Quote:
Zafran: Jadikan mimpi kita menggantung, mengambang 5 centimeter di depan kening kita, biar dia nggak pernah lepas dari mata kita
Zafran: Jadikan mimpi kita menggantung, mengambang 5 centimeter di depan kening kita, biar dia nggak pernah lepas dari mata kita
Film yang diproduksi oleh Soraya Intercine Films ini
mengadakan gala premierenya di Plaza Senayan XXI pada tanggal 8 Desember 2012.
Cast:
Herjunot Ali sebagai Zafran
Fedi Nuril sebagai Genta
Pevita Pearce sebagai Dinda
Igor 'Saykoji' sebagai Ian
Denny Sumargo sebagai Arial
Raline Shah sebagai Riani
Didi Petet
Herjunot Ali sebagai Zafran
Fedi Nuril sebagai Genta
Pevita Pearce sebagai Dinda
Igor 'Saykoji' sebagai Ian
Denny Sumargo sebagai Arial
Raline Shah sebagai Riani
Didi Petet
Director:
Merupakan film ke-15 bagi Rizal Mantovani yang terakhir muncul lewat Jenglot Pantai Selatan (2011).
Merupakan film ke-15 bagi Rizal Mantovani yang terakhir muncul lewat Jenglot Pantai Selatan (2011).
W For Words:
Donny Dhirgantoro pantas berbangga hati. Novel debutnya bertajuk 5 cm yang ditulis selepas meninggalkan bangku kuliah di tahun 2001 pada akhirnya mampu menjadi best seller di tahun 2005. Tahun 2012 yang memulai tren pengembangan buku menjadi format skenario di industri perfilman Indonesia pun memberi jalan bagi Donny untuk mengerjakannya bersama Sunil Soraya dan Hilman Mutasi. Penasaran bagaimana konversi novel berisi 381 halaman menjadi film berdurasi 126 menit? Tak ada salahnya anda menyambangi bioskop untuk menyaksikan persembahan terbaru Soraya Intercine Films ini.
Donny Dhirgantoro pantas berbangga hati. Novel debutnya bertajuk 5 cm yang ditulis selepas meninggalkan bangku kuliah di tahun 2001 pada akhirnya mampu menjadi best seller di tahun 2005. Tahun 2012 yang memulai tren pengembangan buku menjadi format skenario di industri perfilman Indonesia pun memberi jalan bagi Donny untuk mengerjakannya bersama Sunil Soraya dan Hilman Mutasi. Penasaran bagaimana konversi novel berisi 381 halaman menjadi film berdurasi 126 menit? Tak ada salahnya anda menyambangi bioskop untuk menyaksikan persembahan terbaru Soraya Intercine Films ini.
Genta, Arial, Zafran, Riani dan Ian adalah lima remaja yang telah menjalin persahabatan sejak kecil. Suatu ketika, Genta merasa jenuh dan mengutarakan niatnya untuk memutus tali silaturahmi sementara selama 3 bulan. Riani yang tak setuju akhirnya sepakat dengan yang lainnya dimana mereka ingin fokus pada mimpi masing-masing. Pertemuan kembali itu dirayakan dengan perjalanan mencapai puncak tertinggi Jawa pada tanggal 17 Agustus yaitu mendaki gunung Mahameru yang penuh tantangan. Berhasilkah mereka menemukan jawaban dari pertanyaan diri yang selama ini menghinggap?
Awalnya saya sempat pesimis melihat nama Rizal Mantovani di bangku sutradara karena beberapa film terakhirnya yang di bawah rata-rata. Namun hal itu dituntaskan dengan kinerja yang begitu detail menangkap setiap panorama alam tanpa kehilangan esensi cerita itu sendiri. Sulitnya medan membuat kerja semua departemen yang terlibat menjadi berat sehingga apa yang bisa tersaji di hadapan kita pantas diapresiasi tinggi. Jadwal yang molor dan bujet yang membengkak dari semula pun menjadi sisa cerita yang mampu ditutupi oleh kualitas akhir yang cukup memuaskan seluruh pihak.
Detil perjalanan selama empat hari yang dimulai dari kota Malang dilanjutkan dengan desa Tumpang tergambar jelas. Ranupani yang terletak di kaki Semeru menyediakan warung dan pondok penginapan selain daya tarik dua danau Ranu Pani dan Ranu Regulo yang indah itu. Lembah dan bukit yang ditumbuhi hutan cemara dan pinus di Watu Rejeng dilanjutkan dengan Ranu Kumbolo dan Kalimati yang jadi persinggahan terakhir para pendaki sebelum melewati Arcopodo yang penuh tantangan karena abu vulkanik dan tanah yang berpotensi longsor untuk benar-benar sampai di puncak Semeru.
Dengan enam tokoh utama memang agak membatasi eksplorasi karakteristiknya. Namun Fedi, Junot, Raline, Pevita, Denny dan Igor mampu membagi chemistry yang kuat satu sama lain. Pertukaran dialog lugas dan jujur di antara mereka menjadi salah satu kekuatan film yang sulit dipungkiri. Saya merasakan akting Fedi masih sedikit datar, Pevita yang masih tipikal peran-peran sebelumnya, Junot pun demikian meski ia berhasil memperbaikinya mulai pertengahan film. Raline, Denny dan Igor yang lebih minim jam terbang justru paling mencuri perhatian di setiap kemunculannya.
Misi nasionalisme dalam sebuah film sesungguhnya memiliki beban berat karena jika tanggung maka akan dengan mudah mengundang cibiran penonton. 5 cm cenderung aman melakukannya walau orasi masing-masing karakternya terasa sedikit berlebihan. Beberapa pihak mungkin mengaitkannya dengan mata pelajaran PPKN alias Pendidikan Pancasila dan Kewarnanegaraan. Bagi saya sah-sah saja, manusia memang makhluk serba tau tapi jelas butuh diingatkan. Konflik cinta yang biasa jadi jualan utama kali ini muncul dalam porsi minor layaknya bumbu penyedap yang tidak sampai mengaburkan rasa.
Di atas semuanya, mohon camkan baik-baik bahwa visi terbesar 5 cm adalah mengajarkan kita untuk mengejar mimpi. Bukankah semua berawal dari situ? Keyakinan untuk menggapai harus dilandasi tekad yang kuat dan usaha yang maksimal. Analogi kaki, tangan, mata, leher, mulut dan hati sebagai modal pendukung dari Tuhan kepada setiap manusia itu tergolong luar biasa. Sebuah penegasan bahwa jatuh bangun itu hal yang biasa asalkan kamu tidak berhenti. Tentunya dukungan keluarga dan sahabat juga dibutuhkan sebagai dorongan semangat. Awesome cinematography has capped this as one of the best Indonesian movies ever made!
Durasi:
126 menit
126 menit
Overall:
8.5 out of 10
8.5 out of 10
Movie-meter:
Caricature Courtesy:
http://PabrikHidupDana.blogspot.com
http://PabrikHidupDana.blogspot.com
nice review, bro!
BalasHapussaya sudah nonton filmnya, dan setuju dg anda..
semoga sineas kita semakin banyak yg bikin film-film bagus. keep writing!