Rabu, 05 Juni 2013

THONGSOOK 13 : Thai Decent Horror Goes CGI


Quote:
Beam: You know I'm not a real woman!
Jack: For god's sake, you're just a lesbian!

Nice-to-know:
Film yang berjudul Inggris, Long Weekend ini sudah rilis di Thailand pada tanggal 31 Januari 2013 yang lalu.

Cast:
Chinnawut Intarakusin
sebagai Thongsuk
Acharanat Ariyaritwikol sebagai Jack
Ch
eeranat Yusanon sebagai Nam
Sean Jindachot
sebagai Boy        
Kitlapat Korasudraiwon
sebagai Pui
Butsarin Yokpraipan sebagai Beam

Director:
Merupakan film keempat bagi Taweewat Wantha setelah The Kindergarten(2009).

W For Words:
Suguhan horor terbaru Minds@Work dan Wave Pictures ini menawarkan premis yang sudah ribuan kali dieksekusi oleh filmmaker di berbagai belahan dunia manapun. Sekelompok anak muda berlibur di tempat terpencil, melakukan kesalahan fatal hingga harus menanggung akibatnya lewat serangkaian kejadian supernatural. Ya, rekor di Indonesia sendiri dipegang oleh tak lain tak bukan, Nayato Fio Nuala/Koya Pagayo. Perbedaannya mungkin hanya di segi teknis yang jauh lebih baik terlebih di departemen CGI. Tidak percaya?

Thongsuk dan Nam telah bersahabat sejak kecil. Menginjak bangku remaja, Thongsuk yang menderita gangguan autis kerap menjadi bahan olok-olok temannya. Jack yang menaruh hati pada Nam mengajaknya berlibur bersama Boy serta kekasih lesbian Pui dan Beam ke pulau terpencil tanpa sepengetahuan Thongsuk. Di luar dugaan, Thongsuk berhasil menyusul. Jack dan Boy yang kesal menguncinya di kuil yang dipercaya pernah menjadi TKP pembantaian massal di waktu lampau oleh arwah jahat. Menjelang Jumat tanggal 13, sejarah tersebut pun terancam berulang. 

Skrip yang digawangi oleh kwartet Eakasit Thairaat, Sommai Lertularn, Adirek Wattaleela, Taweewat Wantha ini berupaya keras menghindari keklisean yang sudah-sudah. Itulah sebabnya disematkan berbagai ‘tikungan’ untuk tetap mempertahankan penonton di kursinya masing-masing termasuk ‘kreatifitas’ presentasi kematian yang begitu beragam. Kilas balik yang membuka film bertujuan memberikan pondasi akan karakter Thongsuk dan Nam. Namun apakah itu cukup? Terbukti dramatisasi di bagian penutup nampaknya masih kesulitan menguras emosi penonton. 

Wajah tampan Chinnawut yang blasteran tergolong sukses menghidupkan sosok Thongsuk yang lugu dan pantas menggalang simpati. Sorot matanya yang tajam berkali-kali berbicara meski tanpa dialog sekalipun. Debut layar lebar penyanyi Cheeranat juga tidak mengecewakan. Aksi Nam yang dominan di sepanjang film cukup menonjolkan kekuatan emosi yang dalam. Sayangnya tidak banyak yang dapat dllakukan Kitlapat dan Butsarin selain berpelukan dan berteriak. Sedangkan Acharanat dan Sean menjiwai dua pemuda begundal dengan tipikal individualis yang mudah terlupakan.

Taweewat sebagai sutradara rupanya banyak ‘belajar’ dari The Evil Dead (1981) atau The Cabin In The Woods (2011) dengan tema serupa. Bahkan pada satu kesempatan, sosok hantunya langsung mengingatkan anda pada Mama (2013). Paruh pertama yang lambat digunakan untuk membangun suspensi misteri. Paruh kedua barulah dihujani darah dan kesadisan yang cukup optimal. Penggunaan spesial efek dilakukan secara maksimal dalam mengumbar ketakutan mulai dari asap dan bayangan sebagai bentuk teror. Sah-sah saja karena masih terlihat rapi dan relevan dengan kebutuhan cerita.

Walaupun terlambat diimpor ke Indonesia, Thongsook 13 setidaknya masih meneruskan citarasa horor Asia dengan tradisi yang kuat sebut saja jimat pengusir, lilin pelindung dan sebagainya. Peringatan hari Jumat tanggal 13 yang diyakini sebagai terbukanya gerbang neraka pun dipertahankan. Secara keseluruhan masih lebih baik dari beberapa judul sejenis milik negeri gajah putih tersebut dimana kekosongan adegan mampu diisi dengan dialog one-liner pengocok tawa sebelum diteruskan dengan teror non stop yang seperti biasa memicu keberpihakan anda terhadap salah satu tokoh untuk bertahan hidup pada akhirnya.

Durasi:
96 menit

Asian Box Office:
THB 12,700.000 till Feb 2013 in Thailand

Overall:
7.5 out of 10

Movie-meter:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar