Quote:
Ainun: Kalau aku harus mengulangi hidup lagi, aku tetap akan memilih kamu.
Ainun: Kalau aku harus mengulangi hidup lagi, aku tetap akan memilih kamu.
Nice-to-know:
Film yang diproduksi oleh MD Pictures ini gala premierenya dilangsungkan di Epicentrum XXI dan Plaza Senayan XXI pada tanggal 18-19 Desember 2012.
Film yang diproduksi oleh MD Pictures ini gala premierenya dilangsungkan di Epicentrum XXI dan Plaza Senayan XXI pada tanggal 18-19 Desember 2012.
Cast:
Reza Rahadian sebagai Habibie
Bunga Citra Lestari sebagai Ainun
Tio Pakusadewo sebagai HM Soeharto
Ratna Riantiarno
Mike Lucock sebagai Ilham Akbar
Vita Mariana Barrazza
Bayu Oktora sebagai Fanny Habibie
Teuku Rifnu Wikana
Hanung Bramantyo sebagai Sumohadi
Reza Rahadian sebagai Habibie
Bunga Citra Lestari sebagai Ainun
Tio Pakusadewo sebagai HM Soeharto
Ratna Riantiarno
Mike Lucock sebagai Ilham Akbar
Vita Mariana Barrazza
Bayu Oktora sebagai Fanny Habibie
Teuku Rifnu Wikana
Hanung Bramantyo sebagai Sumohadi
Director:
Faozan Rizal lebih dikenal sebagai sinematografer film yang mengawali kiprahnya melalui Dapur Film.
Faozan Rizal lebih dikenal sebagai sinematografer film yang mengawali kiprahnya melalui Dapur Film.
Surat terakhir Bacharuddin Jusuf
Habibie untuk Alm. Hasri Ainun Habibie:
Sebenarnya ini bukan tentang kematianmu, bukan itu.
Karena, aku tahu bahwa semua yang ada pasti menjadi tiada pada akhirnya, dan kematian adalah sesuatu yang pasti, dan kali ini adalah giliranmu untuk pergi, aku sangat tahu itu.
Tapi yang membuatku tersentak sedemikian hebat adalah kenyataan bahwa kematian benar-benar dapat memutuskan kebahagiaan dalam diri seseorang, sekejap saja, lalu rasanya mampu membuatku menjadi nelangsa setengah mati, hatiku seperti tak di tempatnya, dan tubuhku serasa kosong melompong, hilang isi.
Kau tahu sayang, rasanya seperti angin yang tiba-tiba hilang berganti kemarau gersang.
Pada airmata yang jatuh kali ini, aku selipkan salam perpisahan panjang, pada kesetiaan yang telah kau ukir, pada kenangan pahit manis selama kau ada, aku bukan hendak mengeluh, tapi rasanya terlalu sebentar kau disini.
Mereka mengira aku lah kekasih yang baik bagimu sayang, tanpa mereka sadari, bahwa kaulah yang menjadikan aku kekasih yang baik.
Mana mungkin aku setia padahal memang kecenderunganku adalah mendua, tapi kau ajarkan aku kesetiaan, sehingga aku setia, kau ajarkan aku arti cinta, sehingga aku mampu mencintaimu seperti ini.
Selamat jalan,
Kau dari-Nya, dan kembali pada-Nya,
kau dulu tiada untukku, dan sekarang kembali tiada.
selamat jalan sayang, cahaya mataku, penyejuk jiwaku,
selamat jalan, calon bidadari surgaku ….
Karena, aku tahu bahwa semua yang ada pasti menjadi tiada pada akhirnya, dan kematian adalah sesuatu yang pasti, dan kali ini adalah giliranmu untuk pergi, aku sangat tahu itu.
Tapi yang membuatku tersentak sedemikian hebat adalah kenyataan bahwa kematian benar-benar dapat memutuskan kebahagiaan dalam diri seseorang, sekejap saja, lalu rasanya mampu membuatku menjadi nelangsa setengah mati, hatiku seperti tak di tempatnya, dan tubuhku serasa kosong melompong, hilang isi.
Kau tahu sayang, rasanya seperti angin yang tiba-tiba hilang berganti kemarau gersang.
Pada airmata yang jatuh kali ini, aku selipkan salam perpisahan panjang, pada kesetiaan yang telah kau ukir, pada kenangan pahit manis selama kau ada, aku bukan hendak mengeluh, tapi rasanya terlalu sebentar kau disini.
Mereka mengira aku lah kekasih yang baik bagimu sayang, tanpa mereka sadari, bahwa kaulah yang menjadikan aku kekasih yang baik.
Mana mungkin aku setia padahal memang kecenderunganku adalah mendua, tapi kau ajarkan aku kesetiaan, sehingga aku setia, kau ajarkan aku arti cinta, sehingga aku mampu mencintaimu seperti ini.
Selamat jalan,
Kau dari-Nya, dan kembali pada-Nya,
kau dulu tiada untukku, dan sekarang kembali tiada.
selamat jalan sayang, cahaya mataku, penyejuk jiwaku,
selamat jalan, calon bidadari surgaku ….
BJ.HABIBIE
Masyarakat Indonesia mengenal Bacharuddin Jusuf Habibie sebagai pemegang rekor Presiden dan Wakil Presiden tersingkat sepanjang masa masing-masing 1 tahun 5 bulan dan 2 bulan 7 hari. Terlepas dari pro kontra selama masa jabatannya, ia adalah sosok yang dikagumi kecerdasan dan inisiatif tingginya. MD Pictures mengangkat sekelumit babak hidupnya dalam film berbujet besar yang beredar di akhir tahun. Sesuai judulnya, Habibie tidak sendiri. Istrinya (almh) Ainun juga mendapat perhatian. Bukan rahasia lagi jika kisah percintaan keduanya dianggap dekat dengan kesempurnaan. Simak saja surat terakhir BJ Habibie untuk Hasri Ainun paska ditinggalkan istrinya yang sedikit banyak menggambarkan semuanya.
Rudy Habibie seringkali mengejek Hasri Ainun semasa remajanya. Rudy melanjutkan studi teknik mesin di Dago ke teknik penerbangan di Jerman dimana ia belajar merakit pesawat. Sepulangnya ke Indonesia, Habibie bertemu kembali dengan Ainun dan jatuh cinta. Tak butuh lama untuk meminang dan memboyong Ainun ke Jerman, Habibie berjuang mengejar impiannya untuk memajukan IPTN. Panggilan pulang ke tanah air dari Presiden Soeharto kian mengukuhkan kredibilitasnya. Sementara itu kanker ovarium yang diderita Ainun semakin menggerogoti kesehatannya. Perjalanan cinta mereka pun diuji.
Skrip yang ditulis oleh Gina S. Noer dan Ifan Adriansyah Ismail ini memang lebih menitikberatkan pada romantisme dua tokoh negara tersebut. Saya merasakan detail perkenalan selama seperempat durasi awal yang manis di awal percintaan Rudy dan Hasri. Setelah itu dua perempat film memperlihatkan sepak terjang Habibie sebagai Menteri, Wakil Presiden hingga Presiden. Sayangnya proses pergulatan batin dan tanggungjawab besar terhadap negara tersebut tidak mendapat eksploitasi yang memadai. Seperempat terakhir kembali pada melodrama babak terakhir percintaan mereka yang ditutup setelah 48 tahun 10 hari.
Sutradara Faozan Rizal memang masih berpijak pada tuntunan “guru” nya sehingga kesan Hanung Bramantyo masih kuat disini. Penata kamera Ipung Rachmat berhasil merekam sinematografi cantik di berbagai lokasi variatif Jakarta, Bandung hingga kota-kota di Jerman. Departemen artistik pantas mendapat apresiasi karena usahanya menghadirkan pernak-pernik sesuai jamannya meski sedikit tercoreng dengan penempatan produk sponsor yang terlampau berani. Tata rias seharusnya bisa lebih “bekerja” dengan memantapkan penampilan Reza dan BCL melewati rentang waktu yang cukup panjang, semisal penambahan keriput, uban dsb. Beruntung setidaknya tata kostum menutupi kekurangan itu dengan baik.
Siapa yang meragukan akting seorang Reza Rahadian? Impersonifikasi yang dilakukannya terhadap sosok Habibie benar-benar mirip asli. Lihat caranya mengubah aksen, berjalan hingga sederetan bahasa tubuh lainnya. Aktor yang baik akan terus berusaha, terlebih tantangan besar keterlibatan sebuah proyek semibiografi macam ini. Bunga Citra Lestari berupaya semaksimal mungkin mengimbangi Reza. Keseharian Ainun yang tidak terlalu dikenal publik membuatnya sedikit leluasa berimprovisasi. Hasilnya adalah sosok Ainun yang elegan dan simpatik terlepas dari presentasi akting yang tak jauh berbeda dari film-film BCL sebelumnya.
Tata musik dari Tya Satrio melengkapi kepiawaian Melly Goeslaw merangkai lirik lagu “Cinta Sejati”. Keputusan yang tepat untuk tidak menyanyikannya sendiri sebagaimana biasanya. Lantunan vokal merdu nan lembut BCL terbukti efektif menciptakan nuansa sendu yang diharapkan. Saya acungi jempol pada insersi video montage yang menampilkan Soeharto dan Habibie asli di pertengahan dan akhir film. Setidaknya kita diingatkan akan dua tokoh legendaris yang pernah dimiliki bangsa Indonesia, hingga tak kuasa menahan air mata yang mulai menggenang di pelupuk.
Habibie & Ainun sesungguhnya bisa menjadi film yang sempurna andaikata pengembangan karakter di luar Reza dan BCL dapat diberi ruang lebih plus referensi peristiwa bersejarah yang lebih kuat pengaruhnya terhadap Habibie sendiri. Sekali lagi saya ingatkan, ini adalah perjalanan panjang sebuah kisah cinta sepasang insan yang tak lekang oleh waktu terlepas dari keadaan dan ketiadaan di muka bumi. Bagi Habibie, Ainun adalah inspirasi yang melengkapi setiap pencapaian dalam hidupnya. Teladan yang pantas ditiru oleh pasangan manapun juga dalam upaya melangkah bersama membangun suka duka rumah tangga.
Durasi:
125 menit
Overall:
8 out of 10
8 out of 10
Movie-meter:
Sepertinya ada kesalahan pembagian peran yang anda tulis disini. bayu oktara disini berperan sebagai fanny habibie (sekilas liat di akhir cerita seperti itu) bukan anak kedua pak habibie yang bernama Thareq. Coba lebih diteliti lagi.
BalasHapusthanks
Terima kasih koreksinya Mon, kami sudah perbaiki :)
BalasHapusMungkin kalo yang dilihat dari kemiripan bu Ainun di foto aslinya, mending aktrisnya Lola Amaria daripada BCL.
BalasHapus