Minggu, 01 April 2012
EVA : Straight-forward Drama With Sci-Fi Background
Quotes:
Alex Garel: What do you see when you close your eyes?
Nice-to-know:
Film yang diproduksi keroyokan oleh Escándalo Films S.L., Ran Entertainment dan Saga-Productions ini pertama kali tayang pada ajang Venice Film Festival bulan September 2011 yang lalu.
Cast:
Daniel Brühl sebagai Alex Garel
Marta Etura sebagai Lana
Alberto Ammann sebagai David Garel
Lluís Homar sebagai Max
Claudia Vega sebagai Eva
Anne Canovas sebagai Julia
Director:
Merupakan feature film pertama bagi Kike Maíllo setelah dua film pendek dan satu serial televisi.
W for Words:
Dinominasikan dalam 12 kategori hingga akhirnya memenangkan 3 penghargaan minor dalam ajang festival film Goya Awards 2012 tentunya bukan prestasi sembarangan. Sergi Belbel, Cristina Clemente, Martí Roca, Aintza Serra secara kompak mengerjakan skrip yang memadukan unsur drama, fantasy dan science fiction sekaligus dalam sebuah produksi Spanyol yang mungkin akan mengingatkan anda pada produksi Hollywood bergenre sejenis di masa silam, sebut saja A.I. (2001) yang fenomenal itu.
Tahun 2041, Alex Garel ternama sebagai programmer robot yang kembali ke kampung halamannya setelah 10 tahun hijrah. Disanalah sahabatnya Julia memberi Alex pekerjaan yaitu menciptakan robot prototype anak-anak yang baru. Pertemuannya dengan adik kandungnya, David dan istrinya Lana yang juga mantan kekasihnya membangkitkan kenangan lama apalagi kehadiran Eva yang notabene kemenakan Alex. Lantas Alex meminta bantuan Eva untuk menjadi inspirasinya sampai terlibat jauh dalam proyek yang membuka kisah masa lalu yang belum sepenuhnya selesai.
Melihat poster dan trailernya (yang kemudian didukung oleh opening act menggigit) tentu tidak heran jika anda mengharapkan sebuah thriller sains fiksi yang emosional. Apalagi premisnya sendiri berkisah mengenai hubungan kekasih dan mantan, orangtua dan anak, kakak beradik yang notabene mampu memupuk chemistry kental di antara karakteristik yang demikian beragam dari tokoh-tokoh utamanya. Namun sutradara Kike Maíllo tampaknya lebih memilih pendekatan drama runut dengan tempo lambat yang lumayan menyiksa.
Terlalu sedikit jumpy or shocking scenes yang mampu menjaga animo penonton untuk tetap antusias mengikutinya. Identitas asli Eva sebetulnya tidak terlalu sulit diterka sejak awal tapi kemunculan Alex yang terasa tiba-tiba sedikit dipertanyakan. Motifnya kurang kuat dan pada akhirnya tidak membawa penyelesaian apapun terhadap konflik-konflik yang membubung selama narasi berjalan. Meski demikian akting Bruhl, Etura dan Vega terbilang memikat dalam membawakan kebekuan hubungan satu sama lain yang terjadi karena situasi dan kondisi yang berada di luar kendali.
Harus saya katakan, EVA memang menjual strategi yang salah (entah disengaja pihak publicist atau tidak), seakan membohongi calon penontonnya untuk percaya bahwa ada spekulasi intelek yang patut ditunggu di akhir cerita. Nyatanya film ini samasekali tidak menawarkan hal baru yang mencengangkan selain refleksi mendalam tentang identitas dan kepribadian manusia yang tak jarang terbentuk secara alamiah lewat interaksi dengan orang-orang di sekitar selain sifat dasarnya masing-masing. Still a decent movie though but apparently what do you see in EVA might makes you want to close your (sleepy) eyes!
Durasi:
94 menit
Overall:
7 out of 10
Movie-meter:
Notes:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
Tidak ada komentar:
Posting Komentar