Kamis, 04 Oktober 2012

RUMAH KENTANG : Horor Kentang Tanpa Aroma dan Impresi


Quotes:
Farah: Kamu benar Rika, kita gak sendirian di rumah itu. Cerita tentang rumah kentang itu benar.

Nice-to-know:
Film yang diproduksi
oleh Hitmaker Studios ini gala premierenya diadakan di Senayan City XXI pada tanggal 28 September 2012 yang lalu.

Cast:
Shandy Aulia
sebagai Farah
Tasya Kamila sebagai Rika
Chintami Atmanegara sebagai Tante Anti
Sonia Wibisono sebagai Dokter
Gilang Dirgahari sebagai Arman
Ki Kusumo sebagai Pak Hadi


Director:
Merupakan film kedua Jose Poernomo di tahun 2012 setelah Pulau Hantu 3.

W For Words:
Siapa yang tidak mengenal legenda rumah kentang yang santer dari era 1990-2000an? Rumah mewah yang terletak di bilangan Dharmawangsa Square itu tak ada yang berani meninggali karena selalu tercium bau kentang dari dalam. Konon ada seorang bocah yang tewas karena terjatuh ke dalam panci saat merebus kentang. Dari dulu saya selalu berpikir, sebesar apa pancinya? Rasa penasaran yang selalu saya simpan tanpa berani crosscheck sendiri ke lokasi. Bukan apa-apa, sebagai orang “sensitif”, saya tidak mau bermain-main dengan hal-hal berbau supernatural. Lebih dari satu dekade kemudian, muncullah adaptasi film layar lebarnya. Penasaran?

Suatu pagi, Farah terbangun dari tidurnya mendengar kabar duka bahwa ibunya meninggal karena kecelakaan mobil. Nyaris tak ada harta yang ditinggalkan kecuali rumah warisan yang tidak pernah laku dijual. Mau tak mau, Farah mengajak adiknya, Rika untuk sementara pindah kesana. Kondisi buruk perlahan diperbaiki Dua gadis harus bertahan hidup setelah kedua orangtuanya wafat. Karena tidak mampu membayar uang kontrak rumah, keduanya  tinggal di sebuah rumah warisan ibu mereka yang berada di kawasan cukup elit di Jakarta Selatan. Rumah itu awalnya direncanakan untuk investasi, namun tidak pernah laku terjual. Keduanya mengalami hal-hal yang ganjil ketika mendiami rumah tersebut.

Riheam Junianto. Berapa dari anda yang pernah mendengar namanya sebelumnya?  Penulis skrip yang satu ini memiliki masalah storytelling yang cukup serius. Pemilihan bahasanya pun masih terlalu baku sehingga mengalir kaku di telinga pendengarnya. Sekuens ruang plot demi plotnya terasa kurang mengalir di sepanjang durasi padahal waktu tergolong cukup untuk dimanfaatkan secara lebih efektif. Terkadang jalan cerita malah dituturkan langsung oleh karakter-karakternya lewat dialog panjang lebar tanpa relevansi yang masuk akal. Ingin melihat polisi membuat pernyataan hal-hal gaib? Anda akan menemukan disini. 

Sutradara Jose memang berupaya melakukan eksekusi terbaiknya untuk premis yang tergolong sulit diwujudkan. Mengapa tidak? Teror aroma kentang tentunya mengandalkan indera penciuman yang tak mungkin dirasakan penonton. Selain itu wujud fisik ribuan kentang yang tersebar dimana-mana rasanya susah menimbulkan paranoid akut. Alih-alih konyol jatuhnya. Namun penampakan hantu ciliknya memang cukup mendirikan bulu kuduk meski hanya bagian tubuh tertentu. Sekadar catatan kecil, Jose melakukan banyak bloopers di film ini. Tugas anda untuk menemukannya!

Entah harus menyalahkan Shandy Aulia atau tidak jika sebagian besar dialog yang diucapkannya sering tidak tepat sasaran. Belum lagi reaksi ketakutannya yang kurang wajar di saat aspek inilah yang paling diharapkan darinya. Pelik untuk menilai akting Tasya karena porsinya yang minor. Namun sejauh ini saya tidak melihat kemajuan berarti. Gilang malah terlihat lebih pas dimana kemauannya untuk ditarik dan diseret habis-habisan pantas mendapat kredit tersendiri. Nama-nama lain di luar ketiga itu juga gagal memberikan kontribusi signifikan.

Rumah Kentang sebaiknya tetap dibiarkan menjadi urban legend. Adaptasi film yang "kentang" alias tanggung tidak menyuguhkan pemaham baru bagi penontonnya. Tidak menyeramkan tetapi menggelikan karena begitu banyak minusnya. Satu lagi yang tak termaafkan adalah kemalasan filmmaker menyajikan flashback mengenai kronologis akhir hayat anak kecil tersebut. You owe the audience for sure. Terakhir, media film seharusnya dapat lebih eksperimental, tanpa harus selalu terpaku dengan kenyataan yang berlaku saja.

Durasi:
1
05 menit

Overall:
6.5 out of 10

Movie-meter:
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar