Senin, 21 November 2011

FACES IN THE CROWD : Trauma Pengenalan Wajah Pembunuh Serial

Tagline:
She saw the killer's face, but it keeps changing...


Storyline:
Guru SD, Anna Marchant tinggal bersama kekasihnya, Bryce di sebuah apartemen nyaman. Saat sedang pulang minum-minum dengan dua sahabat karibnya Francine dan Nina, Anna tanpa sengaja memergoki seorang pembunuh serial Tearful Jack tengah menghabisi korbannya. SIalnya Anna yang menjadi target serangan Jack terjatuh dari dermaga dan mengalami shock ringan. Akibat paling fatal adalah ia mengalami symptom gangguan pengenalan wajah seseorang. Suatu hal yang beresiko dimana sang pembunuh masih ada di luar sana dan mungkin mengancam nyawanya sebagai saksi hidup!

Nice-to-know:
Diproduksi dengan bujet 15 juta dollar dan edar di Indonesia lewat jaringan bioskop Blitzmegaplex.

Cast:
Baru saja muncul dalam film remake arahan suaminya yaitu The Three Musketeers, Milla Jovovich berperan sebagai Anna Marchant
Terakhir mendukung RED (2010), Julian McMahon bermain sebagai Sam Kerrest
Michael Shanks sebagai Bryce
Sarah Wayne Callies sebagai Francine
Marianne Faithfull sebagai Dr. Langenkamp

Director:
Feature film kedua bagi Julien Magnat setelah Bloody Mallory (2002).

Comment:
Saya harus akui skrip yang dikembangkan oleh Julien Magnat dan Kelly Smith ini memiliki premis yang brilian. Sebab belum banyak orang yang tahu mengenai Prosopagnosia yaitu kesulitan mengenali wajah seseorang karena terjadinya gangguan stimulus pada otak. Lantas yang ada dalam benak saya adalah sebuah thriller cerdas dengan banyak tikungan disana-sini sebelum ditutup dengan twist yang sulit diduga. Benarkah begitu?
Permasalahannya adalah eksekusi sang sutradara Magnat terasa begitu menyiksa. Openingnya cukup menjanjikan, kemudian diseret sedemikian rupa dengan berbagai subplot tambahan dan eksploitasi karakter pendukung yang tidak perlu. Terlebih satu karakter bisa memiliki seribu wajah yang diblurkan layaknya potongan-potongan hologram. Anda tidak perlu sulit mencari bukti, tinggal lihat section cast dimana terdapat Nina 1, Nina 2, Bryce 1, Bryce 2, Bryce 3, dst. Siap-siaplah untuk bingung!
Jovovich adalah salah satu jaminan nama yang dianggap mampu mengangkat film ini. Terbukti tokoh Anna di tangannya cukup meyakinkan dimana ketakutan, sikap paranoid, kebingungan terpancar jelas dari bahasa tubuhnya. Begitu pula dengan McMahon yang meski tidak luar biasa tetapi lumayan menjiwai peranan detektif dengan baik. Hanya saja menurut hemat saya, ide untuk menyelipkan “sesuatu” di antara keduanya justru sedikit memperlemah kekuatan cerita.

Menilik plot yang diusungnya, rasanya memang lebih cocok sebagai sebuah novel fiksi thriller dimana segala intrik yang terdapat di dalamnya lebih bisa bermain dengan imajinasi pembaca. Coba bandingkan jika dieksekusi ke film, sulit menempatkan posisi seseorang dalam banyak wajah sehingga cenderung membingungkan. Alih-alih membangun suspense, penonton keburu kesal karena kesulitan mengikuti pola pikir “njelimet” sang filmmaker.
Faces In The Crowd sebetulnya berpotensi menjadi sebuah thriller tingkat tinggi jika skripnya digarap dengan baik dan disutradarai secara lebih maksimal. Akhirnya predikat “direct-to-dvd” menjadi tidak terhindarkan karena mayoritas unsur medioker di dalamnya. Endingnya sendiri tidaklah seburuk itu karena logika penonton masih coba dipermainkan dengan flashback maju mundur demi penyelesaian teka-teki yang ditunggu-tunggu. Film ini hanya diperuntukkan bagi anda yang suka menerka serta menyukai Milla.

Durasi:
97 menit

Overall:
7 out of 10

Movie-meter:


Notes:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent

Tidak ada komentar:

Posting Komentar