Kamis, 28 November 2013

SAGARMATHA : Crossroad Of Friendship

Tagline:
Two dreams at a cross-road.

Nice-to-know:
Sagarmatha adalah istilah Nepal untuk Puncak Everest.

Cast:
Nadine Chandrawinata sebagai Shila
Ranggani Puspandya sebagai Kirana

Director:
Merupakan feature film debut bagi Emil Heradi setelah beberapa film pendek sebelumnya.

W For Words:
Belakangan ini rasanya filmmaker lokal mulai rajin mengangkat keindahan alam dan aktifitas yang terkait dengannya. Jika beberapa waktu lalu ada 5 CM yang mengambil setting Jawa Timur dimana lima sahabat melakukan pendakian gunung Mahameru, atau Laura dan Marsha yang melancong ke Eropa, maka kali ini Sinema Kelana, Cangkir Kopi dan Add Word Productions berkolaborasi dalam memproduksi film yang berlatar Nepal dengan ‘hanya’ dua aktris utama berinteraksi di sepanjang durasinya. It would be mixed plots from those previous titles i’ve mentioned and kind of interesting to follow.

Bersahabat semenjak kuliah, Shila dan Kirana adalah dua karakter yang berbeda serta memiliki hobi yang berlainan pula yaitu menuls dan fotografi. Kesamaan keduanya adalah senang mengeksplorasi alam hingga sepakat melakukan perjalanan ke Nepal dan berakhir dengan mendaki pegunungan Himalaya. Sepanjang perjalanan, mereka mulai mempertanyakan arti hidup, pertanyaan-pertanyaan seputar cinta, kedewasaan dan harapan sebelum tiba pada satu titik dimana berpisah menjadi pilihan yang sulit terhindarkan

Banyak filmmaker yang memulai karirnya dari film pendek mengalami kesulitan ketika menjalani proses transisi ke film panjang. Tanpa terkecuali Damas Cendekia dan Emil Heradi. Tiga kerjasama mereka sebelumnya lewat Negeri Maling (2008), Fronteira (2009) dan Kita Vs Korupsi (2012) mungkin belum cukup. Saya cukup penasaran skrip Damas pada kesempatan ini terdiri dari berapa scenes karena tidak terasa ‘moving’ baik dari penyajian konflik maupun penyelesaiannya. Konten dialog yang minim pun harus diakui kurang berhasil menyampaikan ‘sesuatu’ kepada penontonnya.

Sedangkan Emil terjebak pada kebimbangan presentasinya, mau dibawa real atau absurd sekalian. Banyak sekali inkonsistensi fakta yang terjadi antara Shila dan Kirana di sepanjang film. Jika saya harus beberkan di sini mungkin akan mengurangi unsur kejutannya. Let viewers find out themselves. Beruntung scoring apik ala Asia Selatan dari Yovial Tripurnomo Virgi bekerja efektif mengiringi adegan demi adegan yang lebih terkesan pamer fotografis tersebut. Selain tentunya inisiatif DOP, Anggi Frisca dalam memotret ‘kumuh’ nya Nepal secara apa adanya.

Pada akhirnya Sagarmatha merupakan panggung akting Nadine dan Ranggani. Keduanya mencoba dan hasilnya tidak begitu buruk mengingat lemahnya karakterisasi dan miskinnya skenario yang tampak terlalu sibuk dalam upayanya menghadirkan ‘wow’ di penghujung cerita. Yes, we have to wait that long for such twist. Something that common viewers might not be patient enough and choose to leave before end credits. Saya lebih menghargai apabila sejak awal dijadikan film dokumenter perjalanan saja. Setidaknya orang tahu harus berharap apa selama lebih dari satu setengah jam mengikutinya.

Durasi:
98 menit

Overall:
6.5 out of 10

Movie-meter:

1 komentar: