Selasa, 02 Oktober 2012

BUNRAKU : Visually Good Quirky Mixed Genres


Quotes: 
Yoshi: Great lessons are often found in defeat.

Nice-to-know: 
Judul film ini didasarkan pada teater boneka Jepang yang sudah berusia lebih dari 400 tahun termasuk mempengaruhi gaya penceritaannya.

Cast: 
Josh Hartnett sebagai The Drifter
Gackt sebagai Yoshi
Woody Harrelson sebagai The Bartender
Ron Perlman sebagai Nicola
Kevin McKidd sebagai Killer No. 2
Demi Moore sebagai Alexandra


Director: 

Merupakan feature film kedua bagi Guy Moshe setelah Holly (2009).

W For Words: 
Menilik judul dan posternya, anda bisa jadi membayangkan sebuah fighting championships yang biasanya menghadapkan dua tokoh utamanya di final. Dugaan itu nyaris benar melihat nama Yoshi dan The Drifter yang dominan di sepanjang film. Namun sesungguhnya cerita yang disusun oleh Boaz Davidson yang kemudian dikembangkan dalam bentuk skrip oleh Guy Moshe ini mengambil setting dunia post-apocalyptic. Jajaran cast ternama yang cukup menjanjikan adalah alasan lain yang membuat anda tertarik menyaksikan produksi patungan Snoot Entertainment, Picturesque Films dan Ram Bergman Productions tersebut.

Nicola alias the Woodcutter merupakan sosok penguasa terhebat yang disegani di dunia. Tangan kanannya, Killer No. 2 beserta delapan pembunuh handal lain justru semakin melengkapi kedigdayaannya. Pada suatu ketika, muncul pengembara asing yang dikenal sebagai The Drifter, samurai misterius bernama Yoshi (Gackt) dan juga bartender berdarah dingin dari Horseless Horseman Saloon dimana ketiganya ternyata menguasai kemampuan di atas rata-rata. Mampukah hegemoni Nicola ditaklukkan pada akhirnya? 

Sutradara Moshe sukses menciptakan dunia baru dalam nuansa origami yang stylish ke dalam filmnya termasuk sekelumit animasi yang membukanya. Tampilan warna-warni ala komik dengan dominan biru dan merah berhasil menciptakan visual yang menarik. Belum lagi efek suara ala video game yang menyertai setiap adegan pertarungan yang mencampuradukkan elemen dari film-film Japanese, western, noir hingga martial arts. Gaya serupa mengingatkan saya akan V for Vendetta (2005) dimana permainan angle dengan latar belakang CGI amatlah dominan.

Hartnett mungkin familiar dengan peran The Drifter layaknya dalam Sin City (2005). Penampilan perlente berjas yang mengandalkan gerak cepat dalam bertarung jelas enak dilihat. Gackt yang bergaya samurai terbilang efisien melakukan dialog dan koreografinya dalam sosok Yoshi. Tiga nama di belakangnya, Harrelson yang timbul tenggelam sebagai pemandu The Drifter dan Yoshi ke babak akhir, Moore yang kemunculannya sangat minim dan tidak inspiratif, Perlman yang baru benar-benar menggebrak di penghujung sebagai Nicola merupakan aset terbaik yang dimiliki Moshe.

Sayangnya nyaris tiap adegan pertarungannya tidak memukau. Terjadi terlampau cepat tanpa isi yang tak jarang memakai trik kamera dalam eksekusinya. Itulah sebabnya penonton sulit terikat dengan salah satu karakter utamanya. Durasi yang panjang juga menjadi masalah besar untuk film eksperimental semacam ini apalagi tidak didukung kekuatan plot cerita yang nyata. Bunraku mampu memberikan pengalaman bersinema yang unik tapi kenikmatan menyaksikannya jauh dari harapan. However it’s a “good versus evil” disjointed mixtures, definitely not for everyone!

Durasi: 
124 menit

Overall: 
6.5 out of 10

Movie-meter:

Notes:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent

1 komentar: