Selasa, 14 Februari 2012

REPUBLIK TWITTER : Trending Cinta Impian Media Sosial


Quotes:
Sukmo: Dasar generasi menunduk. Tuh liat semua, nunduk aja..

Nice-to-know:
Diproduksi oleh Rupakata Cinema dan Amalina Pictures dimana gala premierenya dilangsungkan di Senayan City XXI pada tanggal 15 Februari 2012.

Cast:
Abimana Aryasatya sebagai Sukmo
Laura Basuki sebagai Hanum
Ben Kasyafani sebagai Andre
Enzy Storia sebagai Nadya Cahyadi
Tio Pakusadewo sebagai Kemal Pambudi
Leroy Osmani sebagai Arif Cahyadi
Jennifer Arnelita sebagai Rika
Edi Oglek sebagai Belo Harahap

Director:
Merupakan debut penyutradaraan Kuntz Agus

W For Words:
Rupakata Cinema dan Amalina Pictures rupanya cukup jeli melihat potensi film yang didasari oleh akun sosial media yang tengah digandrungi masyarakat internasional termasuk di Indonesia sendiri dimana pengguna Twitter konon sudah mencapai 20 juta atau masuk 5 besar di dunia per tahun 2012 ini. Lantas ditunjuklah nama ES Ito sebagai penulis skrip dan Kuntz Agus sebagai sutradara, dua nama yang boleh dibilang masih asing di industri perfilman Indonesia.
Mahasiswa Yogyakarta, Sukmo nekad datang ke Jakarta untuk menemui wartawati cantik, Hanum yang dikenalnya lewat Twitter. Didampingi sahabat setianya, Andre dan pacar ABG nya, Nadya, Sukmo malah gelagapan dan mengacaukan semuanya. Takdir membawanya bertemu dengan Belo yang menawarkannya pekerjaan sebagai buzzer akun Twitter petinggi bernama Arif Cahyadi untuk menjadi trending topic atas permintaan Kemal Pambudi. Kelihaian Sukmo mengolah 140 karakter ternyata tak sebanding dengan permasalahan pelik yang dihadapinya hari demi hari.

Sutradara Kuntz Agus menyuguhkan berbagai subplot yang terhubung satu sama lain lewat karakter Sukmo dan kemampuan ngetweetnya dengan mumpuni sehingga penonton mudah mengikuti konflik yang ada dari awal sampai akhir. Sayangnya tempo yang dipilih terasa amat lambat apalagi minimnya gimmick yang dapat memperkuat antusiasme penonton seperti komposisi musik latar yang membangun suasana ataupun konsistensi dialog tajam yang menggigit di sepanjang durasinya.
Twitter itu sendiri dibedah dengan gamblang disini. Bagaimana persoalan unfollow bisa begitu seriusnya ditanggapi atau deactivasi akun sebagai jalan keluar dari masalah yang ada. Belum lagi trending topic yang menjadi ukuran massalnya sesuatu hal yang dieksplorasi lewat hashtag. Lantas penonton diajak percaya bahwa ada sekelompok buzzer di luar sana yang bekerja di balik akun sosial media public figure demi mengangkat harkat dan martabat mereka di mata masyarakat.

Abimana Aryasatya berperan lugas sebagai pemuda ndeso Sukmo yang cerdas bertanggungjawab. Sebaliknya Laura Basuki terasa agak datar sebagai wartawati Hanum yang seharusnya passionate dan enerjik dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Edi Oglek juga berhasil mencuri perhatian sebagai pemimpin buzzer Belo Harahap yang tegas berlogat Batak kental itu. Lain lagi Ben Kasyafani dan Enzy Storia yang berlakon sebagai pasangan unyu beda kutub, satu gaptek, satu penggila teknologi. Kemunculan tokoh-tokoh pendukung lainnya turut memberikan warna-warni tersendiri untuk melengkapi karakteristik yang silih berganti menghadirkan problema yang kait-mengait.
Republik Twitter memang berupaya keras mengangkat fenomena akun sosial media paling tren saat ini dalam balutan cerita yang ringan tetapi tetap cerdas. Hanya saja sasaran yang dituju rasanya belum seluas itu mengingat fakta masih minimnya penonton bijak yang dapat mengapresiasi apa yang tersaji di hadapan mereka. Sebuah contoh riil bagaimana kebebasan dan keterbatasan tak pernah berjalan di jalur yang sama. Berbagai sentilan terbukti cukup tajam dilayangkan bagi para pengguna yang sehari-hari aktif mention ataupun tweeting dalam konteks yang sedianya dapat dipertanggungjawabkan.

Durasi:
105 menit

Overall:
7.5 out of 10

Movie-meter:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar