Storyline:
Di masa perang terjadi sebelum negeri China bersatu, ribuan prajurit dikirim untuk bertempur secara brutal. Akan tetapi berbeda dengan Lu Chenkang yang bersifat pemberani, loyal dan memiliki keahlian berperang yang tinggi. Tidak hanya itu, Lu juga lembut hatinya dan menghindari pembunuhan. Pada waktu, ia memimpin pasukannya untuk menyerang sebuah desa misterius, Lu bertemu seorang wanita muda yang bersembunyi dari badai salju. Lambat laun mereka saling jatuh cinta.
Nice-to-know:
Berjudul asli Lang zai ji dan dirilis di China pada tanggal 2 Oktober 2009.
Cast:
Maggie Q
Jô Odagiri sebagai Lu Chenkang
Chung Hua Tou
Director:
Tian Zhuangzhuang sebelumnya paling dikenal lewat Lan feng zheng (1993) yang controversial bahkan di negaranya sendiri itu.
Comment:
Saya sempat penasaran dengan kualitas film ini semenjak melihat poster dan trailernya yang menarik itu. Namun sekitar satu setengah jam kemudian, saya menyesalinya karena tidak ada yang terlihat benar dalam film ini. Entah apa tujuan pembuatan proyek ini dan bagaimana kelompok tersebut dapat menyelesaikannya menjadi suatu tanda tanya besar dalam benak saya!
Sutradara Tian tampaknya terlalu asyik sendiri bermain narasi satu arah yang sangat egosentris itu. Tidak masalah jika dibekali dengan plot cerita yang baik tapi nyatanya kali ini benar-benar sulit diterima logika karena tidak ada keakuratan sejarah yang melatarbelakanginya. Belum lagi alur maju mundur yang tidak konsisten semakin membingungkan audiens untuk bisa mencerna apa yang sesungguhnya ingin disampaikan.
Odagiri dan Maggie juga tidak membawa pengaruh positif apapun disini. Chemistry keduanya terasa dipaksakan. Hal ini diperburuk oleh dubbing bahasa Mandarin yang sangat kentara dimana gerak bibir dan kata-kata yang terlontar tidak sinkron. Sekadar catatan, Odagiri berdarah asli Jepang dan Maggie sendiri lebih fasih berbahasa Inggris. Seakan-akan tidak ada cast lain yang lebih tepat untuk mengisi kedua peran utama tersebut.
Nilai plus yang mungkin anda temukan di dalamnya mungkin hanya sinematografi yang cantik dimana lanskap daratan tinggi memanjakan mata anda. Ditambah dengan sex scene yang berulang-ulang antara Odagiri dan Maggie di sepanjang durasinya cenderung membosankan. Mereka mengawali dengan beberapa pemerkosaan hingga berakhir dengan layaknya hubungan suami istri sukarela? Hm, let’s say it’s very weird.
Mitos orang-orang Harran yang berasal dari klan serigala juga tidak menjelaskan apa-apa walau sepertinya bisa menjelaskan penggunaan film ini. Anda akan teramat lelah menyaksikan Warrior and the Wolf yang tidak menjanjikan apa-apa seperti penonton yang memilih untuk beranjak dari gedung bioskop sebelum film berakhir. Dan jangan bilang kalau saya belum memperingatkan anda untuk melewatkan yang satu ini.
Durasi:
95 menit
Overall:
6 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Sabtu, 31 Oktober 2009
Jumat, 30 Oktober 2009
RUMA MAIDA : Mempertahankan Gedung Tua Penuh Kenangan
Cerita:
Gadis pengajar anak-anak kurang beruntung, Maida telah berusaha selama 2 tahun di sebuah gedung tua terbengkalai sampai akhirnya menemui hambatan saat seorang arsitek, Sakera mendatanginya dan berniat membongkar gedung tersebut untuk menjadikannya perkantoran atas perintah bosnya, Dasaad. Maida menolak dengan alasan fasilitas itu adalah satu-satunya tempat bernaung bagi anak-anak yang kesehariannya hanya bisa mengamen, berjualan koran dll untuk bertahan hidup. Tidak diduga, hubungan Maida dan Sakera pun semakin dekat karena mereka sering bertukar pikiran sampai pada akhirnya mereka bertekad mencaritahu sejarah gedung tua yang pernah menjadi saksi masa lalu tersebut untuk membatalkan pembongkaran.
Gambar:
Beberapa flashback ditampilkan dalam adegan hitam putih sephia lengkap dengan kostumnya. Sedangkan setting masa kini yang berlokasi di Jakarta dan Semarang juga turut mendapat perhatian dari sisi artistik.
Act:
Atiqah Hasiholan yang baru saja dipuji dalam Jamila dan Sang Presiden kali ini berperan sebagai Maida, gadis keturunan campur yang idealis dan teguh hati.
Terakhir muncul dalam komedi kacau Merem Melek, Yama Carlos bermain sebagai Sakera, arsitek muda yang rendah hati dan berjiwa sosial.
Baru saja mendukung sekuel Get Married, Nino Fernandez disini kebagian peran Ishak Pahing, komposer Belanda yang pro kemerdekaan.
Turut didukung pula oleh Davina Veronica Hariadi, Imelda Soraya, Wulan Guritno, Frans Tumbuan, ayah-anak Henky & Verdy Solaiman.
Sutradara:
Pernah menggunakan frame serupa dalam Ruang (2005), Teddy Soeriaatmadja kali ini bekerjasama dengan novelis Ayu Utami untuk mengarahkan film berlatar belakang sejarah nasional yang dibiayai oleh Lamp Pictures dan Karuna Pictures.
Comment:
Acungan jempol patut dilayangkan pada penulis skenario sekaligus ide ceritanya yaitu Ayu Utami yang bisa dibilang sukses mengadopsi suatu perjalanan panjang sejarah yang pernah terjadi di masa lalu dari mulai Kebangkitan Nasional 1920 hingga Kemerdekaan R.I. 1945 hingga melibatkan beberapa tokoh nasional yang hidup di jamannya semisal Bung Karno, Bung Hatta, Laksamana Maeda, WR Supratman, Sutan Syahrir dsb. Semuanya itu mungkin tidak terlalu berarti andai Teddy Soeriaatmadja tidak mampu menerjemahkannya ke dalam bahasa gambar yang baik. Penyajian Ruma Maida ini cukup mengesankan karena ada batasan jelas antara masa lalu dan masa kini yang seimbang. Para pemainnya tampil memikat terutama Atiqah yang tampaknya semakin matang. Sebuah film tentang kisah cinta syahdu sekaligus tragis antara dua insan dengan latar pra dan pasca kemerdekaan Indonesia yang tentunya patut anda saksikan.
Durasi:
95 menit
Overall:
7.5 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Gadis pengajar anak-anak kurang beruntung, Maida telah berusaha selama 2 tahun di sebuah gedung tua terbengkalai sampai akhirnya menemui hambatan saat seorang arsitek, Sakera mendatanginya dan berniat membongkar gedung tersebut untuk menjadikannya perkantoran atas perintah bosnya, Dasaad. Maida menolak dengan alasan fasilitas itu adalah satu-satunya tempat bernaung bagi anak-anak yang kesehariannya hanya bisa mengamen, berjualan koran dll untuk bertahan hidup. Tidak diduga, hubungan Maida dan Sakera pun semakin dekat karena mereka sering bertukar pikiran sampai pada akhirnya mereka bertekad mencaritahu sejarah gedung tua yang pernah menjadi saksi masa lalu tersebut untuk membatalkan pembongkaran.
Gambar:
Beberapa flashback ditampilkan dalam adegan hitam putih sephia lengkap dengan kostumnya. Sedangkan setting masa kini yang berlokasi di Jakarta dan Semarang juga turut mendapat perhatian dari sisi artistik.
Act:
Atiqah Hasiholan yang baru saja dipuji dalam Jamila dan Sang Presiden kali ini berperan sebagai Maida, gadis keturunan campur yang idealis dan teguh hati.
Terakhir muncul dalam komedi kacau Merem Melek, Yama Carlos bermain sebagai Sakera, arsitek muda yang rendah hati dan berjiwa sosial.
Baru saja mendukung sekuel Get Married, Nino Fernandez disini kebagian peran Ishak Pahing, komposer Belanda yang pro kemerdekaan.
Turut didukung pula oleh Davina Veronica Hariadi, Imelda Soraya, Wulan Guritno, Frans Tumbuan, ayah-anak Henky & Verdy Solaiman.
Sutradara:
Pernah menggunakan frame serupa dalam Ruang (2005), Teddy Soeriaatmadja kali ini bekerjasama dengan novelis Ayu Utami untuk mengarahkan film berlatar belakang sejarah nasional yang dibiayai oleh Lamp Pictures dan Karuna Pictures.
Comment:
Acungan jempol patut dilayangkan pada penulis skenario sekaligus ide ceritanya yaitu Ayu Utami yang bisa dibilang sukses mengadopsi suatu perjalanan panjang sejarah yang pernah terjadi di masa lalu dari mulai Kebangkitan Nasional 1920 hingga Kemerdekaan R.I. 1945 hingga melibatkan beberapa tokoh nasional yang hidup di jamannya semisal Bung Karno, Bung Hatta, Laksamana Maeda, WR Supratman, Sutan Syahrir dsb. Semuanya itu mungkin tidak terlalu berarti andai Teddy Soeriaatmadja tidak mampu menerjemahkannya ke dalam bahasa gambar yang baik. Penyajian Ruma Maida ini cukup mengesankan karena ada batasan jelas antara masa lalu dan masa kini yang seimbang. Para pemainnya tampil memikat terutama Atiqah yang tampaknya semakin matang. Sebuah film tentang kisah cinta syahdu sekaligus tragis antara dua insan dengan latar pra dan pasca kemerdekaan Indonesia yang tentunya patut anda saksikan.
Durasi:
95 menit
Overall:
7.5 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Kamis, 29 Oktober 2009
PUTIH ABU-ABU DAN SEPATU KETS : Gejolak Remaja Hadapi Peliknya Kehidupan
Cerita:
Remaja putri idola sekolah, Dea berpacaran dengan Adit, vokalis sebuah band yang sedang naik daun. Dikarenakan cemburu dengan Michela yang sempat menggoda Adit, Dea nekad berhubungan intim dengan Adit pada suatu kesempatan. Sialnya hal tersebut direkam oleh Adit melalui ponsel yang akhirnya tersebar ke seantero sekolah.. Di lain fokus, tiga sahabat yakni Flory, Kemala dan Icha yang masih duduk di bangku SMU kelas 1 memiliki problemanya masing-masing. Flory yang ibunya seorang lesbian hingga kondisi keluarganya berantakan dan Kemala yang rasa penasarannya terhadap hal-hal dewasa sangat tinggi.. Semuanya berbaur dalam komunitas remaja yang masih perlu belajar dengan hal-hal kedewasaan secara alami.
Gambar:
Sebagai film remaja, film ini menampilkan gambar-gambar yang indah seputar sekolah, rumah tinggal dsb dengan pencahayaan yang temaram.
Act:
Kesemuanya merupakan pendatang baru di layar lebar.
Arumi Bachsin sebagai Dea
Adipati sebagai Adit
Michella Putri sebagai Kemala
Rendy Septino
Rana Audi Marissa sebagai Icha
Filda Effendi sebagai Flory
Steven William
Sutradara:
Nayato Fio Nuala yang pernah beken dengan Ekskul (2005) yang kontroversial sekaligus dipuji itu kini kembali dengan drama remaja yang skenarionya ditulis oleh Viva Westi ini.
Comment:
Film yang konon diangkat dari kisah nyata ini promosinya cukup agresif yang sepintas memang terlihat beda dari film remaja kebanyakan, lihat saja posternya yang terkesan atraktif dengan warna pucat. Premis tersebut tidaklah salah karena secara keseluruhan Putih Abu-Abu dan Sepatu Kets bercerita dengan cukup baik dan lancar apalagi didukung dengan bahasa gambar yang kaya. Akting para pemainnya pun terasa wajar, mungkin karena sebagian besar dari mereka adalah remaja yang sudah biasa dengan problematika sehari-hari. Bagi sang sutradara, ini adalah kemajuan yang signifikan secara berbelas-belas film terakhirnya tidak bisa dibilang bermutu. Namun bukan berarti Putih Abu-Abu tidak memiliki kekurangan. Awal film terasa terlalu bertele-tele, konflik utama baru muncul setelah sejam film diputar dan itupun diakhiri dengan simpel saja. Hasil akhir seharusnya bisa lebih baik tetapi cuma sampai pada tahap lumayan standar.
Durasi:
85 menit
Overall:
7 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Remaja putri idola sekolah, Dea berpacaran dengan Adit, vokalis sebuah band yang sedang naik daun. Dikarenakan cemburu dengan Michela yang sempat menggoda Adit, Dea nekad berhubungan intim dengan Adit pada suatu kesempatan. Sialnya hal tersebut direkam oleh Adit melalui ponsel yang akhirnya tersebar ke seantero sekolah.. Di lain fokus, tiga sahabat yakni Flory, Kemala dan Icha yang masih duduk di bangku SMU kelas 1 memiliki problemanya masing-masing. Flory yang ibunya seorang lesbian hingga kondisi keluarganya berantakan dan Kemala yang rasa penasarannya terhadap hal-hal dewasa sangat tinggi.. Semuanya berbaur dalam komunitas remaja yang masih perlu belajar dengan hal-hal kedewasaan secara alami.
Gambar:
Sebagai film remaja, film ini menampilkan gambar-gambar yang indah seputar sekolah, rumah tinggal dsb dengan pencahayaan yang temaram.
Act:
Kesemuanya merupakan pendatang baru di layar lebar.
Arumi Bachsin sebagai Dea
Adipati sebagai Adit
Michella Putri sebagai Kemala
Rendy Septino
Rana Audi Marissa sebagai Icha
Filda Effendi sebagai Flory
Steven William
Sutradara:
Nayato Fio Nuala yang pernah beken dengan Ekskul (2005) yang kontroversial sekaligus dipuji itu kini kembali dengan drama remaja yang skenarionya ditulis oleh Viva Westi ini.
Comment:
Film yang konon diangkat dari kisah nyata ini promosinya cukup agresif yang sepintas memang terlihat beda dari film remaja kebanyakan, lihat saja posternya yang terkesan atraktif dengan warna pucat. Premis tersebut tidaklah salah karena secara keseluruhan Putih Abu-Abu dan Sepatu Kets bercerita dengan cukup baik dan lancar apalagi didukung dengan bahasa gambar yang kaya. Akting para pemainnya pun terasa wajar, mungkin karena sebagian besar dari mereka adalah remaja yang sudah biasa dengan problematika sehari-hari. Bagi sang sutradara, ini adalah kemajuan yang signifikan secara berbelas-belas film terakhirnya tidak bisa dibilang bermutu. Namun bukan berarti Putih Abu-Abu tidak memiliki kekurangan. Awal film terasa terlalu bertele-tele, konflik utama baru muncul setelah sejam film diputar dan itupun diakhiri dengan simpel saja. Hasil akhir seharusnya bisa lebih baik tetapi cuma sampai pada tahap lumayan standar.
Durasi:
85 menit
Overall:
7 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Rabu, 28 Oktober 2009
9 : Perlawanan Penghuni Bumi Masa Depan
Quotes:
9-Why do you listen to 1?
5-A group must have a leader.
9-But what if he's wrong?
Cerita:
Saat 9 terbangun, ia menyadari bahwa kondisi dunia setelah kiamat tanpa manusia satupun! Kemudian ia menemukan sebuah komunitas kecil dimana yang semua jenisnya sama seperti dirinya selalu hidup dalam bayang-bayang ketakutan robot penghancur segala makhluk di bumi. 9 kemudian meyakinkan yang lain untuk melakukan perlawanan daripada bersembunyi selama ini. Strategi pun disiapkan dan mungkin saja masa depan peradaban ada di tangan mereka.
Gambar:
Animasinya tergolong mengagumkan, detail dan terlihat real dimana makhluk-makhluk penghuni bumi di masa depan diwujudkan dalam sosok yang unik.
Voice:
Christopher Plummer sebagai #1
Martin Landau sebagai #2
John C. Reilly sebagai #5
Crispin Glover sebagai #6
Jennifer Connelly sebagai #7
Fred Tatasciore sebagai #8 / Radio Announcer
Elijah Wood sebagai #9
Sutradara:
Merupakan animasi remake bagi Shane Acker yang pernah mengarahkan film pendek 11 menit berjudul sama yaitu 9 (2005).
Comment:
Menonton film ini di awal seakan dimulai dari tengah-tengah. Sulit rasanya mencari penjelasan yang detail atas apa yang sesungguhnya terjadi sebelum itu sehingga penonton boleh jadi tidak terlalu intens lagi untuk mengikuti keseluruhan kisahnya apalagi peduli pada nasib tokoh-tokohnya. Plot cerita yang terasa berlubang-lubang dan ambigu disana-sini, belum lagi eksplorasi cerita yang kurang masuk akal. Memang harus diakui dari segi animasi, 9 sangat rapi dan memanjakan mata ditambah beberapa adegan aksi yang cukup memikat. Itulah poin utamanya. Tetapi di luar keunikan gaya dan tampilan artnya, rasanya masih banyak film sejenis lain yang lebih menjanjikan.
Durasi:
80 menit
U.S. Box Office:
$31,339,937 till end Oct 2009
Overall:
6.5 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
9-Why do you listen to 1?
5-A group must have a leader.
9-But what if he's wrong?
Cerita:
Saat 9 terbangun, ia menyadari bahwa kondisi dunia setelah kiamat tanpa manusia satupun! Kemudian ia menemukan sebuah komunitas kecil dimana yang semua jenisnya sama seperti dirinya selalu hidup dalam bayang-bayang ketakutan robot penghancur segala makhluk di bumi. 9 kemudian meyakinkan yang lain untuk melakukan perlawanan daripada bersembunyi selama ini. Strategi pun disiapkan dan mungkin saja masa depan peradaban ada di tangan mereka.
Gambar:
Animasinya tergolong mengagumkan, detail dan terlihat real dimana makhluk-makhluk penghuni bumi di masa depan diwujudkan dalam sosok yang unik.
Voice:
Christopher Plummer sebagai #1
Martin Landau sebagai #2
John C. Reilly sebagai #5
Crispin Glover sebagai #6
Jennifer Connelly sebagai #7
Fred Tatasciore sebagai #8 / Radio Announcer
Elijah Wood sebagai #9
Sutradara:
Merupakan animasi remake bagi Shane Acker yang pernah mengarahkan film pendek 11 menit berjudul sama yaitu 9 (2005).
Comment:
Menonton film ini di awal seakan dimulai dari tengah-tengah. Sulit rasanya mencari penjelasan yang detail atas apa yang sesungguhnya terjadi sebelum itu sehingga penonton boleh jadi tidak terlalu intens lagi untuk mengikuti keseluruhan kisahnya apalagi peduli pada nasib tokoh-tokohnya. Plot cerita yang terasa berlubang-lubang dan ambigu disana-sini, belum lagi eksplorasi cerita yang kurang masuk akal. Memang harus diakui dari segi animasi, 9 sangat rapi dan memanjakan mata ditambah beberapa adegan aksi yang cukup memikat. Itulah poin utamanya. Tetapi di luar keunikan gaya dan tampilan artnya, rasanya masih banyak film sejenis lain yang lebih menjanjikan.
Durasi:
80 menit
U.S. Box Office:
$31,339,937 till end Oct 2009
Overall:
6.5 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Selasa, 27 Oktober 2009
THE UNINVITED : Trauma Masa Lalu Berbuntut Halusinasi
Quotes:
Anna-[going through Rachael's stuff] Geez when are they bringing in the stripper pole.
Alex-I know, she's like a crack-whore without the dignity.
Cerita:
Setelah kematian ibunya yang sedang sakit dalam kebakaran, gadis remaja Anna dikirim ke rumah sakit jiwa untuk diterapi Dr. Silberling karena pernah mencoba bunuh diri. 10 bulan kemudian, sekembalinya Anna ke rumah, ia tidak lagi mendapati situasi yang sama karena ayahnya berencana menikah lagi dengan mantan pengasuh ibunya, Rachel Summers. Bekerjasama dengan saudarinya Alex, Anna berusaha menguak misteri pemicu tragedi kematian ibunya yang mungkin saja dilakukan oleh Rachel. Dan lagi Anna terus menerus dihantui ibunya yang seakan masih menyimpan rahasia. Apa yang sesungguhnya terjadi di rumah kapal pada malam itu?
Gambar:
Keseluruhan syuting dilakukan di Kanada. Beberapa scene yang menyeramkan bahkan terasa sangat minim pencahayaannya sehingga menyulitkan penglihatan penonton.
Act:
Aktris muda asal Australia, Emily Browning pernah angkat nama lewat Lemony Snicket's A Series Of Unfortunate Events (2004) disini berperan sebagai Anna, gadis muda yang harus kembali ke rumah tempat traumanya berasal.
Pernah mendukung Eddie Murphy dalam Meet Dave (2008), Elizabeth Banks kali ini bermain sebagai Rachel Summers, pengasuh manula ataupun orang sakit yang sepintas terlihat manis tak berdosa.
Arielle Kebbel sebagai Alex dan David Strathairn sebagai Steven, sang ayah.
Sutradara:
The Guard Brothers yaitu Charles dan Thomas pertama kali bekerja sama dalam Inside Out (1999) dan kali ini meremake film horor Korea, A Tale Of Two Sisters yang cukup mendapat sambutan di kancah perfilman Asia beberapa tahun lalu.
Comment:
Kegagalan beberapa sineas Hollywood untuk mengangkat horor Asia sukses mungkin sedikit berdampak buruk pada film ini yang mengusung A Tale Of Two Sisters dari Korea sehingga hasil box-officenya tidak terlalu memuaskan. Padahal The Uninvited bisa dibilang di atas rata-rata apalagi sukses melakukan transplantasi ke gaya barat, tidak seperti The Grudge yang masih membawa lokasi awal. Penuturan cerita yang runut sehingga penonton digiring untuk bisa mengikuti sekaligus menerka-nerka endingnya yang sungguh tidak terduga. Dari segi cast cukup memukau, Browning bermain paling baik dengan gaya dan penjiwaannya yang alami. Disini unsur suspensi menjadi jualan utamanya di luar horor, berbeda dengan versi originalnya. Bukan hal yang buruk walau mungkin penonton versi original akan kecewa. Film ini harus diakui menjadi salah satu horor remake Asia terbaik yang muncul dalam 5 tahun terakhir. Tanpa bermaksud membandingkan, versi original dan versi remake punya plus dan minus sendiri-sendiri.
Durasi:
85 menit
U.S. Box Office:
$28,573,173 till April 2009
Overall:
7.5 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Anna-[going through Rachael's stuff] Geez when are they bringing in the stripper pole.
Alex-I know, she's like a crack-whore without the dignity.
Cerita:
Setelah kematian ibunya yang sedang sakit dalam kebakaran, gadis remaja Anna dikirim ke rumah sakit jiwa untuk diterapi Dr. Silberling karena pernah mencoba bunuh diri. 10 bulan kemudian, sekembalinya Anna ke rumah, ia tidak lagi mendapati situasi yang sama karena ayahnya berencana menikah lagi dengan mantan pengasuh ibunya, Rachel Summers. Bekerjasama dengan saudarinya Alex, Anna berusaha menguak misteri pemicu tragedi kematian ibunya yang mungkin saja dilakukan oleh Rachel. Dan lagi Anna terus menerus dihantui ibunya yang seakan masih menyimpan rahasia. Apa yang sesungguhnya terjadi di rumah kapal pada malam itu?
Gambar:
Keseluruhan syuting dilakukan di Kanada. Beberapa scene yang menyeramkan bahkan terasa sangat minim pencahayaannya sehingga menyulitkan penglihatan penonton.
Act:
Aktris muda asal Australia, Emily Browning pernah angkat nama lewat Lemony Snicket's A Series Of Unfortunate Events (2004) disini berperan sebagai Anna, gadis muda yang harus kembali ke rumah tempat traumanya berasal.
Pernah mendukung Eddie Murphy dalam Meet Dave (2008), Elizabeth Banks kali ini bermain sebagai Rachel Summers, pengasuh manula ataupun orang sakit yang sepintas terlihat manis tak berdosa.
Arielle Kebbel sebagai Alex dan David Strathairn sebagai Steven, sang ayah.
Sutradara:
The Guard Brothers yaitu Charles dan Thomas pertama kali bekerja sama dalam Inside Out (1999) dan kali ini meremake film horor Korea, A Tale Of Two Sisters yang cukup mendapat sambutan di kancah perfilman Asia beberapa tahun lalu.
Comment:
Kegagalan beberapa sineas Hollywood untuk mengangkat horor Asia sukses mungkin sedikit berdampak buruk pada film ini yang mengusung A Tale Of Two Sisters dari Korea sehingga hasil box-officenya tidak terlalu memuaskan. Padahal The Uninvited bisa dibilang di atas rata-rata apalagi sukses melakukan transplantasi ke gaya barat, tidak seperti The Grudge yang masih membawa lokasi awal. Penuturan cerita yang runut sehingga penonton digiring untuk bisa mengikuti sekaligus menerka-nerka endingnya yang sungguh tidak terduga. Dari segi cast cukup memukau, Browning bermain paling baik dengan gaya dan penjiwaannya yang alami. Disini unsur suspensi menjadi jualan utamanya di luar horor, berbeda dengan versi originalnya. Bukan hal yang buruk walau mungkin penonton versi original akan kecewa. Film ini harus diakui menjadi salah satu horor remake Asia terbaik yang muncul dalam 5 tahun terakhir. Tanpa bermaksud membandingkan, versi original dan versi remake punya plus dan minus sendiri-sendiri.
Durasi:
85 menit
U.S. Box Office:
$28,573,173 till April 2009
Overall:
7.5 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Senin, 26 Oktober 2009
CLIFFHANGER : Aksi Kucing Tikus Di Atas Pegunungan Bersalju
Quotes:
Jessie-This rope looks 60 years old. Will it hold?
Gabe-Don't think so.
Jessie-Bad answer.
Cerita:
Sekelompok pencuri dipimpin Eric Qualen membajak pesawat tujuan Denver yang membawa uang 100 juta dollar. Sayangnya rencana untuk memindahkan koper berisi uang ke pesawat lain gagal total sehingga koper tersebut jatuh ke pegunungan Rocky. Mereka kemudian meminta bantuan tim pendaki keadaan darurat Gabe dan Hal dimana Gabe sendiri masih trauma melakukan pendakian akibat kecelakaan beberapa waktu lalu. Sekarang jutaan dollar dan hidup mereka bergantung pada pertimbangan. Melawan daya ledak, rasa dingin dan rasa pusing yang berat, Gabe harus memperdaya Eric sekaligus menyelamatkan kekasihnya Jessie pada klimaks yang menegangkan.
Gambar:
Bersetting di Rocky Mountain, Colorado dan beberapa spesial efek di dalam studio di Italia, Cliffhanger sukses menyajikan petualangan seru di atas ketinggian pegunungan bersalju yang tengah dilanda badai.
Act:
Terakhir muncul dalam komedi Stop! Or My Mom Will Shoot (1992), Sylvester Stallone kembali dalam film aksi ini sebagai Gabe Walker, pendaki gunung handal yang berusaha mengatasi trauma masa lalunya.
Peran antagonis Eric Qualen dipegang oleh John Lithgow.
Love interestnya Gabe, Jessie Deighan dimainkan oleh si cantik Janine Turner.
Kolega Gabe, Hal Tucker dibintangi oleh Michael Rooker.
Sutradara:
Sukses mengarahkan Die Hard 2 (1990) dengan jagoan Bruce Willis, nama Renny Harlin melambung tinggi di Hollywood dan kali ini bertanggungjawab atas peran megabintang yang lain, Sylvester Stallone.
Comment:
Diawali dengan sedikit drama menegangkan untuk menjelaskan masa lalu tokoh utama, film ini mengalir cepat menuju inti ceritanya yang juga tak kalah mendebarkan. Walau bisa ditebak, plot ceritanya cukup menarik apalagi disajikan dengan tensi tinggi. Setting sangat membantu memvisualisasikan pertaruhan hidup mati yang ada di Rocky Mountains ini sehingga penonton seakan ikut merasakan ketinggian dan kedinginan yang dialami para tokohnya. Cast utama tampil meyakinkan terutama Lithgow, Stallone sendiri cukup memenuhi standar aksinya. Sang sutradara tidak pelak lagi memang piawai memaksimalkan bujet 65 juta dollar yang disediakan untuk mengetengahkan film blockbuster tahun 1993 ini. Cliffhanger mungkin akan mengendap cukup lama dalam ingatan pecinta film aksi tahun 1990an.
Durasi:
110 menit
Worldwide Box Office:
$255,000,000
Overall:
8 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Jessie-This rope looks 60 years old. Will it hold?
Gabe-Don't think so.
Jessie-Bad answer.
Cerita:
Sekelompok pencuri dipimpin Eric Qualen membajak pesawat tujuan Denver yang membawa uang 100 juta dollar. Sayangnya rencana untuk memindahkan koper berisi uang ke pesawat lain gagal total sehingga koper tersebut jatuh ke pegunungan Rocky. Mereka kemudian meminta bantuan tim pendaki keadaan darurat Gabe dan Hal dimana Gabe sendiri masih trauma melakukan pendakian akibat kecelakaan beberapa waktu lalu. Sekarang jutaan dollar dan hidup mereka bergantung pada pertimbangan. Melawan daya ledak, rasa dingin dan rasa pusing yang berat, Gabe harus memperdaya Eric sekaligus menyelamatkan kekasihnya Jessie pada klimaks yang menegangkan.
Gambar:
Bersetting di Rocky Mountain, Colorado dan beberapa spesial efek di dalam studio di Italia, Cliffhanger sukses menyajikan petualangan seru di atas ketinggian pegunungan bersalju yang tengah dilanda badai.
Act:
Terakhir muncul dalam komedi Stop! Or My Mom Will Shoot (1992), Sylvester Stallone kembali dalam film aksi ini sebagai Gabe Walker, pendaki gunung handal yang berusaha mengatasi trauma masa lalunya.
Peran antagonis Eric Qualen dipegang oleh John Lithgow.
Love interestnya Gabe, Jessie Deighan dimainkan oleh si cantik Janine Turner.
Kolega Gabe, Hal Tucker dibintangi oleh Michael Rooker.
Sutradara:
Sukses mengarahkan Die Hard 2 (1990) dengan jagoan Bruce Willis, nama Renny Harlin melambung tinggi di Hollywood dan kali ini bertanggungjawab atas peran megabintang yang lain, Sylvester Stallone.
Comment:
Diawali dengan sedikit drama menegangkan untuk menjelaskan masa lalu tokoh utama, film ini mengalir cepat menuju inti ceritanya yang juga tak kalah mendebarkan. Walau bisa ditebak, plot ceritanya cukup menarik apalagi disajikan dengan tensi tinggi. Setting sangat membantu memvisualisasikan pertaruhan hidup mati yang ada di Rocky Mountains ini sehingga penonton seakan ikut merasakan ketinggian dan kedinginan yang dialami para tokohnya. Cast utama tampil meyakinkan terutama Lithgow, Stallone sendiri cukup memenuhi standar aksinya. Sang sutradara tidak pelak lagi memang piawai memaksimalkan bujet 65 juta dollar yang disediakan untuk mengetengahkan film blockbuster tahun 1993 ini. Cliffhanger mungkin akan mengendap cukup lama dalam ingatan pecinta film aksi tahun 1990an.
Durasi:
110 menit
Worldwide Box Office:
$255,000,000
Overall:
8 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Minggu, 25 Oktober 2009
BLACK WATER : Bertahan Hidup Dari Serangan Buaya
Tagline:
What you can't see can hurt you..
Cerita:
Lee bersama kakaknya, Grace yang bersuamikan Adam berlibur bersama ke Australia Utara untuk memancing di rawa Blackwater Barry bersama pemandu dadakan, Jim dengan menggunakan motor boat kecil. Malang tak dapat ditolak saat seekor buaya raksasa membalikkan boat itu dan membuat trio malang itu terapung-apung di daerah yang sama sekali asing bagi mereka. Bertahan hidup di atas sebatang pohon sama sekali bukan situasi yang menguntungkan karena buaya ganas tersebut terus mengintai gerak-gerik mereka.
Gambar:
Bersetting langsung di Northern Australia, suasana film ini sangat konstan dengan kesunyian dan lokasi terasing yang mencekam.
Act:
Tiga aktor-aktris asli Australia yang namanya belum dikenal yaitu
Maeve Dermody sebagai Lee
Diana Glenn sebagai Grace
Andy Rodoreda sebagai Adam
Sutradara:
Kolaborasi penyutradaraan layar lebar perdana bagi Andrew Traucki dan David Nerlich.
Comment:
Masih ingat dengan film semi dokumenter berjudul Open Water yang cukup dibicarakan beberapa tahun lalu? Jika itu bercerita tentang hiu di perairan terbuka, film ini berkisah tentang buaya. Tokohnya hanya 3 orang sepanjang film sehingga dibutuhkan penjiwaan dan penyajian konflik yang lugas sekaligus konsisten. Black Water yang juga diilhami dari kejadian nyata boleh dibilang berhasil dalam elemen-elemen yang telah saya sebutkan di atas. Glenn, Dermody dan Rodoreda sukses menjaga empati penonton terhadap nasib mereka karena menciptakan chemistry yang pas di antaranya. Spesial efek buaya memang tidak terlihat terlalu nyata tetapi cukup menakutkan sebagai momok pemangsa. Secara keseluruhan, film yang lumayan terjaga tensinya sepanjang film walau mungkin membosankan bagi sebagian orang.
Durasi:
90 menit
Australia Box Office:
AUD 111,189 till June 2008
Overall:
7 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
What you can't see can hurt you..
Cerita:
Lee bersama kakaknya, Grace yang bersuamikan Adam berlibur bersama ke Australia Utara untuk memancing di rawa Blackwater Barry bersama pemandu dadakan, Jim dengan menggunakan motor boat kecil. Malang tak dapat ditolak saat seekor buaya raksasa membalikkan boat itu dan membuat trio malang itu terapung-apung di daerah yang sama sekali asing bagi mereka. Bertahan hidup di atas sebatang pohon sama sekali bukan situasi yang menguntungkan karena buaya ganas tersebut terus mengintai gerak-gerik mereka.
Gambar:
Bersetting langsung di Northern Australia, suasana film ini sangat konstan dengan kesunyian dan lokasi terasing yang mencekam.
Act:
Tiga aktor-aktris asli Australia yang namanya belum dikenal yaitu
Maeve Dermody sebagai Lee
Diana Glenn sebagai Grace
Andy Rodoreda sebagai Adam
Sutradara:
Kolaborasi penyutradaraan layar lebar perdana bagi Andrew Traucki dan David Nerlich.
Comment:
Masih ingat dengan film semi dokumenter berjudul Open Water yang cukup dibicarakan beberapa tahun lalu? Jika itu bercerita tentang hiu di perairan terbuka, film ini berkisah tentang buaya. Tokohnya hanya 3 orang sepanjang film sehingga dibutuhkan penjiwaan dan penyajian konflik yang lugas sekaligus konsisten. Black Water yang juga diilhami dari kejadian nyata boleh dibilang berhasil dalam elemen-elemen yang telah saya sebutkan di atas. Glenn, Dermody dan Rodoreda sukses menjaga empati penonton terhadap nasib mereka karena menciptakan chemistry yang pas di antaranya. Spesial efek buaya memang tidak terlihat terlalu nyata tetapi cukup menakutkan sebagai momok pemangsa. Secara keseluruhan, film yang lumayan terjaga tensinya sepanjang film walau mungkin membosankan bagi sebagian orang.
Durasi:
90 menit
Australia Box Office:
AUD 111,189 till June 2008
Overall:
7 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Sabtu, 24 Oktober 2009
KEMBANG PERAWAN : Mencari Arti Hidup Dengan Simbolisme
Cerita:
Empat sahabat yang dikenal sebagai pecundang di SMA nya yaitu Astu, Syaki, Didan dan Balqi bertekad memulai hidup baru selepas kelulusannya terutama Astu yang diam-diam menyimpan hati pada Astari. Mereka berempat kemudian melakukan evaluasi menyeluruh tentang apa yang salah pada diri mereka mulai dari bertemu psikiater, paranormal, dsb. Sampai pada akhirnya mereka berlabuh di suatu desa tempat tinggal nenek Astu dan mempelajari teori bahwa dengan memiliki Kembang Perawan di desa tersebut yang belakangan diketahui bernama Kinasih, nasib sial yang selama ini mengikuti mereka akan hilang. Namun ternyata apa yang mereka temukan disana adalah jatidiri yang sesungguhnya..
Gambar:
Keindahan desa Cikesang ditampilkan dengan pas seakan-akan hijaunya sawah, jernihnya sungai dan batas cakrawala menjadi latar belakang yang mengagumkan.
Act:
Masing-masing tampil natural sesuai penjiwaan karakternya.
Astu diperankan oleh Adly Fairuz
Syaki oleh Mario Merdhita
Didan oleh Kris Anjar
Balqi oleh Dimas Anggara
Nenek Astu oleh Titi Qadarsih
Janda Nani oleh Indah Kalalo
Kinasih oleh Ryana Dea
Astari oleh Olivia Lubis Jensen
Sutradara:
Pria yang pernah menghasilkan dwilogi Kawin Kontrak lewat penulisannya, Joko Nugroho kali ini bertindak sebagai penulis sekaligus sutradara film yang judulnya diambil dari album Gita Gutawa.
Comment:
Melihat posternya sepintas tidak menyiratkan kualitas yang sesungguhnya. Setelah mengetahui tim produksinya adalah Frame Ritz yang biasanya menangani FTV-FTV di SCTV, saya sedikit percaya dengan isinya. Dugaan tersebut tidaklah salah karena Kembang Perawan secara standar baku yang baik mampu bercerita dengan lugas dari awal sampai akhir. Para pemainnya pun tampil wajar. Settingnya dibuat sedemikian rupa hingga terkesan sangat natural dan membumi. Plot ceritanya boleh dibilang cukup orisinil walau sudah banyak film asing dengan tema sejenis yaitu masa akil baliq remaja pria tetapi disuguhkan dengan gaya Indonesia. Alur berceritanya sangat runut. Hal-hal tersebut bukan tanpa kekurangan karena pakem hal-hal klise masih digunakan di beberapa bagian utama cerita. Akhir kata, acungan jempol pantas diberikan pada sang sutradara yang eksplorasinya tergolong berhasil dan mampu membawa Kembang Perawan menjadi film remaja yang cukup memorable dan sarat dengan pesan moral tentang pencarian jati diri.
Durasi:
95 menit
Overall:
7.5 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Empat sahabat yang dikenal sebagai pecundang di SMA nya yaitu Astu, Syaki, Didan dan Balqi bertekad memulai hidup baru selepas kelulusannya terutama Astu yang diam-diam menyimpan hati pada Astari. Mereka berempat kemudian melakukan evaluasi menyeluruh tentang apa yang salah pada diri mereka mulai dari bertemu psikiater, paranormal, dsb. Sampai pada akhirnya mereka berlabuh di suatu desa tempat tinggal nenek Astu dan mempelajari teori bahwa dengan memiliki Kembang Perawan di desa tersebut yang belakangan diketahui bernama Kinasih, nasib sial yang selama ini mengikuti mereka akan hilang. Namun ternyata apa yang mereka temukan disana adalah jatidiri yang sesungguhnya..
Gambar:
Keindahan desa Cikesang ditampilkan dengan pas seakan-akan hijaunya sawah, jernihnya sungai dan batas cakrawala menjadi latar belakang yang mengagumkan.
Act:
Masing-masing tampil natural sesuai penjiwaan karakternya.
Astu diperankan oleh Adly Fairuz
Syaki oleh Mario Merdhita
Didan oleh Kris Anjar
Balqi oleh Dimas Anggara
Nenek Astu oleh Titi Qadarsih
Janda Nani oleh Indah Kalalo
Kinasih oleh Ryana Dea
Astari oleh Olivia Lubis Jensen
Sutradara:
Pria yang pernah menghasilkan dwilogi Kawin Kontrak lewat penulisannya, Joko Nugroho kali ini bertindak sebagai penulis sekaligus sutradara film yang judulnya diambil dari album Gita Gutawa.
Comment:
Melihat posternya sepintas tidak menyiratkan kualitas yang sesungguhnya. Setelah mengetahui tim produksinya adalah Frame Ritz yang biasanya menangani FTV-FTV di SCTV, saya sedikit percaya dengan isinya. Dugaan tersebut tidaklah salah karena Kembang Perawan secara standar baku yang baik mampu bercerita dengan lugas dari awal sampai akhir. Para pemainnya pun tampil wajar. Settingnya dibuat sedemikian rupa hingga terkesan sangat natural dan membumi. Plot ceritanya boleh dibilang cukup orisinil walau sudah banyak film asing dengan tema sejenis yaitu masa akil baliq remaja pria tetapi disuguhkan dengan gaya Indonesia. Alur berceritanya sangat runut. Hal-hal tersebut bukan tanpa kekurangan karena pakem hal-hal klise masih digunakan di beberapa bagian utama cerita. Akhir kata, acungan jempol pantas diberikan pada sang sutradara yang eksplorasinya tergolong berhasil dan mampu membawa Kembang Perawan menjadi film remaja yang cukup memorable dan sarat dengan pesan moral tentang pencarian jati diri.
Durasi:
95 menit
Overall:
7.5 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Jumat, 23 Oktober 2009
SELENDANG ROCKER : Perseteruan Kocak Artis Melayu dan Rocker
Cerita:
Grup rock yang mulai turun pamor, The Pangky's didapuk produser untuk mengubah haluan menjadi grup beraliran Melayu dengan berkolaborasi dengan Munanada, grup Melayu yang telah terbukti kesuksesannya. Hal tersebut tidaklah begitu saja diterima para anggota The Pangky yaitu Ipank pada vokal, Ozi pada drum, Erick pada gitar dan Joy pada keyboard karena masing-masing mereka dituntut untuk menyesuaikan diri dengan peraturan baru termasuk mencopot segala atribut penampilannya. Munanada sendiripun bukan orang yang mudah bekerjasama dan sangat agamais sampai akhirnya ia terlibat perang dingin dengan Ipank. Malang bagi Ipank karena kemudian ia jatuh cinta dengan Gaby yang ternyata putri Munanada dari istri ketiganya! Akankah pada akhirnya The Pangky's bisa berdiri lagi?
Gambar:
Penampilan panggung The Pangky's dan Munanada ditampilkan sedemikian rupa untuk memancing tawa sehingga tak jarang tercipta nuansa komikal di setiap adegannya.
Act:
Peran utama layar lebar pertama bagi Candil yang didapuk sebagai Ipank, rocker pemarah yang suaranya sangat melengking.
Rapper yang tengah naik daun, Saykoji bermain sebagai Joy, keyboardist bertubuh tambun berkepala plontos yang hobi makan dan kentut.
Komedian Ramzi kebagian peran Ozi, drummer keturunan Arab yang seringkali terlambat.
Edric Tjandra sebagai Erick, pemain gitar yang mudah tersinggung.
Penampilan kocak Joe P-Project sebagai Munanada, penyanyi Melayu senior yang senang bertingkah.
Terakhir Sarah Jane sebagai Gaby, putri Munanada yang jatuh cinta pada Ipank.
Sutradara:
Terakhir bermain dalam komedi hitam Asmara Dua Diana, Awi Suryadi kini mencoba genre komedi musikal dengan memanfaatkan beberapa artis musik asli sebagai karakter utama di filmnya.
Comment:
Trailer film ini menyiratkan janji dan mungkin akan mengingatkan anda pada D'Bijis (2006). Tetapi setelah menontonnya, kualitas akhirnya tidak berbeda jauh dengan D'Bijis yang cukup mengecewakan itu, hanya mungkin sedikit lebih baik. Dari segi cast, kehadiran Candil dan Joe P-Project menjadi nilai jual yang baik karena keduanya menampilkan karakter yang kuat dan saling berseberangan, ditambah lagi oleh Ramzi yang semakin lugas melawak. Namun hal tersebut tidak terbantu oleh skenario yang ditulis oleh Benni Setiawan karena terkesan menggampangkan plot cerita. Awi selaku sang sutradara yang tiga karya awal layar lebarnya tergolong diterima masyarakat dengan baik kali ini malah semakin turun. Alhasil, Selendang Rocker hanya akan sekadar menghibur dengan standar komedi nasional tanpa ada kesan mendalam yang ditinggalkan.
Durasi:
90 menit
Overall:
6.5 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Grup rock yang mulai turun pamor, The Pangky's didapuk produser untuk mengubah haluan menjadi grup beraliran Melayu dengan berkolaborasi dengan Munanada, grup Melayu yang telah terbukti kesuksesannya. Hal tersebut tidaklah begitu saja diterima para anggota The Pangky yaitu Ipank pada vokal, Ozi pada drum, Erick pada gitar dan Joy pada keyboard karena masing-masing mereka dituntut untuk menyesuaikan diri dengan peraturan baru termasuk mencopot segala atribut penampilannya. Munanada sendiripun bukan orang yang mudah bekerjasama dan sangat agamais sampai akhirnya ia terlibat perang dingin dengan Ipank. Malang bagi Ipank karena kemudian ia jatuh cinta dengan Gaby yang ternyata putri Munanada dari istri ketiganya! Akankah pada akhirnya The Pangky's bisa berdiri lagi?
Gambar:
Penampilan panggung The Pangky's dan Munanada ditampilkan sedemikian rupa untuk memancing tawa sehingga tak jarang tercipta nuansa komikal di setiap adegannya.
Act:
Peran utama layar lebar pertama bagi Candil yang didapuk sebagai Ipank, rocker pemarah yang suaranya sangat melengking.
Rapper yang tengah naik daun, Saykoji bermain sebagai Joy, keyboardist bertubuh tambun berkepala plontos yang hobi makan dan kentut.
Komedian Ramzi kebagian peran Ozi, drummer keturunan Arab yang seringkali terlambat.
Edric Tjandra sebagai Erick, pemain gitar yang mudah tersinggung.
Penampilan kocak Joe P-Project sebagai Munanada, penyanyi Melayu senior yang senang bertingkah.
Terakhir Sarah Jane sebagai Gaby, putri Munanada yang jatuh cinta pada Ipank.
Sutradara:
Terakhir bermain dalam komedi hitam Asmara Dua Diana, Awi Suryadi kini mencoba genre komedi musikal dengan memanfaatkan beberapa artis musik asli sebagai karakter utama di filmnya.
Comment:
Trailer film ini menyiratkan janji dan mungkin akan mengingatkan anda pada D'Bijis (2006). Tetapi setelah menontonnya, kualitas akhirnya tidak berbeda jauh dengan D'Bijis yang cukup mengecewakan itu, hanya mungkin sedikit lebih baik. Dari segi cast, kehadiran Candil dan Joe P-Project menjadi nilai jual yang baik karena keduanya menampilkan karakter yang kuat dan saling berseberangan, ditambah lagi oleh Ramzi yang semakin lugas melawak. Namun hal tersebut tidak terbantu oleh skenario yang ditulis oleh Benni Setiawan karena terkesan menggampangkan plot cerita. Awi selaku sang sutradara yang tiga karya awal layar lebarnya tergolong diterima masyarakat dengan baik kali ini malah semakin turun. Alhasil, Selendang Rocker hanya akan sekadar menghibur dengan standar komedi nasional tanpa ada kesan mendalam yang ditinggalkan.
Durasi:
90 menit
Overall:
6.5 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Kamis, 22 Oktober 2009
DISTRICT 13 ULTIMATUM : Duet Maut Polisi Hentikan Pengeboman Massal
Storyline:
Setelah menuntaskan misi melawan raja narkoba, Kapten Damien Tomaso kembali ke rumah dan menghabiskan waktu bersama istri tercinta. Ketenangan tiba-tiba terusik saat gerombolan polisi mendobrak masuk dan menemukan 3 kg heroin di dapur sehingga Damien ditangkap. Sementara itu sekelompok remaja yang dikepalai Roland membuat film mengenai agen-agen kotor dari agensi keaman yang mengeksekusi polisi di mobil mereka dan meninggalkan mobil dengan mayat tersebut di Distrik 13 untuk mengambinghitamkan dan memulai perang sipil. Di balik kejadian ini, kepala keamanan Walter Gassman menerima imbalan besar dari konstruktor Harriburton yang tertarik untuk mendirikan bangunan di wilayah miskin dan memaksa Presiden Perancis untuk membom atom lima menara di dalam distrik itu. Akankah Belle yang membantu pembebasan Damien dapat menggagalkan rencana busuk itu?
Nice-to-know:
Syutingnya berlangsung selama 14 minggu dan sempat terjadi kericuhan saat Luc Besson diboikot media Perancis.
Cast:
Pernah mendukung Taxi 2 (2000), Cyril Raffaelli bermain sebagai Kapten Damien Tomaso yang difitnah.
David Belle sebagai Leïto
Philippe Torreton sebagai Presiden
Daniel Duval sebagai Walter Gassman
Elodie Yung sebagai Tao
Director:
Sejauh ini merupakan film kelima Patrick Alessandrin setelah karya terakhirnya, Mean Spirit (2003).
Comment:
Prekuelnya District 13 (2004) nampaknya cukup bergaung di Eropa sana dan sayangnya tidak beredar di Indonesia sehingga saya tidak memiliki referensi apapun dalam menyaksikan film ini ataupun mengetahui apa yang terjadi sebelumnya. Namun tergambar dari opening film ini, plotnya bisa dikatakan sangat sederhana dan hanya mengandalkan sekuens action yang dominan sepanjang film. Adegan demi adegan bergulir cepat yang sebagian besar diambil dengan kamera tangan, tidak heran jika gambarnya kerap bergoyang-goyang mengikuti pergerakan karakter utama. Terkadang cukup mengganggu walau berdampak real di beberapa bagian terutama saat Belle meloncat dari satu gedung ke gedung yang lain.
Dari segi cast, dynamic duo Raffaelli dan Belle saling bekerjasama yang baik tetapi sayangnya tidak banyak sekuens yang memperlihatkan itu. Keragaman karakter terutama dari geng anak muda yang membantu di akhir sedikit out of nowhere karena jika tidak ada juga tidak akan dipermasalahkan sebetulnya.
District 13 : Ultimatum hanyalah satu dari sekian non-stop action movie keluaran Eropa dan Perancis secara spesifik. Entah mengapa saya tidak menyukai gagasan endingnya yang terkesan tidak serius dan sangat dipermudah. Namun demikian koreografi dan fighting scenenya cukup menjanjikan dan dijamin memuaskan anda yang menyukai genre ini.
Durasi:
90 menit
U.S. Box Office:
$36,039 (USA) till end of March 2010
Overall:
7 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
Setelah menuntaskan misi melawan raja narkoba, Kapten Damien Tomaso kembali ke rumah dan menghabiskan waktu bersama istri tercinta. Ketenangan tiba-tiba terusik saat gerombolan polisi mendobrak masuk dan menemukan 3 kg heroin di dapur sehingga Damien ditangkap. Sementara itu sekelompok remaja yang dikepalai Roland membuat film mengenai agen-agen kotor dari agensi keaman yang mengeksekusi polisi di mobil mereka dan meninggalkan mobil dengan mayat tersebut di Distrik 13 untuk mengambinghitamkan dan memulai perang sipil. Di balik kejadian ini, kepala keamanan Walter Gassman menerima imbalan besar dari konstruktor Harriburton yang tertarik untuk mendirikan bangunan di wilayah miskin dan memaksa Presiden Perancis untuk membom atom lima menara di dalam distrik itu. Akankah Belle yang membantu pembebasan Damien dapat menggagalkan rencana busuk itu?
Nice-to-know:
Syutingnya berlangsung selama 14 minggu dan sempat terjadi kericuhan saat Luc Besson diboikot media Perancis.
Cast:
Pernah mendukung Taxi 2 (2000), Cyril Raffaelli bermain sebagai Kapten Damien Tomaso yang difitnah.
David Belle sebagai Leïto
Philippe Torreton sebagai Presiden
Daniel Duval sebagai Walter Gassman
Elodie Yung sebagai Tao
Director:
Sejauh ini merupakan film kelima Patrick Alessandrin setelah karya terakhirnya, Mean Spirit (2003).
Comment:
Prekuelnya District 13 (2004) nampaknya cukup bergaung di Eropa sana dan sayangnya tidak beredar di Indonesia sehingga saya tidak memiliki referensi apapun dalam menyaksikan film ini ataupun mengetahui apa yang terjadi sebelumnya. Namun tergambar dari opening film ini, plotnya bisa dikatakan sangat sederhana dan hanya mengandalkan sekuens action yang dominan sepanjang film. Adegan demi adegan bergulir cepat yang sebagian besar diambil dengan kamera tangan, tidak heran jika gambarnya kerap bergoyang-goyang mengikuti pergerakan karakter utama. Terkadang cukup mengganggu walau berdampak real di beberapa bagian terutama saat Belle meloncat dari satu gedung ke gedung yang lain.
Dari segi cast, dynamic duo Raffaelli dan Belle saling bekerjasama yang baik tetapi sayangnya tidak banyak sekuens yang memperlihatkan itu. Keragaman karakter terutama dari geng anak muda yang membantu di akhir sedikit out of nowhere karena jika tidak ada juga tidak akan dipermasalahkan sebetulnya.
District 13 : Ultimatum hanyalah satu dari sekian non-stop action movie keluaran Eropa dan Perancis secara spesifik. Entah mengapa saya tidak menyukai gagasan endingnya yang terkesan tidak serius dan sangat dipermudah. Namun demikian koreografi dan fighting scenenya cukup menjanjikan dan dijamin memuaskan anda yang menyukai genre ini.
Durasi:
90 menit
U.S. Box Office:
$36,039 (USA) till end of March 2010
Overall:
7 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
Rabu, 21 Oktober 2009
MY EX : Kisah Masa Lalu Tragis Para Mantan Kekasih
Storyline:
Superstar muda tampan, Ken merupakan pria impian setiap wanita. Saat kedua mantannya, Meen yang putri politikus dan Bow, mahasiswi cantik diekspos oleh media, Ken malah mendekati aktris lawan mainnya, Ploy. Gosip pun segera beredar bahwa Ken akan menikahi Ploy sehingga keduanya terpaksa menghindari segala jepretan dan sorotan publik. Di balik fakta tersebut, ada sesuatu yang mengintai Ken dan Ploy dari kejauhan yang mungkin akan menjadi mimpi buruk yang tidak berkesudahan.
Nice-to-know:
Diputar di Indonesia lewat jaringan bioskop Blitz Megaplex.
Cast:
Shahkrit Yamnarm sebagai Ken pernah mendukung Nicolas Cage dalam remake Bangkok Dangerous (2009).
Wanida Termthanaporn sebagai Ploy.
Navadee Mokkhavesa sebagai Meen.
Atthama Chiwanitchaphan sebagai Bow.
Director:
Piyapan Choopetch.
Comment:
Kisah tentang pria yang mengumbar janji manis terhadap wanita dan pada akhirnya mengingkarinya rasanya sudah berulang kali diangkat baik dengan genre thriller atau horor. Khusus film ini mengambil genre yang kedua yang bahkan pernah disajikan juga dalam horor cult Thailand, Shutter. Namun My Ex tampaknya masih setia dengan pendekatan konvensional plus beberapa twist plot yang cukup menarik. Sutradara Piyapan membangun kengerian dari kejutan musik dan angle kamera yang tampaknya masih berhasil. Banyaknya penampakan di paruh pertama film mungkin akan mengagetkan anda tetapi tidak di paruh kedua. Audiens diajak menerka-nerka waktu kejadian sekuens-sekuens yang disuguhkan untuk bisa mengerti keseluruhan bangunan cerita. Terkadang sudut pandang kita pribadi seakan dilibatkan dalam eksekusi cerita. Menarik bukan? Pemilihan Yamnarm sebagai Ken bisa dibilang tepat. Kharismanya sebagai playboy dan superstar cukup kuat. Ketiga pemeran utama wanitanya juga berhasil dibawakan sesuai dengan varian karakterisasinya. Ini adalah sebuah horor yang decent meskipun endingnya tidak terlalu dijelaskan secara eksplisit.penonton.
Durasi:
90 menit
Overall:
7 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
Superstar muda tampan, Ken merupakan pria impian setiap wanita. Saat kedua mantannya, Meen yang putri politikus dan Bow, mahasiswi cantik diekspos oleh media, Ken malah mendekati aktris lawan mainnya, Ploy. Gosip pun segera beredar bahwa Ken akan menikahi Ploy sehingga keduanya terpaksa menghindari segala jepretan dan sorotan publik. Di balik fakta tersebut, ada sesuatu yang mengintai Ken dan Ploy dari kejauhan yang mungkin akan menjadi mimpi buruk yang tidak berkesudahan.
Nice-to-know:
Diputar di Indonesia lewat jaringan bioskop Blitz Megaplex.
Cast:
Shahkrit Yamnarm sebagai Ken pernah mendukung Nicolas Cage dalam remake Bangkok Dangerous (2009).
Wanida Termthanaporn sebagai Ploy.
Navadee Mokkhavesa sebagai Meen.
Atthama Chiwanitchaphan sebagai Bow.
Director:
Piyapan Choopetch.
Comment:
Kisah tentang pria yang mengumbar janji manis terhadap wanita dan pada akhirnya mengingkarinya rasanya sudah berulang kali diangkat baik dengan genre thriller atau horor. Khusus film ini mengambil genre yang kedua yang bahkan pernah disajikan juga dalam horor cult Thailand, Shutter. Namun My Ex tampaknya masih setia dengan pendekatan konvensional plus beberapa twist plot yang cukup menarik. Sutradara Piyapan membangun kengerian dari kejutan musik dan angle kamera yang tampaknya masih berhasil. Banyaknya penampakan di paruh pertama film mungkin akan mengagetkan anda tetapi tidak di paruh kedua. Audiens diajak menerka-nerka waktu kejadian sekuens-sekuens yang disuguhkan untuk bisa mengerti keseluruhan bangunan cerita. Terkadang sudut pandang kita pribadi seakan dilibatkan dalam eksekusi cerita. Menarik bukan? Pemilihan Yamnarm sebagai Ken bisa dibilang tepat. Kharismanya sebagai playboy dan superstar cukup kuat. Ketiga pemeran utama wanitanya juga berhasil dibawakan sesuai dengan varian karakterisasinya. Ini adalah sebuah horor yang decent meskipun endingnya tidak terlalu dijelaskan secara eksplisit.penonton.
Durasi:
90 menit
Overall:
7 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
Senin, 19 Oktober 2009
NEVER BACK DOWN : Kendalikan Emosi Bertarung Demi Harga Diri
Quotes:
Jake Tyler: I'm gonna stop this guy, win, lose... it makes no difference, it ends tonight. This is my fight. Everyone's got one...
Storyline:
Sebagai anak baru di sekolah, Jake menyukai gadis cantik yang ditemuinya, Baja. Sayangnya dalam suatu pesta ia berkonfrontasi dengan pacar Baja, Ryan yang sangat suka berkelahi karena diajarkan oleh ayahnya sejak kecil. Jake dikalahkan dengan mudah dan dipermalukan di hadapan siswa-siswi lainnya. Bertekad belajar bela diri untuk menjaga harga dirinya yang seringkali dilecehkan, Jake berlatih secara intensif pada Jean Roqua. Semua usahanya mulai menunjukkan hasil dan yang terpenting ia mulai bisa mengendalikan emosinya. Namun akankah kesombongan Ryan dapat dijatuhkan Jake pada kompetisi Beatdown?
Nice-to-know:
Sean Faris diharuskan menambah massa ototnya sebesar kurang lebih 8 kg untuk perannya disini.
Cast:
Mengawali karirnya dalam Twisted (2001), Sean Faris kali ini bermain sebagai Jake Tyler
Terlebih dahulu berperan disini sebagai Ryan McCarthy, Cam Gigandet malah angkat nama lewat Twilight di tahun yang sama.
Amber Heard sebagai Baja Miller
Evan Peters sebagai Max Cooperman
Leslie Hope sebagai Margot Tyler
Djimon Hounsou sebagai Jean Roqua
Wyatt Smith sebagai Charlie Tyler
Director:
Merupakan film kedua bagi Jeff Wadlow setelah Cry_Wolf (2005).
Comment:
Kebetulan saya menyaksikan Karate Kid versi Jackie Chan/Jaden Smith terlebih dahulu sebelum ini dan ternyata formulanya sama persis. Seorang remaja yang pindah ke tempat baru kemudian dipukuli oleh jagoan lokal hingga bertekad membalas dendam dengan berguru pada jago senior sambil memenangkan gadis idamannya. Ayolah akui sudah beberapa kali anda menyaksikan plot serupa dengan judul yang berbeda-beda. Mana yang anda suka kembali lagi pada selera masing-masing bukan?
Film ini terasa lebih Amerika dengan setting dan society yang disodorkannya. Lihat suasana kampus dan sasana latihan berikut para penghuninya dari berbagai lapisan masyarakat. Pluralisme! Belum lagi musik pendukungnya yang didominasi musik hip hop seperti Soulja Boy, Kanye West ataupun rock cadas semisal My Chemical Romance dsb. Lihat juga bagaimana muda-mudi itu menggunakan berbagai macam gadget dan social media yang sangat masa kini mulai dari webcam, handycam hingga Youtube. Sutradara Wadlow berhasil mengumpulkan cast yang sebagian besar memang menguasai beladiri, tak terkecuali dua pemeran utamanya yaitu Faris dan Gigandet yang juga turut memamerkan otot-ototnya disini. Sebagai love interest keduanya ada Heard yang kali ini sangat seksi dengan pakaian minim dan rambut pirang panjangnya yang terurai. Jangan lupakan juga Hounsou dan Hope yang sudah tinggi jam terbangnya berhasil melengkapi peran mentor dan orangtua.
Meskipun terkadang ada beberapa logika cerita sulit diterima akal sehat dan sebagian adegannya banyak disiasati dengan percepatan fighting scene, adegan bertarungnya cukup menyenangkan untuk disaksikan. Berbagai teknik bantingan, jepitan dll juga sedikit dipertontonkan dan hal ini bagus untuk sebuah film martial arts. Pada akhirnya saya cukup menyukai Never Back Down terlepas dari klisenya dialog dan ending yang mudah sekali ditebak. Jadi rendahkanlah ekspektasi anda sebelum menontonnya dan mungkin anda akan sedikit terpuaskan dengan hasil akhirnya.
Durasi:
110 menit
U.S. Box Office:
$24,848,292 till Jun 2008
Overall:
7 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
Jake Tyler: I'm gonna stop this guy, win, lose... it makes no difference, it ends tonight. This is my fight. Everyone's got one...
Storyline:
Sebagai anak baru di sekolah, Jake menyukai gadis cantik yang ditemuinya, Baja. Sayangnya dalam suatu pesta ia berkonfrontasi dengan pacar Baja, Ryan yang sangat suka berkelahi karena diajarkan oleh ayahnya sejak kecil. Jake dikalahkan dengan mudah dan dipermalukan di hadapan siswa-siswi lainnya. Bertekad belajar bela diri untuk menjaga harga dirinya yang seringkali dilecehkan, Jake berlatih secara intensif pada Jean Roqua. Semua usahanya mulai menunjukkan hasil dan yang terpenting ia mulai bisa mengendalikan emosinya. Namun akankah kesombongan Ryan dapat dijatuhkan Jake pada kompetisi Beatdown?
Nice-to-know:
Sean Faris diharuskan menambah massa ototnya sebesar kurang lebih 8 kg untuk perannya disini.
Cast:
Mengawali karirnya dalam Twisted (2001), Sean Faris kali ini bermain sebagai Jake Tyler
Terlebih dahulu berperan disini sebagai Ryan McCarthy, Cam Gigandet malah angkat nama lewat Twilight di tahun yang sama.
Amber Heard sebagai Baja Miller
Evan Peters sebagai Max Cooperman
Leslie Hope sebagai Margot Tyler
Djimon Hounsou sebagai Jean Roqua
Wyatt Smith sebagai Charlie Tyler
Director:
Merupakan film kedua bagi Jeff Wadlow setelah Cry_Wolf (2005).
Comment:
Kebetulan saya menyaksikan Karate Kid versi Jackie Chan/Jaden Smith terlebih dahulu sebelum ini dan ternyata formulanya sama persis. Seorang remaja yang pindah ke tempat baru kemudian dipukuli oleh jagoan lokal hingga bertekad membalas dendam dengan berguru pada jago senior sambil memenangkan gadis idamannya. Ayolah akui sudah beberapa kali anda menyaksikan plot serupa dengan judul yang berbeda-beda. Mana yang anda suka kembali lagi pada selera masing-masing bukan?
Film ini terasa lebih Amerika dengan setting dan society yang disodorkannya. Lihat suasana kampus dan sasana latihan berikut para penghuninya dari berbagai lapisan masyarakat. Pluralisme! Belum lagi musik pendukungnya yang didominasi musik hip hop seperti Soulja Boy, Kanye West ataupun rock cadas semisal My Chemical Romance dsb. Lihat juga bagaimana muda-mudi itu menggunakan berbagai macam gadget dan social media yang sangat masa kini mulai dari webcam, handycam hingga Youtube. Sutradara Wadlow berhasil mengumpulkan cast yang sebagian besar memang menguasai beladiri, tak terkecuali dua pemeran utamanya yaitu Faris dan Gigandet yang juga turut memamerkan otot-ototnya disini. Sebagai love interest keduanya ada Heard yang kali ini sangat seksi dengan pakaian minim dan rambut pirang panjangnya yang terurai. Jangan lupakan juga Hounsou dan Hope yang sudah tinggi jam terbangnya berhasil melengkapi peran mentor dan orangtua.
Meskipun terkadang ada beberapa logika cerita sulit diterima akal sehat dan sebagian adegannya banyak disiasati dengan percepatan fighting scene, adegan bertarungnya cukup menyenangkan untuk disaksikan. Berbagai teknik bantingan, jepitan dll juga sedikit dipertontonkan dan hal ini bagus untuk sebuah film martial arts. Pada akhirnya saya cukup menyukai Never Back Down terlepas dari klisenya dialog dan ending yang mudah sekali ditebak. Jadi rendahkanlah ekspektasi anda sebelum menontonnya dan mungkin anda akan sedikit terpuaskan dengan hasil akhirnya.
Durasi:
110 menit
U.S. Box Office:
$24,848,292 till Jun 2008
Overall:
7 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
Minggu, 18 Oktober 2009
INGLOURIOUS BASTERDS : Sarkasme NAZI Sudut Pandang Tarantino
Quotes:
Col. Hans Landa-[Aldo has just killed his driver] Are you mad? What have you done? I made a deal with your general for that man's life!
Lt. Aldo Raine-Yeah, they made that deal, but they don't give a fuck about him. They need you.
Col. Hans Landa-You will be shot for this!
Lt. Aldo Raine-Naw, I don't think so. More like I'll be chewed out. I've been chewed out before.
Cerita:
Saat Nazi menduduki Perancis, gadis muda Yahudi bernama Shosanna menyaksikan keluarganya dibantai dengan sadis oleh Kolonel Hans Landa sebelum melarikan diri. Perlahan-lahan, Shosanna membangun kehidupannya sambil merencanakan balas dendam beberapa tahun kemudian saat pahlawan perang Jerman, Fredrick Zoller menaruh hati padanya. Di lain pihak, the Basterds, sebuah kelompok Yahudi Amerika yang dipimpin Letnan Aldo Raine bertekad membunuh setiap perwira Nazi yang mereka temui. Pada akhirnya semua pihak pun bertemu di gedung teater tepat pada pertunjukkan film dokumen kebanggaan Jerman yang turut dihadiri sang pemimpin Nazi itu sendiri, Adolf Hitler!
Gambar:
Demi menciptakan situasi yang sesungguhnya, Tarantino mengambil dua lokasi di Jerman yaitu Saxony dan Brandenburg sebagai latar belakang jaman penjajahan Nazi.
Act:
Dengan cast keroyokan, aktor-aktris yang bermain dalam Inglourious Basterds tetap menunjukkan performa terbaik sesuai tuntutan sutradara.
Brad Pitt sebagai Lt. Aldo Raine
Mélanie Laurent sebagai Shosanna Dreyfus
Christoph Waltz sebagai Col. Hans Landa
Eli Roth sebagai Sgt. Donny Donowitz
Michael Fassbender sebagai Lt. Archie Hicox
Diane Kruger sebagai Bridget von Hammersmark
Daniel Brühl sebagai Pvt Fredrick Zoller
Til Schweiger sebagai Sgt. Hugo Stiglitz
Sutradara:
Memenangkan satu-satunya Oscar pada tahun 1995 kategori Naskah Penulisan Terbaik dalam Pulp Fiction (1994), Quentin Tarantino merupakan salah satu sutradara eksentrik Hollywood yang sangat ternama berkat karya-karyanya yang off-mainstream.
Comment:
Film yang gelap penuh kekerasan tapi sedikit bernuansa fiksi komikal. Ya rasa salut harus dilayangkan pada Tarantino yang berhasil menggambarkan sekelompok bajingan yang bisa jadi mengingatkan kita semua pada kekejaman Nazi pada masanya. Terbagi dalam lima sekuens yang fasih dalam bercerita, Tarantino tidak hanya menyorot Inggris, Amerika ataupun Jerman yang saling bersitegang tetapi juga Perancis dan warga sipil Jerman yang tertindas karenanya. Hal unik dilakukannya lewat bertukar dialog dimana orang Perancis berbicara Jerman dan sebaliknya sehingga tercipta percakapan yang lucu sekaligus tajam. Hampir semua cast bermain brilian, hanya saja daya tarik utamanya yaitu Pitt terlihat paling lemah saat memerankan karakter idiot berkuasa yang penuh dendam. Pada beberapa adegan lambat, mungkin cukup mencengangkan anda dengan dramatisasi kekejaman yang seolah dibuat untuk ditertawakan.
Akhir kata, acungan jempol buat Tarantino yang sukses membuat banyak orang yakin ia pantas menerima gelar Sutradara Terbaik pada Oscar tahun depan. Namun saya ingatkan, Inglourious Basterds tidak bisa "dinikmati" begitu saja, terutama bagi anda yang tidak menyukai atau mengenal gaya dari Tarantino.
Durasi:
145 menit
U.S. Box Office:
$118,297,669 till early Oct 2009
Overall:
7 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Col. Hans Landa-[Aldo has just killed his driver] Are you mad? What have you done? I made a deal with your general for that man's life!
Lt. Aldo Raine-Yeah, they made that deal, but they don't give a fuck about him. They need you.
Col. Hans Landa-You will be shot for this!
Lt. Aldo Raine-Naw, I don't think so. More like I'll be chewed out. I've been chewed out before.
Cerita:
Saat Nazi menduduki Perancis, gadis muda Yahudi bernama Shosanna menyaksikan keluarganya dibantai dengan sadis oleh Kolonel Hans Landa sebelum melarikan diri. Perlahan-lahan, Shosanna membangun kehidupannya sambil merencanakan balas dendam beberapa tahun kemudian saat pahlawan perang Jerman, Fredrick Zoller menaruh hati padanya. Di lain pihak, the Basterds, sebuah kelompok Yahudi Amerika yang dipimpin Letnan Aldo Raine bertekad membunuh setiap perwira Nazi yang mereka temui. Pada akhirnya semua pihak pun bertemu di gedung teater tepat pada pertunjukkan film dokumen kebanggaan Jerman yang turut dihadiri sang pemimpin Nazi itu sendiri, Adolf Hitler!
Gambar:
Demi menciptakan situasi yang sesungguhnya, Tarantino mengambil dua lokasi di Jerman yaitu Saxony dan Brandenburg sebagai latar belakang jaman penjajahan Nazi.
Act:
Dengan cast keroyokan, aktor-aktris yang bermain dalam Inglourious Basterds tetap menunjukkan performa terbaik sesuai tuntutan sutradara.
Brad Pitt sebagai Lt. Aldo Raine
Mélanie Laurent sebagai Shosanna Dreyfus
Christoph Waltz sebagai Col. Hans Landa
Eli Roth sebagai Sgt. Donny Donowitz
Michael Fassbender sebagai Lt. Archie Hicox
Diane Kruger sebagai Bridget von Hammersmark
Daniel Brühl sebagai Pvt Fredrick Zoller
Til Schweiger sebagai Sgt. Hugo Stiglitz
Sutradara:
Memenangkan satu-satunya Oscar pada tahun 1995 kategori Naskah Penulisan Terbaik dalam Pulp Fiction (1994), Quentin Tarantino merupakan salah satu sutradara eksentrik Hollywood yang sangat ternama berkat karya-karyanya yang off-mainstream.
Comment:
Film yang gelap penuh kekerasan tapi sedikit bernuansa fiksi komikal. Ya rasa salut harus dilayangkan pada Tarantino yang berhasil menggambarkan sekelompok bajingan yang bisa jadi mengingatkan kita semua pada kekejaman Nazi pada masanya. Terbagi dalam lima sekuens yang fasih dalam bercerita, Tarantino tidak hanya menyorot Inggris, Amerika ataupun Jerman yang saling bersitegang tetapi juga Perancis dan warga sipil Jerman yang tertindas karenanya. Hal unik dilakukannya lewat bertukar dialog dimana orang Perancis berbicara Jerman dan sebaliknya sehingga tercipta percakapan yang lucu sekaligus tajam. Hampir semua cast bermain brilian, hanya saja daya tarik utamanya yaitu Pitt terlihat paling lemah saat memerankan karakter idiot berkuasa yang penuh dendam. Pada beberapa adegan lambat, mungkin cukup mencengangkan anda dengan dramatisasi kekejaman yang seolah dibuat untuk ditertawakan.
Akhir kata, acungan jempol buat Tarantino yang sukses membuat banyak orang yakin ia pantas menerima gelar Sutradara Terbaik pada Oscar tahun depan. Namun saya ingatkan, Inglourious Basterds tidak bisa "dinikmati" begitu saja, terutama bagi anda yang tidak menyukai atau mengenal gaya dari Tarantino.
Durasi:
145 menit
U.S. Box Office:
$118,297,669 till early Oct 2009
Overall:
7 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Sabtu, 17 Oktober 2009
THE UGLY TRUTH : Pria Kontra Wanita Saling Jatuh Cinta
Quotes:
Abby Richter-Why, did you think I sounded desperate?
Mike-Listen to you. Desperately asking me if you sounded desperate?
Cerita:
Produser intelek sebuah acara pagi di Sacramento, Abby hidup dengan kucingnya di sebuah kompleks apartemen yang indah dan memiliki kebun. Semua terasa sempurna hingga ia bertemu dengan dua hal: Pertama; tetangga barunya, Colin adalah seorang dokter bedah muda tampan yang benar-benar tipe idamannya. Kedua; partner kerja barunya, Mike Chadway yang menyebalkan tapi sangat mengerti wanita. Program acara "The Ugly Truth" memang berhasil menaikkan rating sekaligus karir Mike dan Abby. Tidak hanya itu, Mike malah menolong Abby mendapatkan Colin dengan tips-tipsnya yang sangat jitu. Tetapi apakah Abby sendiri nyaman saat tidak menjadi dirinya sendiri. Bagaimana kelanjutan interaksinya dengan Colin ataupun Mike?
Gambar:
Khas rom kom dimana kehidupan urban ditampilkan dengan manis. Sebagian besar bersetting di California termasuk Studio KCET - 4401 Sunset Boulevard, Hollywood, Los Angeles, California, USA tempat kerja Abby dan Mike.
Act:
Masih segar dalam ingatan saya saat gadis remaja 18 tahun pada saat itu bernama Katherine Heigl bermain dalam Wish Upon a Star (1996), kali ini Kath berlakon sebagai Abby Richter, gadis produser sukses yang seringkali minder dalam urusan asmara.
Pernah mendukung remake yang cukup sukses, the Phantom of the Opera (2004), nama Gerard Butler perlahan-lahan semakin menapak di Hollywood. Disini berperan sebagai Mike Chadway, presenter acara sukses "The Ugly Truth" yang sangat mengerti wanita dan segala permasalahannya.
Lebih banyak berkecimpung di serial televisi, tunangan aktris cantik Rosalyn Sanchez bernama Eric Winter ini bermain sebagai Colin, pria sempurna di mata Abby.
Sutradara:
Pernah menangani film bergenre serupa yaitu Win a Date with Tad Hamilton! (2004), Robert Luketic yang kelahiran Australia didapuk mengarahkan film romantik komedi berbujet 38 juta dollar Amerika ini.
Comment:
Sepintas film ini hanyalah terlihat sebagai romantik komedi pada umumnya, pertemuan dua manusia berlawanan jenis yang pada awalnya saling membenci dan akhirnya jatuh cinta. Tetapi setelah menyaksikannya, The Ugly Truth ternyata lebih dari itu. Keseimbangan sudut pandang pria dan wanita dalam memandang cinta ataupun suatu hubungan terjaga dengan stabil sepanjang film sehingga tidak memihak salah satunya. Karena hal itulah, humor sarkasme mengalir dengan lancar sepanjang film dan diyakini mampu memancing tawa. Plot cerita keseluruhan pun cukup kuat dimana pendekatan yang dilakukannya terasa unik. Belum lagi interaksi Heigl dan Butler terasa sangat pas di setiap adegan dan harus diakui keduanya memiliki daya tarik masing-masing. Jelas sebuah romantik komedi yang bisa dinikmati oleh pria juga (terutama bersama pasangannya) karena dapat membuka perspektif baru anda tentang cara pandang suatu hubungan dan interaksi pria-wanita yang sangat realistis dan bisa terjadi pada siapapun juga. Don't miss it!
Durasi:
95 menit
U.S. Box Office:
$88,915,214 till early Oct 2009
Overall:
8 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Abby Richter-Why, did you think I sounded desperate?
Mike-Listen to you. Desperately asking me if you sounded desperate?
Cerita:
Produser intelek sebuah acara pagi di Sacramento, Abby hidup dengan kucingnya di sebuah kompleks apartemen yang indah dan memiliki kebun. Semua terasa sempurna hingga ia bertemu dengan dua hal: Pertama; tetangga barunya, Colin adalah seorang dokter bedah muda tampan yang benar-benar tipe idamannya. Kedua; partner kerja barunya, Mike Chadway yang menyebalkan tapi sangat mengerti wanita. Program acara "The Ugly Truth" memang berhasil menaikkan rating sekaligus karir Mike dan Abby. Tidak hanya itu, Mike malah menolong Abby mendapatkan Colin dengan tips-tipsnya yang sangat jitu. Tetapi apakah Abby sendiri nyaman saat tidak menjadi dirinya sendiri. Bagaimana kelanjutan interaksinya dengan Colin ataupun Mike?
Gambar:
Khas rom kom dimana kehidupan urban ditampilkan dengan manis. Sebagian besar bersetting di California termasuk Studio KCET - 4401 Sunset Boulevard, Hollywood, Los Angeles, California, USA tempat kerja Abby dan Mike.
Act:
Masih segar dalam ingatan saya saat gadis remaja 18 tahun pada saat itu bernama Katherine Heigl bermain dalam Wish Upon a Star (1996), kali ini Kath berlakon sebagai Abby Richter, gadis produser sukses yang seringkali minder dalam urusan asmara.
Pernah mendukung remake yang cukup sukses, the Phantom of the Opera (2004), nama Gerard Butler perlahan-lahan semakin menapak di Hollywood. Disini berperan sebagai Mike Chadway, presenter acara sukses "The Ugly Truth" yang sangat mengerti wanita dan segala permasalahannya.
Lebih banyak berkecimpung di serial televisi, tunangan aktris cantik Rosalyn Sanchez bernama Eric Winter ini bermain sebagai Colin, pria sempurna di mata Abby.
Sutradara:
Pernah menangani film bergenre serupa yaitu Win a Date with Tad Hamilton! (2004), Robert Luketic yang kelahiran Australia didapuk mengarahkan film romantik komedi berbujet 38 juta dollar Amerika ini.
Comment:
Sepintas film ini hanyalah terlihat sebagai romantik komedi pada umumnya, pertemuan dua manusia berlawanan jenis yang pada awalnya saling membenci dan akhirnya jatuh cinta. Tetapi setelah menyaksikannya, The Ugly Truth ternyata lebih dari itu. Keseimbangan sudut pandang pria dan wanita dalam memandang cinta ataupun suatu hubungan terjaga dengan stabil sepanjang film sehingga tidak memihak salah satunya. Karena hal itulah, humor sarkasme mengalir dengan lancar sepanjang film dan diyakini mampu memancing tawa. Plot cerita keseluruhan pun cukup kuat dimana pendekatan yang dilakukannya terasa unik. Belum lagi interaksi Heigl dan Butler terasa sangat pas di setiap adegan dan harus diakui keduanya memiliki daya tarik masing-masing. Jelas sebuah romantik komedi yang bisa dinikmati oleh pria juga (terutama bersama pasangannya) karena dapat membuka perspektif baru anda tentang cara pandang suatu hubungan dan interaksi pria-wanita yang sangat realistis dan bisa terjadi pada siapapun juga. Don't miss it!
Durasi:
95 menit
U.S. Box Office:
$88,915,214 till early Oct 2009
Overall:
8 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
FRIDAY THE 13TH : Mencari Saudari "Korban" Jason Voorhess
Quotes:
Richie-Do you know how many lakes are probably called Crystal Lake? It's like Crystal Geyser, Crystal Water. Go to a supermarket. Every single bottled water is named "Crystal" something.
Wade-Aquafina.
Cerita:
Lima sekawan, Wade, Ritchie, Amanda, Mike dan Whitney sepakat untuk kamping di Crystal Lake tepat 20 tahun setelah hilangnya Jason Voorhees secara misterius. Tak lama kemudian, Wade dan Ritchie menemukan tanaman ganja dan berusaha menjualnya. Malangnya mereka tidak tahu, daerah tersebut merupakan tempat tinggal Jason yang merasa terusik dan menyerang mereka satu-persatu! Enam minggu kemudian, Clay mencari adik perempuannya, Whitney yang menghilang tanpa jejak dengan menyebarkan poster di sekitar Crystal Lake. Bersama tujuh muda-mudi, Trent, Jenna, Lawrence, Chewie, Nolan, Chelsea dan Bree yang menghabiskan akhir pekan di kediaman tua milik Trent, Clay harus sekali lagi berjuang menghentikan Jason yang kembali membabi-buta melakukan pembantaian.
Gambar:
Suasana malam sangat kental disini berpadu dengan sepinya lokasi setting Camp Crystal Lake! Darah dan seks cukup mendominasi scene sepanjang film.
Act:
Menyusul tandemnya dalam Supernatural, Jensen Ackless yang bermain dalam My Bloody Valentine, Jared Padalecki kebagian peran Clay Miller, serupa dengan apa yang pernah dilakukannya dalam The House Of Wax (2005).
Travis Van Winkle sebagai si arogan Trent.
Danielle Panabaker sebagai Jenna.
Amanda Righetti sebagai Whitney Miller.
Pernah mendukung 21 (2008), Aaron Yo sebagai Chewie.
Memegang peran antagonis ternama, Jason Voorhees adalah Derek Mears yang juga pernah bermain dalam The Hills Have Eyes II (2002).
Sutradara:
Marcus Nispel selama ini dikenal sebagai pembesut video klip beberapa artis ternama. Karya penyutradaraan pertamanya adalah The Texas Chainsaw Massacre (2003). Kali ini ia melakukan remake film slasher jaman dulu.
Comment:
Lagi-lagi sebuah remake dari film slasher klasik tahun 1980 dimana berciri khas musik background seperti “ttch ttch ttch” mendampingi kehadiran Jason Voorhees hahaha. Tetapi untungnya hal yang mengganggu tersebut tidak muncul disini. Plot ceritanya hampir sama persis dengan versi asli, hanya settingnya yang berubah menjadi rumah peristirahatan di sekitar Camp Crystal Lake. Gadis-gadis cantik nan seksi juga turut hadir disini dimana bisa diduga kemudian satu persatu berguguran dibantai Jason. Caranya sendiri dapat dikatakan menyenangkan untuk ditonton, masih menyimpan intensitas ketegangan yang cukup tinggi dari awal sampai akhir. Jika dibandingkan proyek remake lain seperti Halloween ataupun Texas Chainsaw Massacre, Friday The 13th yang batal tayang di bioskop Indonesia ini terasa sedikit lemah dalam menteror sisi psikologis penonton. Kekurangannya selain mudah ditebak alurnya, endingnya terasa sangat sangat dipaksakan dan sulit diterima logika. Yah hal itu dikarenakan sekuelnya sudah disiapkan tahun 2010 mendatang. Sah-sah saja bukan?
Durasi:
90 menit
U.S. Box Office:
$64,997,188 till April 2009
Overall:
7 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Richie-Do you know how many lakes are probably called Crystal Lake? It's like Crystal Geyser, Crystal Water. Go to a supermarket. Every single bottled water is named "Crystal" something.
Wade-Aquafina.
Cerita:
Lima sekawan, Wade, Ritchie, Amanda, Mike dan Whitney sepakat untuk kamping di Crystal Lake tepat 20 tahun setelah hilangnya Jason Voorhees secara misterius. Tak lama kemudian, Wade dan Ritchie menemukan tanaman ganja dan berusaha menjualnya. Malangnya mereka tidak tahu, daerah tersebut merupakan tempat tinggal Jason yang merasa terusik dan menyerang mereka satu-persatu! Enam minggu kemudian, Clay mencari adik perempuannya, Whitney yang menghilang tanpa jejak dengan menyebarkan poster di sekitar Crystal Lake. Bersama tujuh muda-mudi, Trent, Jenna, Lawrence, Chewie, Nolan, Chelsea dan Bree yang menghabiskan akhir pekan di kediaman tua milik Trent, Clay harus sekali lagi berjuang menghentikan Jason yang kembali membabi-buta melakukan pembantaian.
Gambar:
Suasana malam sangat kental disini berpadu dengan sepinya lokasi setting Camp Crystal Lake! Darah dan seks cukup mendominasi scene sepanjang film.
Act:
Menyusul tandemnya dalam Supernatural, Jensen Ackless yang bermain dalam My Bloody Valentine, Jared Padalecki kebagian peran Clay Miller, serupa dengan apa yang pernah dilakukannya dalam The House Of Wax (2005).
Travis Van Winkle sebagai si arogan Trent.
Danielle Panabaker sebagai Jenna.
Amanda Righetti sebagai Whitney Miller.
Pernah mendukung 21 (2008), Aaron Yo sebagai Chewie.
Memegang peran antagonis ternama, Jason Voorhees adalah Derek Mears yang juga pernah bermain dalam The Hills Have Eyes II (2002).
Sutradara:
Marcus Nispel selama ini dikenal sebagai pembesut video klip beberapa artis ternama. Karya penyutradaraan pertamanya adalah The Texas Chainsaw Massacre (2003). Kali ini ia melakukan remake film slasher jaman dulu.
Comment:
Lagi-lagi sebuah remake dari film slasher klasik tahun 1980 dimana berciri khas musik background seperti “ttch ttch ttch” mendampingi kehadiran Jason Voorhees hahaha. Tetapi untungnya hal yang mengganggu tersebut tidak muncul disini. Plot ceritanya hampir sama persis dengan versi asli, hanya settingnya yang berubah menjadi rumah peristirahatan di sekitar Camp Crystal Lake. Gadis-gadis cantik nan seksi juga turut hadir disini dimana bisa diduga kemudian satu persatu berguguran dibantai Jason. Caranya sendiri dapat dikatakan menyenangkan untuk ditonton, masih menyimpan intensitas ketegangan yang cukup tinggi dari awal sampai akhir. Jika dibandingkan proyek remake lain seperti Halloween ataupun Texas Chainsaw Massacre, Friday The 13th yang batal tayang di bioskop Indonesia ini terasa sedikit lemah dalam menteror sisi psikologis penonton. Kekurangannya selain mudah ditebak alurnya, endingnya terasa sangat sangat dipaksakan dan sulit diterima logika. Yah hal itu dikarenakan sekuelnya sudah disiapkan tahun 2010 mendatang. Sah-sah saja bukan?
Durasi:
90 menit
U.S. Box Office:
$64,997,188 till April 2009
Overall:
7 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Jumat, 16 Oktober 2009
PERJAKA TERAKHIR : Pria Kemayu Bersanding Dengan Wanita Jagoan
Cerita:
Instruktur salsa, Ramya sehari-hari akrab dengan wanita-wanita dan juga berpenampilan kemayu. Tidak heran ia kerapkali dipanggil banci. Sampai pada suatu ketika, nasib mempertemukannya dengan Sigi, calon penerus ketua debt collector yang beranak buahkan si kembar Bona dan Boni. Berseberangan dengan gank Sigi adalah gank Piratez yang dikepalai Gerry. Karena desakan ibunya untuk menikah, Sigi nekad mengambil Ramya sebagai pasangan hidupnya. Kesalah pahaman kerap terjadi di antara mereka. Sementara itu Gerry secara licik berusaha menghancurkan Sigi dengan caranya sendiri tentunya dengan bantuan orang yang tidak disangka-sangka.
Gambar:
Kostum Aming benar-benar eye catching disini, berbanding terbalik dengan Fahrani yang serba cool. Tak jarang interaksi mereka berdua berhasil menampilkan adegan slapstick pengundang tawa.
Act:
Penampilan Fahrani disini dengan tato di punggungnya dan penjiwaannya sebagai wanita pemimpin geng penagih hutang, Sigi patut diacungi jempol. Serupa dengan kinerjanya dalam Radit dan Jani.
Performa Aming sebagai pria kemayu, Ramya alias Mia tidak perlu diragukan lagi kekhasannya.
Kembali kebagian peran antagonis berturut-turut setelah Perempuan Berkalung Sorban dan Queen Bee, Reza Rahadian sebagai si licik Gerry, saingan Sigi.
Aktris senior, Nani Wijaya sebagai ibunda Sigi yang cerewet dan penuntut.
Bogie Samudra dan Bari Bintang sebagai si kembar anak buah Sigi yaitu Bona dan Boni.
Sutradara:
Wanita bernama Arie Aziz ini rata-rata filmnya sukses diterima di pasaran baik yang bergenre drama komedi ataupun horor. Kita lihat saja apakah kinerjanya yang kali ini banyak bermain dalam spesial efek bisa mengangkat perolehan rupiah film.
Comment:
Awalnya melihat premis Perjaka Terakhir, saya cukup tertarik dan berharap lebih terutama mengetahui Fahrani turut bermain disana. Namun setelah menit-menit awal film, saya langsung bisa mengatakan film ini "terinspirasi" dari film box-office Korea yang sudah dibuat dua sekuelnya yaitu My Wife Is A Gangster! Ya, istri yang dominan dan suami yang lemah menjadi jualan utamanya, tentunya disesuaikan dengan budaya Indonesia walau masih terasa terlalu dipaksakan. Kelucuan Aming memang "kena" tapi terkadang over-the-top di beberapa scene. Fahrani tampil mengesankan dengan gestur dan mimik yang meyakinkan. Keduanya boleh dibilang cukup baik dalam berbagi chemistry. Selebihnya? Plot cerita cenderung klise dan terasa dipermudah logikanya demi tujuan hiburan belaka. Namun rasanya semua usaha tersebut "cukup" untuk menghibur anda untuk sekadar melepaskan beban pikiran. Hanya saja jangan terlalu tinggi berharap terutama bagi anda yang pernah menonton film Korea yang saya sebutkan di atas.
Durasi:
90 menit
Overall:
7 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Instruktur salsa, Ramya sehari-hari akrab dengan wanita-wanita dan juga berpenampilan kemayu. Tidak heran ia kerapkali dipanggil banci. Sampai pada suatu ketika, nasib mempertemukannya dengan Sigi, calon penerus ketua debt collector yang beranak buahkan si kembar Bona dan Boni. Berseberangan dengan gank Sigi adalah gank Piratez yang dikepalai Gerry. Karena desakan ibunya untuk menikah, Sigi nekad mengambil Ramya sebagai pasangan hidupnya. Kesalah pahaman kerap terjadi di antara mereka. Sementara itu Gerry secara licik berusaha menghancurkan Sigi dengan caranya sendiri tentunya dengan bantuan orang yang tidak disangka-sangka.
Gambar:
Kostum Aming benar-benar eye catching disini, berbanding terbalik dengan Fahrani yang serba cool. Tak jarang interaksi mereka berdua berhasil menampilkan adegan slapstick pengundang tawa.
Act:
Penampilan Fahrani disini dengan tato di punggungnya dan penjiwaannya sebagai wanita pemimpin geng penagih hutang, Sigi patut diacungi jempol. Serupa dengan kinerjanya dalam Radit dan Jani.
Performa Aming sebagai pria kemayu, Ramya alias Mia tidak perlu diragukan lagi kekhasannya.
Kembali kebagian peran antagonis berturut-turut setelah Perempuan Berkalung Sorban dan Queen Bee, Reza Rahadian sebagai si licik Gerry, saingan Sigi.
Aktris senior, Nani Wijaya sebagai ibunda Sigi yang cerewet dan penuntut.
Bogie Samudra dan Bari Bintang sebagai si kembar anak buah Sigi yaitu Bona dan Boni.
Sutradara:
Wanita bernama Arie Aziz ini rata-rata filmnya sukses diterima di pasaran baik yang bergenre drama komedi ataupun horor. Kita lihat saja apakah kinerjanya yang kali ini banyak bermain dalam spesial efek bisa mengangkat perolehan rupiah film.
Comment:
Awalnya melihat premis Perjaka Terakhir, saya cukup tertarik dan berharap lebih terutama mengetahui Fahrani turut bermain disana. Namun setelah menit-menit awal film, saya langsung bisa mengatakan film ini "terinspirasi" dari film box-office Korea yang sudah dibuat dua sekuelnya yaitu My Wife Is A Gangster! Ya, istri yang dominan dan suami yang lemah menjadi jualan utamanya, tentunya disesuaikan dengan budaya Indonesia walau masih terasa terlalu dipaksakan. Kelucuan Aming memang "kena" tapi terkadang over-the-top di beberapa scene. Fahrani tampil mengesankan dengan gestur dan mimik yang meyakinkan. Keduanya boleh dibilang cukup baik dalam berbagi chemistry. Selebihnya? Plot cerita cenderung klise dan terasa dipermudah logikanya demi tujuan hiburan belaka. Namun rasanya semua usaha tersebut "cukup" untuk menghibur anda untuk sekadar melepaskan beban pikiran. Hanya saja jangan terlalu tinggi berharap terutama bagi anda yang pernah menonton film Korea yang saya sebutkan di atas.
Durasi:
90 menit
Overall:
7 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Kamis, 15 Oktober 2009
NAZAR : Sembarangan Ucap Berbuntut Kesialan
Cerita:
Tiga sekawan, Cindy, Rani dan Dhea seringkali melewatkan masa susah-senang bersama termasuk saat menghindari razia sepulangnya mereka dari diskotik. Sampai pada suatu ketika, Cindy yang kerap berkata sembarangan mengucapkan nazar untuk menikahi Jajat, tukang ketoprak keliling jika ia memenangkan hadiah utama dari produk botol minuman yang ia beli. Hal tersebut ternyata menjadi kenyataan ketika Cindy mendapatkan sebuah mobil Honda Jazz merah. Lupa pada perkataannya semula, Cindy justru mulai dihantui mimpi buruk dan nasib sial yang menimpanya sepanjang waktu. Bertekad mengakhiri semuanya, Cindy bersama dua sahabatnya nekad menyambangi kampung Jajat yang sudah akan menikahi Euis, gadis desa di tanah kelahirannya.
Gambar:
Betul-betul standar televisi perihal standar kualitas gambar yang ditampilkan. Seringkali scene cepat terasa dipaksakan bergulir satu persatu.
Act:
Pertama kali tampil memikat dalam Dealova tidak lantas melecutkan Jessica Iskandar. Nazar adalah film pertamanya setelah itu yang memasang namanya sebagai bintang utama yaitu Cindy, gadis muda yang sembrono dan tidak pernah bersungguh-sungguh dengan ucapannya.
Dua sahabat Cindy, Rani dan Dhea diperankan oleh Renata Kusmanto dan Adelia Rasya.
Didukung pula oleh Ben Joshua dan Ytonk Club 80's yang bermain sebagai Jajat, tukang ketoprak culun bertompel di dagu.
Sutradara:
Sofyan D. Souza yang tahun lalu cukup sukses dengan versi layar lebar Suami-Suami Takut Istri kali ini kembali menggarap komedi ringan dengan tujuan bisa kembali dinikmati banyak orang.
Comment:
Nazar terasa sangat kedodoran di berbagai aspek utama yaitu akting yang berlebihan dari para karakter utama terutama suara cempreng Jessica yang terkadang mengganggu. Belum lagi gaya penjabaran komedi yang over the top, jauh di luar lensa yang sudah disediakan. Sang sutradara mungkin lupa bahwa ini bukanlah salah satu episode SSTI walaupun si Tigor sempat muncul sebentar. Plot ceritapun terkesan menggampangkan logika dan dipaksakan bergulir begitu saja. Namun film ini tidaklah seburuk itu karena dari sisi hiburan, masih cukup dapat dipertanggungjawabkan meski mungkin oleh sebagian orang. Masih bermimpi untuk menembus angka 2 juta penonton? Nanti dulu..
Durasi:
85 menit
Overall:
6 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Tiga sekawan, Cindy, Rani dan Dhea seringkali melewatkan masa susah-senang bersama termasuk saat menghindari razia sepulangnya mereka dari diskotik. Sampai pada suatu ketika, Cindy yang kerap berkata sembarangan mengucapkan nazar untuk menikahi Jajat, tukang ketoprak keliling jika ia memenangkan hadiah utama dari produk botol minuman yang ia beli. Hal tersebut ternyata menjadi kenyataan ketika Cindy mendapatkan sebuah mobil Honda Jazz merah. Lupa pada perkataannya semula, Cindy justru mulai dihantui mimpi buruk dan nasib sial yang menimpanya sepanjang waktu. Bertekad mengakhiri semuanya, Cindy bersama dua sahabatnya nekad menyambangi kampung Jajat yang sudah akan menikahi Euis, gadis desa di tanah kelahirannya.
Gambar:
Betul-betul standar televisi perihal standar kualitas gambar yang ditampilkan. Seringkali scene cepat terasa dipaksakan bergulir satu persatu.
Act:
Pertama kali tampil memikat dalam Dealova tidak lantas melecutkan Jessica Iskandar. Nazar adalah film pertamanya setelah itu yang memasang namanya sebagai bintang utama yaitu Cindy, gadis muda yang sembrono dan tidak pernah bersungguh-sungguh dengan ucapannya.
Dua sahabat Cindy, Rani dan Dhea diperankan oleh Renata Kusmanto dan Adelia Rasya.
Didukung pula oleh Ben Joshua dan Ytonk Club 80's yang bermain sebagai Jajat, tukang ketoprak culun bertompel di dagu.
Sutradara:
Sofyan D. Souza yang tahun lalu cukup sukses dengan versi layar lebar Suami-Suami Takut Istri kali ini kembali menggarap komedi ringan dengan tujuan bisa kembali dinikmati banyak orang.
Comment:
Nazar terasa sangat kedodoran di berbagai aspek utama yaitu akting yang berlebihan dari para karakter utama terutama suara cempreng Jessica yang terkadang mengganggu. Belum lagi gaya penjabaran komedi yang over the top, jauh di luar lensa yang sudah disediakan. Sang sutradara mungkin lupa bahwa ini bukanlah salah satu episode SSTI walaupun si Tigor sempat muncul sebentar. Plot ceritapun terkesan menggampangkan logika dan dipaksakan bergulir begitu saja. Namun film ini tidaklah seburuk itu karena dari sisi hiburan, masih cukup dapat dipertanggungjawabkan meski mungkin oleh sebagian orang. Masih bermimpi untuk menembus angka 2 juta penonton? Nanti dulu..
Durasi:
85 menit
Overall:
6 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Rabu, 14 Oktober 2009
CLOUDY WITH A CHANCE OFMEATBALLS : Penemu Jenius Hujan Makanan
Tagline:
Tim Lockwood-Son, not every sardine was meant to swim.
Young Flint-I don't understand fishing metaphors, dad!
Storyline:
Ketika penemuan terbarunya tanpa sengaja menghancurkan acara pembukaan tempat hiburan kota dan meluncur ke awan, Flint Lockwood berpikir bahwa karirnya telah usai. Kemudian sesuatu terjadi, burger keju mulai turun dari langit. Mesinnya bekerja! Namun ketika mesin tersebut mulai bekerja secara berlebihan, maka semuanya tergantung pada Flint dan Sam Sparks si peramal cuaca untuk mencari cara menghentikan kekacauan ini.
Nice-to-know:
Pertama kali film Columbia Pictures/Sony Pictures Animation memiliki sekuens logo yang berbeda. Saat logo Columbia Pictures muncul, sebuah pisang menerjang wanita obor dan menggantikan imejnya. Sedangkan pada logo Sony Pictures Animation, awan gelap membuka akhir dari logo tersebut.
Voice:
Bill Hader sebagai Flint Lockwood
Anna Faris sebagai Sam Sparks
James Caan sebagai Tim Lockwood
Andy Samberg sebagai Baby Brent
Bruce Campbell sebagai Walikota Shelbourne
Director:
Merupakan debut animasi sekaligus layar lebar pertama bagi Phil Lord dan Chris Miller yang sebelumnya berkolaborasi dalam 13 episode serial televisi remaja, Clone High.
Comment:
Terinspirasi dari buku anak-anak berjudul sama karya Ron dan Jud Barrett yang meskipun tidak pernah saya dengar tetapi kabarnya animasi ini diterjemahkan dengan seimbang dari apa yang tersaji lewat tulisan. Gaya berceritanya mungkin tidak sebaik animasi PIXAR. Nyatanya plot yang dihadirkan termasuk original dan mengalir dengan lancar. Dialog-dialognya pendek dan simpel tetapi mengenai sasaran. Karakter Flint yang cerdas ceroboh pesimistis dan Sam yang kutu buku mandiri tidak percaya diri divisualisasikan dengan pas, dan keduanya menciptakan chemistry yang menarik terutama di dalam "rumah" Jell-O. Hampir semua lelucon yang dihadirkan juga terkesan wajar dan pintar sehingga mampu membuat penonton tertawa lepas. Pesan moralnya juga tersampaikan dengan baik. Jika anda menyaksikannya dalam format 3D, benda-benda lezat tersebut akan mengambang dengan menggiurkan. Membuat lapar? Bisa jadi. Yang pasti siapkan selera makan anda untuk dilayani lewat Cloudy With A Chance Of Meatballs yang dapat dinikmati anak-anak maupun orang dewasa ini. Dijamin anda akan melihat hal-hal yang belum pernah ada dalam sebuah animasi yang diputar di gedung bioskop!
Durasi:
90 menit
U.S. Box Office:
$124,870,275 till end of Jan 2010
Overall:
8 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Tim Lockwood-Son, not every sardine was meant to swim.
Young Flint-I don't understand fishing metaphors, dad!
Storyline:
Ketika penemuan terbarunya tanpa sengaja menghancurkan acara pembukaan tempat hiburan kota dan meluncur ke awan, Flint Lockwood berpikir bahwa karirnya telah usai. Kemudian sesuatu terjadi, burger keju mulai turun dari langit. Mesinnya bekerja! Namun ketika mesin tersebut mulai bekerja secara berlebihan, maka semuanya tergantung pada Flint dan Sam Sparks si peramal cuaca untuk mencari cara menghentikan kekacauan ini.
Nice-to-know:
Pertama kali film Columbia Pictures/Sony Pictures Animation memiliki sekuens logo yang berbeda. Saat logo Columbia Pictures muncul, sebuah pisang menerjang wanita obor dan menggantikan imejnya. Sedangkan pada logo Sony Pictures Animation, awan gelap membuka akhir dari logo tersebut.
Voice:
Bill Hader sebagai Flint Lockwood
Anna Faris sebagai Sam Sparks
James Caan sebagai Tim Lockwood
Andy Samberg sebagai Baby Brent
Bruce Campbell sebagai Walikota Shelbourne
Director:
Merupakan debut animasi sekaligus layar lebar pertama bagi Phil Lord dan Chris Miller yang sebelumnya berkolaborasi dalam 13 episode serial televisi remaja, Clone High.
Comment:
Terinspirasi dari buku anak-anak berjudul sama karya Ron dan Jud Barrett yang meskipun tidak pernah saya dengar tetapi kabarnya animasi ini diterjemahkan dengan seimbang dari apa yang tersaji lewat tulisan. Gaya berceritanya mungkin tidak sebaik animasi PIXAR. Nyatanya plot yang dihadirkan termasuk original dan mengalir dengan lancar. Dialog-dialognya pendek dan simpel tetapi mengenai sasaran. Karakter Flint yang cerdas ceroboh pesimistis dan Sam yang kutu buku mandiri tidak percaya diri divisualisasikan dengan pas, dan keduanya menciptakan chemistry yang menarik terutama di dalam "rumah" Jell-O. Hampir semua lelucon yang dihadirkan juga terkesan wajar dan pintar sehingga mampu membuat penonton tertawa lepas. Pesan moralnya juga tersampaikan dengan baik. Jika anda menyaksikannya dalam format 3D, benda-benda lezat tersebut akan mengambang dengan menggiurkan. Membuat lapar? Bisa jadi. Yang pasti siapkan selera makan anda untuk dilayani lewat Cloudy With A Chance Of Meatballs yang dapat dinikmati anak-anak maupun orang dewasa ini. Dijamin anda akan melihat hal-hal yang belum pernah ada dalam sebuah animasi yang diputar di gedung bioskop!
Durasi:
90 menit
U.S. Box Office:
$124,870,275 till end of Jan 2010
Overall:
8 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Selasa, 13 Oktober 2009
RACHEL GETTING MARRIED : Kembalinya Saudari Bermasalah Menjelang Pernikahan
Quotes:
Rachel-Kym, you took Ethan for granted. Okay? You were high for his life. You were not present. Okay? You were high.
Kym-[Whispering] Yes.
Rachel-And you drove him off a bridge... and now he's dead.
Paul-[Tearfully] Rachel, it was an accident.
Kym-Yes, I was. Yes, I was stoned out of my mind. Who do I have to be now? I mean, I could be Mother Teresa and it wouldn't make a difference, what I did. Did I sacrifice every bit of... love I'm allowed for this life because I killed our little brother?
Cerita:
Kym dibebaskan dari rehab selama beberapa hari untuk menghadiri pesta pernikahan adiknya, Rachel dan calon suaminya, Sidney. Lingkungan keluarga selalu menjadi suatu tantangan bagi pecandu yang sedang menjalani masa pengobatan. Ketegangan pun terjadi antara Kym dan Rachel serta Kym dan ibunya, Carol hanya karena beberapa hal kecil. Semua itu juga dipicu oleh kejadian masa lalu dimana Kym pernah mencelakakan adik laki-lakinya, Ethan saat sedang mabuk mengendarai mobil. Berdamai nampaknya sebuah usaha yang cukup sulit bagi Kym dengan keluarga dan orang-orang terdekatnya..
Gambar:
Full setting di Connecticut, film ini berhasil mendeskripsikan gambaran keluarga Amerika yang penuh dinamika. Beberapa seremoni pernikahan disini juga cukup unik dan memberikan ide-ide segar.
Act:
Bermain tiga film dalam tahun 2008 selain Get Smart dan Passengers, Anne Hathaway justru dinominasikan untuk Aktris Terbaik Oscar 2009 lewat peran Kym, wanita muda yang bermasalah dengan obat-obatan dan emosionalnya.
Pernah mendukung Russell Crowe dalam Cinderella Man (2005), Rosemarie DeWitt bermain sebagai Rachel yang tengah mempersiapkan pesta pernikahannya tapi harus menghadapi saudari masa lalunya yang bermasalah.
Tunde Adebimpe sebagai Sidney, calon suami Rachel.
Sutradara:
Pernah memenangkan Piala Oscar kategori Sutradara Terbaik dalam The Silence Of The Lambs (1992), Jonathan Demme kali ini berusaha mengetengahkan drama keluarga yang penuh konflik dan dibintangi banyak aktor-aktris yang menjanjikan.
Comment:
Ceritanya hanyalah sebuah pernikahan yang dihadiri seluruh anggota keluarga. Kelihatan sebagai drama keluarga biasa bukan? Tetapi konflik yang perlahan-lahan dibangun sejak awal semakin rumit memasuki pertengahan film. Bagaimana seorang wanita muda yang bermasalah hidupnya dan memiliki tekanan batin masa lalu bisa mempengaruhi pernikahan dan hubungannya dengan seluruh anggota keluarga yang lain. Dua jempol untuk Hathaway yang tampil brilian dengan sorot mata, mimik dan penjiwaan yang kuat. Namun tampaknya itulah salah satu nilai jual film ini. Penggarapan Demme sebenarnya cemerlang tetapi gaya yang digunakannya tidak biasa seperti editing yang aneh, banyaknya scene panjang serta kamera tangan yang cukup mengganggu. Ketiga hal tersebut rasanya sudah bisa membuat penonton sakit kepala untuk tetap bertahan di kursi masing-masing walaupun plot ceritanya sesungguhnya potensial. Tapi sekali lagi, Hathaway lah yang menyelamatkan film ini untuk mampu membawa Rachel Getting Married berbicara di panggung festival film manapun.
Durasi:
110 menit
U.S. Box Office:
$12,796,277 till April 2009
Overall:
6.5 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Rachel-Kym, you took Ethan for granted. Okay? You were high for his life. You were not present. Okay? You were high.
Kym-[Whispering] Yes.
Rachel-And you drove him off a bridge... and now he's dead.
Paul-[Tearfully] Rachel, it was an accident.
Kym-Yes, I was. Yes, I was stoned out of my mind. Who do I have to be now? I mean, I could be Mother Teresa and it wouldn't make a difference, what I did. Did I sacrifice every bit of... love I'm allowed for this life because I killed our little brother?
Cerita:
Kym dibebaskan dari rehab selama beberapa hari untuk menghadiri pesta pernikahan adiknya, Rachel dan calon suaminya, Sidney. Lingkungan keluarga selalu menjadi suatu tantangan bagi pecandu yang sedang menjalani masa pengobatan. Ketegangan pun terjadi antara Kym dan Rachel serta Kym dan ibunya, Carol hanya karena beberapa hal kecil. Semua itu juga dipicu oleh kejadian masa lalu dimana Kym pernah mencelakakan adik laki-lakinya, Ethan saat sedang mabuk mengendarai mobil. Berdamai nampaknya sebuah usaha yang cukup sulit bagi Kym dengan keluarga dan orang-orang terdekatnya..
Gambar:
Full setting di Connecticut, film ini berhasil mendeskripsikan gambaran keluarga Amerika yang penuh dinamika. Beberapa seremoni pernikahan disini juga cukup unik dan memberikan ide-ide segar.
Act:
Bermain tiga film dalam tahun 2008 selain Get Smart dan Passengers, Anne Hathaway justru dinominasikan untuk Aktris Terbaik Oscar 2009 lewat peran Kym, wanita muda yang bermasalah dengan obat-obatan dan emosionalnya.
Pernah mendukung Russell Crowe dalam Cinderella Man (2005), Rosemarie DeWitt bermain sebagai Rachel yang tengah mempersiapkan pesta pernikahannya tapi harus menghadapi saudari masa lalunya yang bermasalah.
Tunde Adebimpe sebagai Sidney, calon suami Rachel.
Sutradara:
Pernah memenangkan Piala Oscar kategori Sutradara Terbaik dalam The Silence Of The Lambs (1992), Jonathan Demme kali ini berusaha mengetengahkan drama keluarga yang penuh konflik dan dibintangi banyak aktor-aktris yang menjanjikan.
Comment:
Ceritanya hanyalah sebuah pernikahan yang dihadiri seluruh anggota keluarga. Kelihatan sebagai drama keluarga biasa bukan? Tetapi konflik yang perlahan-lahan dibangun sejak awal semakin rumit memasuki pertengahan film. Bagaimana seorang wanita muda yang bermasalah hidupnya dan memiliki tekanan batin masa lalu bisa mempengaruhi pernikahan dan hubungannya dengan seluruh anggota keluarga yang lain. Dua jempol untuk Hathaway yang tampil brilian dengan sorot mata, mimik dan penjiwaan yang kuat. Namun tampaknya itulah salah satu nilai jual film ini. Penggarapan Demme sebenarnya cemerlang tetapi gaya yang digunakannya tidak biasa seperti editing yang aneh, banyaknya scene panjang serta kamera tangan yang cukup mengganggu. Ketiga hal tersebut rasanya sudah bisa membuat penonton sakit kepala untuk tetap bertahan di kursi masing-masing walaupun plot ceritanya sesungguhnya potensial. Tapi sekali lagi, Hathaway lah yang menyelamatkan film ini untuk mampu membawa Rachel Getting Married berbicara di panggung festival film manapun.
Durasi:
110 menit
U.S. Box Office:
$12,796,277 till April 2009
Overall:
6.5 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Senin, 12 Oktober 2009
A SLIT-MOUTHED WOMAN : Arwah Wanita Gila Penculik Anak
Cerita:
Legenda hantu wanita bermulut sobek dan berjubah panjang membawa gunting panjang telah bertahan selama lebih dari 30 tahun. Hingga pada suatu ketika, hantu tersebut muncul kembali dan menculik anak-anak yang ditinggalkan oleh orangtua mereka. Guru baru Yamashita dan guru senior Matsuzaki berusaha mengungkap misteri tersebut dengan menelusuri asal-usul hantu wanita itu sekaligus menyelamatkan murid-murid mereka.
Gambar:
Tidak jauh beda dengan horor Jepang lain, suasana sunyi mencekam indoor diciptakan dengan baik. Ditambah dengan make-up hantu yang cukup menyeramkan.
Act:
Eriko Sato sebagai Yamashita
Haruhiko Kato sebagai Matsuzaki
Sutradara:
Film layar lebar keempat bagi Koji Shiraishi.
Comment:
Sebetulnya bukan sebuah film yang buruk, hanya saja sulit dinikmati karena mengabaikan logika dan intelegensia penonton. Suatu hal yang sangat fatal! Plot awalnya memang menjadikan dan cukup orisinil hanya saja unsur-unsur pendukungnya tidak cukup kuat. Walaupun demikian, elemen horornya tetap membangun terutama saat kemunculan hantu wanita dan kengerian anak-anak yang diculik, jangan lupakan juga beberapa adegan berdarah yang cukup membuat ngilu. Satu hal lagi yang mungkin membuat penonton wanita terganggu adalah seakan-akan tokoh wanita di film ini sangat tidak berperasaan baik manusia maupun hantunya. Setidaknya seorang ibu ataupun guru yang normal akan sekuat tenaga menyelamatkan anak-anak tidak berdosa dari mara bahaya yang mengancam, tapi sayangnya tidak dalam film ini. Ohya, hal klise juga sangat terasa disini yaitu saat kemunculan hantu wanita yang tidak bisa mati tapi berusaha dibunuh berkali-kali teramat sangat tidak penting.
Durasi:
90 menit
Overall:
6 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Legenda hantu wanita bermulut sobek dan berjubah panjang membawa gunting panjang telah bertahan selama lebih dari 30 tahun. Hingga pada suatu ketika, hantu tersebut muncul kembali dan menculik anak-anak yang ditinggalkan oleh orangtua mereka. Guru baru Yamashita dan guru senior Matsuzaki berusaha mengungkap misteri tersebut dengan menelusuri asal-usul hantu wanita itu sekaligus menyelamatkan murid-murid mereka.
Gambar:
Tidak jauh beda dengan horor Jepang lain, suasana sunyi mencekam indoor diciptakan dengan baik. Ditambah dengan make-up hantu yang cukup menyeramkan.
Act:
Eriko Sato sebagai Yamashita
Haruhiko Kato sebagai Matsuzaki
Sutradara:
Film layar lebar keempat bagi Koji Shiraishi.
Comment:
Sebetulnya bukan sebuah film yang buruk, hanya saja sulit dinikmati karena mengabaikan logika dan intelegensia penonton. Suatu hal yang sangat fatal! Plot awalnya memang menjadikan dan cukup orisinil hanya saja unsur-unsur pendukungnya tidak cukup kuat. Walaupun demikian, elemen horornya tetap membangun terutama saat kemunculan hantu wanita dan kengerian anak-anak yang diculik, jangan lupakan juga beberapa adegan berdarah yang cukup membuat ngilu. Satu hal lagi yang mungkin membuat penonton wanita terganggu adalah seakan-akan tokoh wanita di film ini sangat tidak berperasaan baik manusia maupun hantunya. Setidaknya seorang ibu ataupun guru yang normal akan sekuat tenaga menyelamatkan anak-anak tidak berdosa dari mara bahaya yang mengancam, tapi sayangnya tidak dalam film ini. Ohya, hal klise juga sangat terasa disini yaitu saat kemunculan hantu wanita yang tidak bisa mati tapi berusaha dibunuh berkali-kali teramat sangat tidak penting.
Durasi:
90 menit
Overall:
6 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Minggu, 11 Oktober 2009
WHITEOUT : Kasus Misterius Di Tengah Badai Salju Antartika
Tagline:
See Your Last Breath.
Storyline:
Tiga hari menjelang kepulangan mereka di musim dingin sebelum badai salju yang dikenal dengan sebutan Whiteout, Marshall Carrie Stetko dan tim harus dihadapkan pada penemuan mayat membeku di sebuah pangkalan Amerika di Kutub Selatan. Kejadian itu membawa Carrie dan pilot Delfy melakukan penyelidikan intensif meskipun Carrie pernah menderita trauma masa lalu di Miami. DI luar dugaan saat mengunjungi Vostok, Carrie diserang sesosok tidak dikenal dengan sebuah kapak es. Belakangan terungkap bahwa kasus tersebut berhubungan dengan jatuhnya pesawat Rusia 50 tahun lalu. Dibantu detektif FBI, Robert Pryce, Carrie harus menemukan penyerangnya sekaligus mencaritahu siapa dalang yang sesungguhnya.
Nice-to-know:
Film ini awalnya dikembangkan pada tahun 2002 dengan Reese Witherspoon sebagai bintang utama. Namun baru terealisasi di tahun 2007, itupun Warner Bros menunda penayangannya hingga 2 tahun ke depan.
Cast:
Memulai akting di usia 20 tahun lewat Much Ado About Nothing (1993), Kate Beckinsale kali ini bermain sebagai marshall Carrie Stetko yang menyalahkan diri sendiri atas kesalahan masa lalunya.
Ketiga karakter utama pria yaitu Robert Pryce, Dr. John Fury, Russell Haden diperankan masing-masing oleh Gabriel Macht, Tom Skerritt dan aktor Australia, Alex O'Loughlin.
Director:
Debut berartinya dimulai lewat Kalifornia (2003), Dominic Sena bisa dibilang tidak terlalu aktif menggarap fllm. Whiteout adalah film layar lebar keempatnya sejauh ini.
Comment:
Melihat jajaran produser dan sutradara serta tema yang diangkat, rasanya penonton akan berharap lebih pada film ini. Hasilnya, sebagian besar akan kecewa karena penggarapannya boleh dibilang terlalu sederhana dengan alur yang datar-datar saja! Namun anda yang tidak terlalu berharap banyak seperti saya, niscaya bisa menikmatinya. Beckinsale bermain sedikit di atas rata-rata walau adegan mandinya selama beberapa menit sebagai pembuka film rasanya tidak penting. Aktor-aktor disini rasanya tidak banyak mendapat kapasitas untuk mampu memperlihatkan sesuatu. Sayang sekali karena Sena sang sutradara biasanya terampil menggarap film aksi. Adegan flashback yang diulang-ulang sampai 3 kali rasanya cukup mengganggu. Yah nilai jual film ini adalah Antartika. Kondisi sulit badai salju dengan suhu minus puluhan derajat bisa jadi tidak pernah terbayangkan bagi anda yang belum pernah mengalaminya. Dan semua rintangan itu diproyeksikan dengan baik terutama adegan di udara terbuka. Whiteout adalah sebuah action thriller yang lumayan saja, mudah ditebak arahnya dengan sedikit kekerasan dan kesadisan yang pas porsinya.
Durasi:
95 menit
U.S. Box Office:
$10,275,638 till Dec 2010.
Overall:
6.5 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
See Your Last Breath.
Storyline:
Tiga hari menjelang kepulangan mereka di musim dingin sebelum badai salju yang dikenal dengan sebutan Whiteout, Marshall Carrie Stetko dan tim harus dihadapkan pada penemuan mayat membeku di sebuah pangkalan Amerika di Kutub Selatan. Kejadian itu membawa Carrie dan pilot Delfy melakukan penyelidikan intensif meskipun Carrie pernah menderita trauma masa lalu di Miami. DI luar dugaan saat mengunjungi Vostok, Carrie diserang sesosok tidak dikenal dengan sebuah kapak es. Belakangan terungkap bahwa kasus tersebut berhubungan dengan jatuhnya pesawat Rusia 50 tahun lalu. Dibantu detektif FBI, Robert Pryce, Carrie harus menemukan penyerangnya sekaligus mencaritahu siapa dalang yang sesungguhnya.
Nice-to-know:
Film ini awalnya dikembangkan pada tahun 2002 dengan Reese Witherspoon sebagai bintang utama. Namun baru terealisasi di tahun 2007, itupun Warner Bros menunda penayangannya hingga 2 tahun ke depan.
Cast:
Memulai akting di usia 20 tahun lewat Much Ado About Nothing (1993), Kate Beckinsale kali ini bermain sebagai marshall Carrie Stetko yang menyalahkan diri sendiri atas kesalahan masa lalunya.
Ketiga karakter utama pria yaitu Robert Pryce, Dr. John Fury, Russell Haden diperankan masing-masing oleh Gabriel Macht, Tom Skerritt dan aktor Australia, Alex O'Loughlin.
Director:
Debut berartinya dimulai lewat Kalifornia (2003), Dominic Sena bisa dibilang tidak terlalu aktif menggarap fllm. Whiteout adalah film layar lebar keempatnya sejauh ini.
Comment:
Melihat jajaran produser dan sutradara serta tema yang diangkat, rasanya penonton akan berharap lebih pada film ini. Hasilnya, sebagian besar akan kecewa karena penggarapannya boleh dibilang terlalu sederhana dengan alur yang datar-datar saja! Namun anda yang tidak terlalu berharap banyak seperti saya, niscaya bisa menikmatinya. Beckinsale bermain sedikit di atas rata-rata walau adegan mandinya selama beberapa menit sebagai pembuka film rasanya tidak penting. Aktor-aktor disini rasanya tidak banyak mendapat kapasitas untuk mampu memperlihatkan sesuatu. Sayang sekali karena Sena sang sutradara biasanya terampil menggarap film aksi. Adegan flashback yang diulang-ulang sampai 3 kali rasanya cukup mengganggu. Yah nilai jual film ini adalah Antartika. Kondisi sulit badai salju dengan suhu minus puluhan derajat bisa jadi tidak pernah terbayangkan bagi anda yang belum pernah mengalaminya. Dan semua rintangan itu diproyeksikan dengan baik terutama adegan di udara terbuka. Whiteout adalah sebuah action thriller yang lumayan saja, mudah ditebak arahnya dengan sedikit kekerasan dan kesadisan yang pas porsinya.
Durasi:
95 menit
U.S. Box Office:
$10,275,638 till Dec 2010.
Overall:
6.5 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
Sabtu, 10 Oktober 2009
SURROGATES : Konflik Robot Pengganti Manusia di Masa Depan
Quotes:
Male Newscaster-Still no official word on when, or if, surrogate services can be restored. It appears, at least for now... that we are on our own.
Cerita:
Di masa mendatang, orang hidup aman di dalam rumah masing-masing, segala aktifitas yang mereka lakukan digantikan oleh robot pengganti yang berpenampilan serba wah tanpa ada batasan apapun. Sebuah dunia yang boleh dikatakan bebas dari rasa sakit, kejahatan, ketakutan dan resiko yang hampir tidak ada. Semua mulai berubah saat sebuah pembunuhan terjadi setelah bertahun-tahun diselimuti kedamaian. Hal tersebut menjadi tugas agen FBI, Greer yang kemudian menemukan konspirasi di balik fenomena robot pengganti sekaligus memecahkan misteri dengan dirinya sendiri yang bertindak langsung.
Gambar:
Full setting di Massachusettes, konsep futuristik masa depan yang diwakili robot berpenampilan manusia rupawan turut membangun cerita.
Act:
Film layar lebar pertama yang memasang namanya dalam credit title adalah Blind Date (1987). Namun Bruce Willis kini tetap menjadi aktor papan atas Hollywood walau agak jarang bermain film. Sebagai Tom Greer, agen FBI yang bertugas melacak misteri pembunuhan, Willis tampil seperti biasanya.
Mulai terangkat saat membintangi Phone Booth (2002), Radha Mitchell bermain sebagai Peters, robot pengganti yang cantik sekaligus tangguh.
Pernah bermain antagonis dalam franchise James Bond yakni Die Another Day (2002), Rosamund Pike kebagian peran robot pengganti Maggie yang juga istri dari Tom.
Sutradara:
Pernah mensukseskan Terminator 3 : Rise of the Machines (2003), Jonathan Mostow kali ini kembali menangani film aksi futuristik yang juga mengandalkan bintang gaek.
Comment:
Sedikit banyak mengingatkan pada I, Robot ataupun Eagle Eye tapi dalam sisi yang lebih humanis. Ide cerita sebetulnya kreatif dan sangat potensial jika dapat dikembangkan dengan cerdas, tetapi pada akhirnya hanyalah sebuah fiksi yang menarik tanpa kedalaman makna yang berarti. Screenplay dan gaya penyutradaraan sudah cukup baik. Beberapa adegan aksinya juga cukup mencengangkan. Kekurangan yang paling mencolok adalah plot cerita yang seakan terburu-buru disajikan kepada penonton dan dipaksa mengikuti saja. Belum lagi editing yang terlampau banyak disana-sini. Endingnya sedikit idealis dan dipaksakan dramatis walau masih bisa diterima. Pada akhirnya, Surrogates hanyalah pengekor dari beberapa film sejenis yang sudah ada, bahkan tidak sebaik pendahulunya. Di luar itu, film ini masih cukup layak tonton dan menyenangkan bagi mereka yang mencari aksi hiburan belaka.
Durasi:
85 menit
U.S. Box Office:
$26,284,134 till early Oct 2009
Overall:
7 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Male Newscaster-Still no official word on when, or if, surrogate services can be restored. It appears, at least for now... that we are on our own.
Cerita:
Di masa mendatang, orang hidup aman di dalam rumah masing-masing, segala aktifitas yang mereka lakukan digantikan oleh robot pengganti yang berpenampilan serba wah tanpa ada batasan apapun. Sebuah dunia yang boleh dikatakan bebas dari rasa sakit, kejahatan, ketakutan dan resiko yang hampir tidak ada. Semua mulai berubah saat sebuah pembunuhan terjadi setelah bertahun-tahun diselimuti kedamaian. Hal tersebut menjadi tugas agen FBI, Greer yang kemudian menemukan konspirasi di balik fenomena robot pengganti sekaligus memecahkan misteri dengan dirinya sendiri yang bertindak langsung.
Gambar:
Full setting di Massachusettes, konsep futuristik masa depan yang diwakili robot berpenampilan manusia rupawan turut membangun cerita.
Act:
Film layar lebar pertama yang memasang namanya dalam credit title adalah Blind Date (1987). Namun Bruce Willis kini tetap menjadi aktor papan atas Hollywood walau agak jarang bermain film. Sebagai Tom Greer, agen FBI yang bertugas melacak misteri pembunuhan, Willis tampil seperti biasanya.
Mulai terangkat saat membintangi Phone Booth (2002), Radha Mitchell bermain sebagai Peters, robot pengganti yang cantik sekaligus tangguh.
Pernah bermain antagonis dalam franchise James Bond yakni Die Another Day (2002), Rosamund Pike kebagian peran robot pengganti Maggie yang juga istri dari Tom.
Sutradara:
Pernah mensukseskan Terminator 3 : Rise of the Machines (2003), Jonathan Mostow kali ini kembali menangani film aksi futuristik yang juga mengandalkan bintang gaek.
Comment:
Sedikit banyak mengingatkan pada I, Robot ataupun Eagle Eye tapi dalam sisi yang lebih humanis. Ide cerita sebetulnya kreatif dan sangat potensial jika dapat dikembangkan dengan cerdas, tetapi pada akhirnya hanyalah sebuah fiksi yang menarik tanpa kedalaman makna yang berarti. Screenplay dan gaya penyutradaraan sudah cukup baik. Beberapa adegan aksinya juga cukup mencengangkan. Kekurangan yang paling mencolok adalah plot cerita yang seakan terburu-buru disajikan kepada penonton dan dipaksa mengikuti saja. Belum lagi editing yang terlampau banyak disana-sini. Endingnya sedikit idealis dan dipaksakan dramatis walau masih bisa diterima. Pada akhirnya, Surrogates hanyalah pengekor dari beberapa film sejenis yang sudah ada, bahkan tidak sebaik pendahulunya. Di luar itu, film ini masih cukup layak tonton dan menyenangkan bagi mereka yang mencari aksi hiburan belaka.
Durasi:
85 menit
U.S. Box Office:
$26,284,134 till early Oct 2009
Overall:
7 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!