Sabtu, 20 April 2013

KON-TIKI : Questionable Journey With High Determination


Tagline:
Real adventure has no limits.

Nice-to-know:
Merupakan wakil Norwegia pada kategori Best Foreign Language Film di ajang Academy Awards 2013.  

Cast:
Pål Sverre Hagen sebagai Thor Heyerdahl
Anders Baasmo Christiansen sebagai Herman Watzinger
Gustaf Skarsgård sebagai Bengt Danielsson
Odd Magnus Williamson sebagai Erik Hesselberg
Tobias Santelmann sebagai Knut Haugland
Jakob Oftebro sebagai Torstein Raaby
Agnes Kittelsen sebagai Liv Heyerdahl

Director:
Merupakan kolaborasi ketiga Joachim Rønning dan Espen Sandberg setelah Bandidas (2006) dan Max Manus (2008).

W For Words:
Label film termahal yang pernah dibuat Norwegia sepanjang masa rasanya sudah cukup membuat moviegoers di seluruh dunia sepantasnya mengantisipasi tanggal rilisnya film ini termasuk Indonesia lewat jaringan Blitzmegaplex. Apalagi Thor Heyerdahl merupakan tokoh nyata yang menjadi inspirasi atas upayanya mengarungi Samudera Pasifik dengan menggunakan rakit primitif. Namun tampaknya tidak mudah menyajikan sebuah casual biopic dengan adventure drama yang cukup believable untuk menggamit perhatian penonton selama nyaris dua jam. Tidak percaya?

Tahun 1947, pengembara Thor bersama lima pria dengan latar belakang yang berbeda-beda yaitu Herman Watzinger, Bengt Danielsson, Erik Hesselberg, Knut Haugland dan Torstein Raaby mempersiapkan segala sesuatunya demi melakukan perjalanan ke Kepulauan Polynesia mengikuti jejak tokoh sejarahwan Tiki di masa lampau yang menjadi inspirasinya. Istrinya Liv meski kurang setuju terpaksa menerima keputusan itu dengan berat hati. Selama 101 hari melalui 8000 kilometer, mereka berenam menghadapi berbagai macam bahaya yang muncul. 

Sutradara Rønning dan Sandberg
tak lupa menambahkan potongan film dokumenter pemenang Oscar tahun 1950 sebagai remarkable footage. Sinematografer Geir Hartly Andreassen bahkan menggunakan metode B&W saat pembangunan rakitnya. Hubungan yang terjadi di antara ‘awak’ rakit tersebut menjadi salah satu highlight tersendiri selain kemunculan obyek-obyek detail yang memperkaya penuturannya. Bagaimana paus, hiu, ubur-ubur, kakaktua, kepiting, ikan terbang dan sebagainya silih berganti menyita perhatian penonton

Kinerja make-up, wardrobe dan art department sangat memuaskan. Keenam pria tersebut tampil lusuh dan kumuh dengan pakaian seadanya dengan kumis dan cambang yang semakin lebat. Spesial efeknya juga cukup meyakinkan untuk membuat anda seakan merasakan apa yang mereka alami juga. Ada satu pergerakan kamera yang mencengangkan saya saat aerial shot menangkap posisi rakit di lautan lalu mengangkasa terus menerus hingga keluar planet sebelum kembali lagi saat hari berganti. Editing yang mulus membuatnya terkesan tanpa putus.

Sayangnya konflik yang dihadirkan di atas rakit memang tergolong minim. Hanya ada keegoisan dan kegilaan yang melanda, itupun tidak benar-benar sampai memuncak ke permukaan. Jujur saya mengharapkan terjadinya berbagai realita pahit agar terlihat lebih meyakinkan. Bukankah perjuangan hidup memang demikian? Sebagai contoh Herman yang sekujur tubuhnya telah terpercik darah hiu jatuh ke laut masih tidak terjamah oleh kawanan hiu yang mengelilinginya. Maafkan saya jika terlalu banyak menonton Jaws ataupun thriller sejenis lainnya.

Kon-Tiki yang merupakan nama lawas dari dewa matahari suku Inca – Viracocha selayaknya film biografi lain memang tampak mengedepankan sosok Heyerdahl sebagai ‘pahlawan’ yang konvensional. Pål Sverre Hagen menjiwainya dengan gemilang dimana ia harus memimpin tanpa terkesan otoriter. Pada akhirnya banyak pihak yang meragukan fakta perjalanan ini setelah meneliti detil-detil pendukung. Percaya atau tidak menjadi keputusan anda sepenuhnya. Bagi saya yang penting adalah memaknai determinasi tinggi seorang anak manusia dalam mencapai tujuan hidupnya.

Durasi:
118
menit

Europe Box Office:
871,645 in Norway till Nov 2012

Overall:
7.5 out of 10

Movie-meter:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar