ini hanya membunuh, membunuh dan membunuh dengan cepat dan sadis tanpa motif apapun sehingga terasa membosankan. Yang lebih mengganggu lagi, penampakan ibu kandung Michael dan kuda putih sepanjang Michael melakukan aksinya sungguh mengganggu. Maksud hati membangun visualisasi masa lalu sebagai paradigma Michael tetapi tidak tercapai korelasinya. Backsound klasik yang biasa melatarbelakangi Halloween series juga tidak terdengar samasekali disini. Cast meskipun sama tapi mereka tidak didukung penokohan yang kuat seperti sebelumnya, alhasil sulit bagi penonton untuk bersimpati pada sosok Laurie ataupun Sam Loomis. Kesalahan terbesar memang ada di sutradara yang seakan menghancurkan Halloween II sejak awal.
Durasi:
95 menit
U.S. Box Office:
$33,096,757 till Nov 2009
Overall:
6.5 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Jumat, 06 November 2009
SERIGALA TERAKHIR : Pertikaian Dua Geng Berseberangan Berbuntut Maut
Cerita:
Lima sekawan masing-masing Ale, Jarot, Lukman, Sadat, Jago adalah geng penguasa daerah pinggiran sejak remaja. Dalam suatu peristiwa pertandingan sepakbola yang berbuntut pertikaian, Jarot tanpa sengaja membunuh seorang preman saat membela Ale yang mengakibatkan dirinya dipenjara bertahun-tahun. Kehidupan keras di penjara membentuk pribadi Jarot yang keras, terlebih ia merasa ditinggalkan teman-temannya seorang diri. Sekeluarnya dari penjara, Jarot bergabung dengan geng Naga Hitam yang selalu berseberangan dengan Ale dkk. Pada akhirnya, Jarot mungkin saja berhadapan langsung dengan orang-orang yang pernah dekat dengannya di masa lalu.
Gambar:
Seperti mendapat banyak influence dari film-film mafia Hongkong, gaya noir modern sedikit tertangkap disini. Terbukti gambar-gambar yang dihasilkan sedikit dark dengan tone yang cukup konsisten.
Act:
Baru saja tampil sebagai polisi konyol dalam The Police Movie, Vino Bastian kali ini berperan sebagai mafia muda penuh dendam, Jarot yang ditempa di penjara.
Terakhir terlibat dalam Susahnya Jadi Perawan, Fathir Muchtar disini bermain sebagai Ale, kepala geng yang ditakuti sahabat-sahabatnya.
Reza Pahlevi sebagai tokoh kunci, si bisu yang sulit ditebak.
Fanny Fabriana yang terakhir mendampingi Tora Sudiro dalam Preman In Love kebagian peran Aisya, love interestnya Jarot sekaligus adik kandung Ale.
Beberapa aktor debutan seperti Dion Wiyoko, Dallas Pratama, Ali Syakieb bermain sebagai Lukman, Jago dan Sadat.
Juga turut didukung oleh beberapa pemain senior seperti George Rudy, Agus Melasz, Ully Artha dll.
Sutradara:
Terakhir mengarahkan Vino dalam Realita, Cinta dan Rock & Roll yang cukup dipuji, Upi kembali setelah absen beberapa tahun dalam film Serigala Terakhir ini yang disebut-sebut film mafia pertama bergaya Indonesia. Akankah sukses seperti harapannya? Kita tunggu saja.
Comment:
Sulit rasanya menilai film ini secara keseluruhan karena dua unsur yang sangat bertolak belakang. Pertama, plot cerita yang sungguh terasa dipaksakan mulai dari awal sampai akhir sehingga agak tidak rasional. Hal tersebut berpengaruh pada skenario yang terkesan dibuat-buat dan dialog yang terkadang bodoh, tidak peduli sebaik apapun penjiwaan aktor-aktrisnya. Kedua, penggarapan yang dilakukan sebetulnya bisa dikatakan baik, terima kasih pada kemampuan sang sutradara. Konsistensi pengadeganan dibantu dengan backsound yang pas membuat film ini masih enak untuk diikuti. Jika kedua hal tersebut bersinergi, anda akan merasakan apa yang saya rasakan saat menyaksikannya, yaitu intensitas menonton yang asyik tetapi berkali-kali mengernyitkan kening. Durasi yang teramat panjang sama sekali tidak membantu, hanya memperpanjang bagian-bagian yang sebetulnya tidak perlu. Oleh karena kesalahan di rangka cerita, saya harus memberikan ponten rendah bagi Serigala Terakhir. Sayang sekali!
Durasi:
140 menit
Overall:
6.5 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Lima sekawan masing-masing Ale, Jarot, Lukman, Sadat, Jago adalah geng penguasa daerah pinggiran sejak remaja. Dalam suatu peristiwa pertandingan sepakbola yang berbuntut pertikaian, Jarot tanpa sengaja membunuh seorang preman saat membela Ale yang mengakibatkan dirinya dipenjara bertahun-tahun. Kehidupan keras di penjara membentuk pribadi Jarot yang keras, terlebih ia merasa ditinggalkan teman-temannya seorang diri. Sekeluarnya dari penjara, Jarot bergabung dengan geng Naga Hitam yang selalu berseberangan dengan Ale dkk. Pada akhirnya, Jarot mungkin saja berhadapan langsung dengan orang-orang yang pernah dekat dengannya di masa lalu.
Gambar:
Seperti mendapat banyak influence dari film-film mafia Hongkong, gaya noir modern sedikit tertangkap disini. Terbukti gambar-gambar yang dihasilkan sedikit dark dengan tone yang cukup konsisten.
Act:
Baru saja tampil sebagai polisi konyol dalam The Police Movie, Vino Bastian kali ini berperan sebagai mafia muda penuh dendam, Jarot yang ditempa di penjara.
Terakhir terlibat dalam Susahnya Jadi Perawan, Fathir Muchtar disini bermain sebagai Ale, kepala geng yang ditakuti sahabat-sahabatnya.
Reza Pahlevi sebagai tokoh kunci, si bisu yang sulit ditebak.
Fanny Fabriana yang terakhir mendampingi Tora Sudiro dalam Preman In Love kebagian peran Aisya, love interestnya Jarot sekaligus adik kandung Ale.
Beberapa aktor debutan seperti Dion Wiyoko, Dallas Pratama, Ali Syakieb bermain sebagai Lukman, Jago dan Sadat.
Juga turut didukung oleh beberapa pemain senior seperti George Rudy, Agus Melasz, Ully Artha dll.
Sutradara:
Terakhir mengarahkan Vino dalam Realita, Cinta dan Rock & Roll yang cukup dipuji, Upi kembali setelah absen beberapa tahun dalam film Serigala Terakhir ini yang disebut-sebut film mafia pertama bergaya Indonesia. Akankah sukses seperti harapannya? Kita tunggu saja.
Comment:
Sulit rasanya menilai film ini secara keseluruhan karena dua unsur yang sangat bertolak belakang. Pertama, plot cerita yang sungguh terasa dipaksakan mulai dari awal sampai akhir sehingga agak tidak rasional. Hal tersebut berpengaruh pada skenario yang terkesan dibuat-buat dan dialog yang terkadang bodoh, tidak peduli sebaik apapun penjiwaan aktor-aktrisnya. Kedua, penggarapan yang dilakukan sebetulnya bisa dikatakan baik, terima kasih pada kemampuan sang sutradara. Konsistensi pengadeganan dibantu dengan backsound yang pas membuat film ini masih enak untuk diikuti. Jika kedua hal tersebut bersinergi, anda akan merasakan apa yang saya rasakan saat menyaksikannya, yaitu intensitas menonton yang asyik tetapi berkali-kali mengernyitkan kening. Durasi yang teramat panjang sama sekali tidak membantu, hanya memperpanjang bagian-bagian yang sebetulnya tidak perlu. Oleh karena kesalahan di rangka cerita, saya harus memberikan ponten rendah bagi Serigala Terakhir. Sayang sekali!
Durasi:
140 menit
Overall:
6.5 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Kamis, 05 November 2009
CRUSH : Terjebak Realita Mimpi Gadis Maut
Tagline:
Attraction can be fatal
Storyline:
Julian merupakan idola kampus karena jago taekwondo. Sayangnya karena masalah minuman keras membuatnya mendapat skorsing. Demi mengisi waktu luangnya, Julian setuju menjaga rumah megah Harry demi mendapat tambahan uang. Disanalah ia berjumpa gadis cantik berbikini merah yang diketahui bernama Anna yang dianggap keponakan Harry. Terjadilah percikan keintiman diantara mereka meski Julian sudah memiliki kekasih, Clare. Lambat laun Anna semakin obsesif dan Julian semakin terganggu insomnianya. Siapa sesungguhnya Anna?
Nice-to-know:
Diproduksi oleh Nexus 6 Films dengan bujet sekitar 1,5 juta dollar.
Cast:
Sebelum ini sempat muncul dalam Resident Evil : Extinction (2007), Christopher Egan bermain sebagai Julian
Brooke Harmon sebagai Clare
Emma Lung sebagai Anna
Christian Clark sebagai Wesley
Director:
Kolaborasi sekaligus karya debut bagi Jeffrey Gerritsen dan John V. Soto
Comment:
Di penghujung tahun 1980an pernah muncul sebuah thriller erotis sukses yang melejitkan nama Michael Douglas dan Glenn Close. Sejak saat itu banyak sekali film-film bertemakan sama dengan kualitas yang sangat jauh di bawahnya. Salah satu pengekornya adalah film buatan Australia ini yang dibintangi oleh aktor aktris yang dijamin belum pernah anda kenal sebelumnya. Sutradaranya pun baru memulai karirnya sehingga sinematografi yang dihasilkan agak miskin dan hanya memaksimalkan jelajah sebuah rumah luas nan mewah saja.
Beruntung sekali film ini tidak jelas-jelas mengikuti pakem yang ada, tetapi membumbuinya dengan elemen supernatural memasuki pertengahan durasi film. Twist menarik di penghujung cerita disiapkan untuk anda. Penasaran? Saya tidak akan melakukan spoiler disini. Jangan cepat menyimpulkan film ini menarik dahulu. Masih banyak terdapat kelemahan mendasar diantaranya alur yang lambat dan sedikit pengabaian logika. Teror demi teror yang seharusnya bekerja dengan baik untuk genre seperti ini nyatanya seringkali menguap tanpa terselesaikan. Sayang sekali.
Dari segi akting nyaris tidak ada yang istimewa. Julian yang digambarkan superior dalam olahraga malah terlihat "loyo" menghadapi gangguan. Emma sebagai antagonis juga tidak dibekali latar belakang yang cukup kuat untuk benar-benar diperangi protagonis dan penonton sekalipun. Sedangkan karakter Clare tidak mendapat porsi yang memadai untuk dikasihani. Alhasil Crush bisa jadi hanya akan membuang-buang waktu anda yang berharga. Jika anda memaksakan diri untuk tetap menontonnya sebaiknya langsung mulai dari pertengahan saja!
Durasi:
80 menit
Overall:
6.5 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
Attraction can be fatal
Storyline:
Julian merupakan idola kampus karena jago taekwondo. Sayangnya karena masalah minuman keras membuatnya mendapat skorsing. Demi mengisi waktu luangnya, Julian setuju menjaga rumah megah Harry demi mendapat tambahan uang. Disanalah ia berjumpa gadis cantik berbikini merah yang diketahui bernama Anna yang dianggap keponakan Harry. Terjadilah percikan keintiman diantara mereka meski Julian sudah memiliki kekasih, Clare. Lambat laun Anna semakin obsesif dan Julian semakin terganggu insomnianya. Siapa sesungguhnya Anna?
Nice-to-know:
Diproduksi oleh Nexus 6 Films dengan bujet sekitar 1,5 juta dollar.
Cast:
Sebelum ini sempat muncul dalam Resident Evil : Extinction (2007), Christopher Egan bermain sebagai Julian
Brooke Harmon sebagai Clare
Emma Lung sebagai Anna
Christian Clark sebagai Wesley
Director:
Kolaborasi sekaligus karya debut bagi Jeffrey Gerritsen dan John V. Soto
Comment:
Di penghujung tahun 1980an pernah muncul sebuah thriller erotis sukses yang melejitkan nama Michael Douglas dan Glenn Close. Sejak saat itu banyak sekali film-film bertemakan sama dengan kualitas yang sangat jauh di bawahnya. Salah satu pengekornya adalah film buatan Australia ini yang dibintangi oleh aktor aktris yang dijamin belum pernah anda kenal sebelumnya. Sutradaranya pun baru memulai karirnya sehingga sinematografi yang dihasilkan agak miskin dan hanya memaksimalkan jelajah sebuah rumah luas nan mewah saja.
Beruntung sekali film ini tidak jelas-jelas mengikuti pakem yang ada, tetapi membumbuinya dengan elemen supernatural memasuki pertengahan durasi film. Twist menarik di penghujung cerita disiapkan untuk anda. Penasaran? Saya tidak akan melakukan spoiler disini. Jangan cepat menyimpulkan film ini menarik dahulu. Masih banyak terdapat kelemahan mendasar diantaranya alur yang lambat dan sedikit pengabaian logika. Teror demi teror yang seharusnya bekerja dengan baik untuk genre seperti ini nyatanya seringkali menguap tanpa terselesaikan. Sayang sekali.
Dari segi akting nyaris tidak ada yang istimewa. Julian yang digambarkan superior dalam olahraga malah terlihat "loyo" menghadapi gangguan. Emma sebagai antagonis juga tidak dibekali latar belakang yang cukup kuat untuk benar-benar diperangi protagonis dan penonton sekalipun. Sedangkan karakter Clare tidak mendapat porsi yang memadai untuk dikasihani. Alhasil Crush bisa jadi hanya akan membuang-buang waktu anda yang berharga. Jika anda memaksakan diri untuk tetap menontonnya sebaiknya langsung mulai dari pertengahan saja!
Durasi:
80 menit
Overall:
6.5 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
Rabu, 04 November 2009
ASTRO BOY : Petualangan Bocah Robot Mencari Identitas
Quotes:
Astro Boy-I was made ready
Cerita:
Seorang bocah cerdas, Toby tanpa sengaja tewas saat terkena ledakan percobaan ilmiah. Ayahnya Dr. Tenma berusaha membangkitkan kembali dengan membuat sebuah robot muda dengan kekuatan luar biasa "inti biru" dengan ingatan Toby. Sayang hal itu dianggapnya tidak dapat menggantikan putra yang dicintainya itu. Robot yang kemudian disebut Astro Boy itupun dibuang dari Metro City. Di tempat barunya, Astro berkenalan dengan Ham Egg, ayah sekumpulan anak-anak terlantar seperti Cora, Orrin, Sparx dsb. Berusaha menyembunyikan identitas aslinya, Astro malah terlibat dalam pertarungan robot-robot hasil rakitan Ham Egg. Sementara itu, terjadi kekacauan di Metro City saat Presiden Stone ngotot mengaktifkan "inti merah" untuk menguasai dunia. Tibalah saatnya bagi Astro untuk kembali dan menyelamatkan situasi dunia tempat ayah yang membuangnya itu.
Gambar:
Animasi yang ditampilkan memang masih kental dengan nuansa 2 dimensi tetapi diberi sentuhan modern sehingga terlihat lebih nyata dan halus.
Voice:
Aktor cilik ini awalnya bermain dalam Women Talking DIrty (1999) tetapi seiring waktu, Freddie Highmore cukup memiliki tempat di hati moviegoers dan kali ini dipercaya mengisi suara Toby alias Astro Boy.
Dr. Tenma oleh Nicolas Cage
Cora oleh Kristen Bell
Presiden Stone oleh Donald Sutherland
Dr. Elefun oleh Bill Nighy
Narator oleh Charlize Theron
Sutradara:
Film keduanya setelah Flushed Away (2006), David Bowers kini berkesempatan menangani salah satu manga terpopuler di dunia, Astro Boy yang telah diterjemahkan ke dalam puluhan bahasa.
Comment:
Lima belas menit pertama terasaaaa sangat lambat dikarenakan dialog-dialog yang tidak berisi sama sekali sehingga membuat saya sempat terkantuk-kantuk di kursi terlebih setelah jam kerja yang melelahkan. Namun jika anda bisa melewatinya, niscaya plot cerita terasa lebih menarik terutama saat Astro meninggalkan Metro City. Dari sini tensi meningkat cukup tajam dikarenakan eksplorasi yang cerdas, fun dan menyentuh di beberapa bagian. Mungkin pada satu kesempatan, anda akan berpikir tentang Robots, Wall-E dan film-film sejenis produksi Hollywood tetapi ingatlah Astro Boy merupakan akar anime Jepang yang sudah mendunia. Oleh sebab itu masih ada nilai-nilai Timur yang diperlihatkan disini meskipun tim kreatif termasuk sutradara yang merupakan asli Amerika. Astro Boy memang berangkat dari beberapa ide kompleks yang jarang dibahas mengenai karakteristik robot yang abu-abu dan secara keseluruhan menawarkan animasi yang cukup menarik di tingkat yang lebih. Satu minus yang paling mencolok adalah theme alias background musik yang teramat miskin dimana hal tersebut biasanya sangat membantu film animasi.
Durasi:
85 menit
U.S. Box Office:
$6,702,923 opening week in end of Oct 2009
Overall:
7 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Astro Boy-I was made ready
Cerita:
Seorang bocah cerdas, Toby tanpa sengaja tewas saat terkena ledakan percobaan ilmiah. Ayahnya Dr. Tenma berusaha membangkitkan kembali dengan membuat sebuah robot muda dengan kekuatan luar biasa "inti biru" dengan ingatan Toby. Sayang hal itu dianggapnya tidak dapat menggantikan putra yang dicintainya itu. Robot yang kemudian disebut Astro Boy itupun dibuang dari Metro City. Di tempat barunya, Astro berkenalan dengan Ham Egg, ayah sekumpulan anak-anak terlantar seperti Cora, Orrin, Sparx dsb. Berusaha menyembunyikan identitas aslinya, Astro malah terlibat dalam pertarungan robot-robot hasil rakitan Ham Egg. Sementara itu, terjadi kekacauan di Metro City saat Presiden Stone ngotot mengaktifkan "inti merah" untuk menguasai dunia. Tibalah saatnya bagi Astro untuk kembali dan menyelamatkan situasi dunia tempat ayah yang membuangnya itu.
Gambar:
Animasi yang ditampilkan memang masih kental dengan nuansa 2 dimensi tetapi diberi sentuhan modern sehingga terlihat lebih nyata dan halus.
Voice:
Aktor cilik ini awalnya bermain dalam Women Talking DIrty (1999) tetapi seiring waktu, Freddie Highmore cukup memiliki tempat di hati moviegoers dan kali ini dipercaya mengisi suara Toby alias Astro Boy.
Dr. Tenma oleh Nicolas Cage
Cora oleh Kristen Bell
Presiden Stone oleh Donald Sutherland
Dr. Elefun oleh Bill Nighy
Narator oleh Charlize Theron
Sutradara:
Film keduanya setelah Flushed Away (2006), David Bowers kini berkesempatan menangani salah satu manga terpopuler di dunia, Astro Boy yang telah diterjemahkan ke dalam puluhan bahasa.
Comment:
Lima belas menit pertama terasaaaa sangat lambat dikarenakan dialog-dialog yang tidak berisi sama sekali sehingga membuat saya sempat terkantuk-kantuk di kursi terlebih setelah jam kerja yang melelahkan. Namun jika anda bisa melewatinya, niscaya plot cerita terasa lebih menarik terutama saat Astro meninggalkan Metro City. Dari sini tensi meningkat cukup tajam dikarenakan eksplorasi yang cerdas, fun dan menyentuh di beberapa bagian. Mungkin pada satu kesempatan, anda akan berpikir tentang Robots, Wall-E dan film-film sejenis produksi Hollywood tetapi ingatlah Astro Boy merupakan akar anime Jepang yang sudah mendunia. Oleh sebab itu masih ada nilai-nilai Timur yang diperlihatkan disini meskipun tim kreatif termasuk sutradara yang merupakan asli Amerika. Astro Boy memang berangkat dari beberapa ide kompleks yang jarang dibahas mengenai karakteristik robot yang abu-abu dan secara keseluruhan menawarkan animasi yang cukup menarik di tingkat yang lebih. Satu minus yang paling mencolok adalah theme alias background musik yang teramat miskin dimana hal tersebut biasanya sangat membantu film animasi.
Durasi:
85 menit
U.S. Box Office:
$6,702,923 opening week in end of Oct 2009
Overall:
7 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Senin, 02 November 2009
FAME : Perjuangan Meraih Ketenaran Di Panggung Seni
Quotes:
Marco-She’s hot, but she thinks she’s like the most talented person in school.
Victor Taveras-So maybe she is.
----------
Malik Washburn-I have talent.
Malik’s Mom-And who on Earth told you that?
Malik Washburn-You did.
Cerita:
Berdasarkan remake tahun 1980, ribuan bakat-bakat muda terpendam New York berkumpul untuk mengikuti audisi Seni Pertunjukan di Fiorello H. Laguardia High School. Tujuannya satu yaitu menjadi 200 orang yang lolos audisi dan mendapat training yang sangat ketat untuk mengejar impian mereka menjadi actor, aktris, penyanyi yang baik di bidangnya masing-masing. Tentunya semua itu tidaklah mudah karena proses yang harus dilalui teramat berat. Mimpi, harapan, angan-angan, ambisi, cita-cita pun membaur menjadi satu bagi remaja-remaja tersebut untuk menjawab semua tantangan yang ada.
Gambar:
Film bergaya semi documenter ini terasa sangat realistis. Adegan seni panggung yang ditampilkan sangat mengagumkan yang disyut langsung di Los Angeles dan New York City.
Cast:
Kay Panabaker sebagai Jenny Garrison
Asher Book sebagai Marco
Naturi Naughton sebagai Denise Dupree
Walter Perez sebagai Victor Taveras
Cody Longo sebagai Andy Matthews
Collins Pennie sebagai Malik Washburn
Kherington Payne sebagai Alice Ellerton
Anna Maria Perez de Tagle sebagai Joy
Paul McGill sebagai Kevin Barrett
Paul Iacono sebagai Neil Baczynsky
Megan Mullally sebagai Ms. Fran Rowan
Bebe Neuwirth sebagai Ms. Kraft
Kelsey Grammer sebagai Mr. Martin Cranston
Sutradara:
Berpengalaman mengarahkan serial teve, Dancelife pada tahun 2007, Kevin Tancharoen mendapat kesempatan meremake film berjudul sama produksi tahun 1980.
Comment:
Melakukan remake sebuah film adalah usaha yang tidak mudah karena penonton mau tidak mau akan membandingkan satu dengan yang lainnya. Itulah yang terjadi dengan Fame. Dari segi cerita, tidak banyak berubah, modernisasi kondisi coba dilakukan disesuaikan kondisi masa kini. Dari segi cast, beberapa remaja tampil mengagumkan seperti Kay, Collins dan Naturi, tetapi itu lebih karena kemampuan seni mereka yang memang baik. Sisanya hanya “tampil” dan “tampil” tanpa banyak improvisasi. Entah harus berterima kasih pada skenario atau tidak yang memang tidak memungkinkan mereka untuk melakukan itu dikarenakan focus karakter yang cukup sulit dibagi dengan adil. Peran sutradara sangat penting disini dan Kevin Tancharoen yang bisa dikatakan hanya berpengalaman menggarap video musik atau konser terlihat gagap mengadopsi esensi sebuah film musical. Pendek kata, Fame hanyalah sebuah tontonan musical seni panggung yang bergaya semi documenter yang untungnya didukung dengan beberapa penampilan memukau dari remaja-remaja berbakat tersebut yang mungkin saja menggetarkan dan menginspirasi anda yang menyaksikannya.
Durasi:
100 menit
U.S. Box Office:
$22,206,056 till end of Oct 2009
Overall:
7 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Marco-She’s hot, but she thinks she’s like the most talented person in school.
Victor Taveras-So maybe she is.
----------
Malik Washburn-I have talent.
Malik’s Mom-And who on Earth told you that?
Malik Washburn-You did.
Cerita:
Berdasarkan remake tahun 1980, ribuan bakat-bakat muda terpendam New York berkumpul untuk mengikuti audisi Seni Pertunjukan di Fiorello H. Laguardia High School. Tujuannya satu yaitu menjadi 200 orang yang lolos audisi dan mendapat training yang sangat ketat untuk mengejar impian mereka menjadi actor, aktris, penyanyi yang baik di bidangnya masing-masing. Tentunya semua itu tidaklah mudah karena proses yang harus dilalui teramat berat. Mimpi, harapan, angan-angan, ambisi, cita-cita pun membaur menjadi satu bagi remaja-remaja tersebut untuk menjawab semua tantangan yang ada.
Gambar:
Film bergaya semi documenter ini terasa sangat realistis. Adegan seni panggung yang ditampilkan sangat mengagumkan yang disyut langsung di Los Angeles dan New York City.
Cast:
Kay Panabaker sebagai Jenny Garrison
Asher Book sebagai Marco
Naturi Naughton sebagai Denise Dupree
Walter Perez sebagai Victor Taveras
Cody Longo sebagai Andy Matthews
Collins Pennie sebagai Malik Washburn
Kherington Payne sebagai Alice Ellerton
Anna Maria Perez de Tagle sebagai Joy
Paul McGill sebagai Kevin Barrett
Paul Iacono sebagai Neil Baczynsky
Megan Mullally sebagai Ms. Fran Rowan
Bebe Neuwirth sebagai Ms. Kraft
Kelsey Grammer sebagai Mr. Martin Cranston
Sutradara:
Berpengalaman mengarahkan serial teve, Dancelife pada tahun 2007, Kevin Tancharoen mendapat kesempatan meremake film berjudul sama produksi tahun 1980.
Comment:
Melakukan remake sebuah film adalah usaha yang tidak mudah karena penonton mau tidak mau akan membandingkan satu dengan yang lainnya. Itulah yang terjadi dengan Fame. Dari segi cerita, tidak banyak berubah, modernisasi kondisi coba dilakukan disesuaikan kondisi masa kini. Dari segi cast, beberapa remaja tampil mengagumkan seperti Kay, Collins dan Naturi, tetapi itu lebih karena kemampuan seni mereka yang memang baik. Sisanya hanya “tampil” dan “tampil” tanpa banyak improvisasi. Entah harus berterima kasih pada skenario atau tidak yang memang tidak memungkinkan mereka untuk melakukan itu dikarenakan focus karakter yang cukup sulit dibagi dengan adil. Peran sutradara sangat penting disini dan Kevin Tancharoen yang bisa dikatakan hanya berpengalaman menggarap video musik atau konser terlihat gagap mengadopsi esensi sebuah film musical. Pendek kata, Fame hanyalah sebuah tontonan musical seni panggung yang bergaya semi documenter yang untungnya didukung dengan beberapa penampilan memukau dari remaja-remaja berbakat tersebut yang mungkin saja menggetarkan dan menginspirasi anda yang menyaksikannya.
Durasi:
100 menit
U.S. Box Office:
$22,206,056 till end of Oct 2009
Overall:
7 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!