Selasa, 12 Mei 2015

PIKU : Motion Through Emotion Couldn’t Get Any Better

Quote:
Piku: You know he’s dependant on me. So if anyone wants to marry me..
Rana: He’ll have to adopt your 90 year old kid?
Piku: Of course.. So will you?
Rana: I am not mad.

Nice-to-know:
Film favorit Deepika Padukone setelah Om Shanti Om (2007).

Cast:
Amitabh Bachchan sebagai Bashkor Banerjee
Deepika Padukone sebagai Piku
Irrfan Khan sebagai Rana
Moushumi Chatterjee sebagai Chaubi
Raghuvir Yadav sebagai Dr. Srivastava
Jishu Sengupta sebagai Syed Afroz
Aniruddha Roy Chowdhury
Akshay Oberoi 

Director:
Merupakan film keempat bagi Shoojit Sircar setelah Madras Cafe (2013).

W For Words:
Jika seorang produser kenamaan bertangan dingin Bollywood, Karan Johar memuji film ini setinggi langit maka anda bisa jadi penasaran. Faktor tiga mega bintang yang tampil bersama untuk pertama kalinya jelas tidak boleh dilewatkan begitu saja. Siapa yang tidak mengenal nama Amitabh Bachchan, Deepika Padukone dan Irrfan Khan yang masing-masing memiliki filmografi mentereng dengan berbagai penghargaan internasional. Publik Indonesia demikian beruntung bisa menyaksikannya lewat jaringan bioskop Blitzmegaplex mulai awal Mei ini.

Piku adalah wanita karir yang mandiri di kota metropolitan. Kesibukan di kantor bersama Syed yang kerap mencarikan jodoh tidak lantas melupakan baktinya terhadap orangtua. Sejak ditinggal mati istrinya, Baba memiliki masalah sembelit yang membuatnya selalu waswas akan penyakit yang mungkin menghinggapinya. Sementara itu pria pemilik jasa transportasi, Rana tanpa sengaja masuk ke dalam hubungan unik ayah dan putri tersebut saat mereka harus berkendara bersama menuju Kolkata yang ditempuh dalam waktu puluhan jam.
















Skrip yang ditulis oleh Chaturvedi ini merupakan refleksi nyata kehidupan mereka yang hidup satu atap dengan orangtua yang mulai menua. Bagaimana kepentingan pribadi yang kian menumpuk harus tetap berjalan bersisian dengan kepentingan keluarga yang sedianya lebih mendesak. Status lajang yang tak ayal menjadi sorotan di lingkungan masyarakat sosial. Tak jarang stress hadir yang berujung dengan makian atau keluh kesah. Oleh karena itu anda bisa langsung mengidentifikasi problema yang dihadapi oleh karakter Piku karena begitu dekat dengan keseharian.

Sutradara Shoojit yang sudah saya favoritkan semenjak Vicky Donor (2012) begitu terampil merangkai sebuah cerita sederhana yang nyaris tidak menyisakan kejutan apa-apa. Ia membuktikan bahwa suatu hiburan yang berisi tidak harus lari dari kenyataan ataupun melupakan realita barang sejenak. Bahkan potensi romansa drama antara Deepika dan Irffan juga tersaji dalam porsi ala kadarnya tapi tetap tersirat lewat pertukaran dialog yang brilian. Elemen komedi yang muncul kerap terjadi dengan sendirinya tanpa sugesti berlebihan. Pilihan shot yang seperti tidak memihak eksterior selain close-up pada setiap karakternya justru menekankan rasa intim sekaligus menjaga ikatan terhadap penonton.














Amitabh seperti yang diharapkan tampil brilian sebagai pria tua Bengali yang cerewet dan keras kepala tapi tetap berkharisma tinggi. Meski kebagian dialog yang minim, Irrfan tetap menunjukkan kelasnya melalui gestur dan ekspresi yang lebih 'berbicara'. Lihat bagaimana interaksi keduanya yang 'ajaib' tapi sukses menghadirkan senyum di wajah anda. Deepika lagi-lagi memesona di tengah dua 'legenda' dimana nyaris setiap scene yang terjadi lahir dari inisiatif perannya. Kita bisa melihat ketegaran dan kerapuhan Piku secara bersamaan sekaligus menekankan emansipasi wanita pada jaman modern lewat 'multitasking' di segala situasi.

Piku mungkin terasa 'riuh' di beberapa bagian tapi jelas tak pernah kehabisan konflik di sepanjang durasinya. Terlepas dari jawaban-jawaban yang tidak semua tersedia pada epilognya, Piku punya cara sendiri dalam menuturkan tema yang 'berat' melalui wacana ringan yang samasekali tidak menggurui. Sebuah komedi perjalanan dengan konsistensi dan timing yang terukur, sehingga tawa dan air mata haru terus mengiringinya. Honest feed to your emotional needs about family and self-esteem. Trust me that it won't affect your digestive system.

Durasi:
123 menit

Overall:
8.5 out of 10

Movie-meter:

1 komentar:

  1. salam pecinta film.

    permisi, saya mau promosi blog review film juga.

    [ iza-anwar.blogspot.com ]

    mohon tambahkan dalam daftar blogroll Anda dan follow juga blog saya.

    maaf bila review saya masih amatiran dan saya ucapkan terima kasih sebelumnya :).

    BalasHapus