Rabu, 04 Januari 2012

UMMI AMINAH : Ustadzah Panutan Cobaan Bertubi-tubi

Quotes:
Mak Ina: Apalagi kalau dipanggil Tuhan gak datang, lebih kualat lagi..


Storyline:
Ummi Aminah adalah seorang ustadzah yang memiliki ribuan jamaah setia. Terbukti dimanapun ia berceramah, mesjid selalu penuh. Dari suami pertamanya, Ummi memiliki putra Umar yang beristrikan Risma dan putri Aisyah yang bersuamikan Hasan. Dari suami keduanya Abah, Ummi mempunyai Zarika, Zainal, Zubaidah, Zidan dan Ziah. Dari kelimanya hanya Zainal yang sudah menikah, istrinya Rini tengah mengandung anak kedua meskipun keduanya kesulitan keuangan. Zarika yang sudah mapan secara karir malah menjalin keakraban dengan asistennya, Ivan yang sudah beristri. Zubaidah yang bertubuh gemuk mendambakan cinta tetangganya, Joko. Ziah yang termuda lebih mementingkan mencari kerja untuk mengumpulkan uang terlebih dahulu. Sedangkan Zidan yang kemayu malah membuka salon yang membuat Abah nya malu. Satu demi satu persoalan menyeruak hingga Ummi sempat terpuruk. Akankah mereka sekeluarga mampu mengatasinya?

Nice-to-know:
Diproduksi oleh MVP Pictures dimana gala premierenya diselenggarakan di PPHUI pada tanggal 22 Desember 2011.

Cast:

Nani Widjaja sebagai Ummi Aminah
Rasyid Karim sebagai Abah
Cahya Kamila sebagai Aisyah
Gatot Brajamusti sebagai Umar
Paramitha Rusady sebagai Zarika
Ali Zainal sebagai Zainal
Aty Kanser sebagai Mak Ina
Yessy Gusman sebagai Risma
Revalina S Temat sebagai Rini
Elma Theana sebagai Dewi

Director:

Merupakan film ke-4 bagi Aditya Gumay sejauh ini yang diawali lewat Tina Toon & Lenong Bocah The Movie di tahun 2004.

Comment:
Nyaris setahun berlalu sejak rilisnya Rumah Tanpa Jendela, Aditya Gumay kali ini dipercaya MVP Pictures untuk menggarap sebuah drama keluarga yang cukup kompleks dimana problematikanya amat beragam dan meliputi nyaris seluruh anggota keluarga yang menjadi sentral cerita. Tokoh utama adalah seorang ustadzah terkemuka dan terpandang yang patut menjadi panutan publik yaitu Aminah.
Nani Widjaja masih mampu menyajikan akting yang menggigit sebagai Ummi. Kefasihannya berceramah dari sudut pandang agama di muka umum ternyata kontras dengan kehidupan pribadinya yang penuh cobaan. Lain lagi dengan Ali Zainal menampilkan performa paling brilian dengan gestur dan gaya bicara yang amat mewakili. Sepintas Zainal adalah pria muslim biasa yang taat beribadah sekaligus contoh suami dan ayah yang baik. Namun ketika tanpa sengaja terlibat narkoba, ketabahannya pun diuji habis-habisan.

Kembalinya Paramitha ke layar lebar tidak terlalu sesuai harapan. Peran Zarika di tangannya masih tergolong kelas sinetron. Sama halnya dengan Revalina S. Temat yang belum menunjukkan perubahan berarti dari karakter-karakter yang dimainkannya sebelum ini. Andai saja ada ruang lebih untuk Aty Kanser dimana tokoh Mak Ina yang latah itu seharusnya bisa menggali sisi komedik film ini. Sayangnya pembagian multikarakter tidak memungkinkan hal tersebut.
Duet penulis skrip Adenin Adlan dan Aditya Gumay silih berganti memaparkan permasalahan yang biasa ditemui dalam sebuah keluarga yaitu kesulitan keuangan, cekcok rumah tangga, kecemburuan antar anak, kesulitan jodoh dan lain-lain. Sinematografi yang wajar dan membumi sedikit terkotori oleh proses editing yang kurang rapi. Beruntung Aditya menutup film dengan ending ambigu yang tidak terduga samasekali sehingga menghindari stereotype yang itu-itu saja.

Begitu banyaknya sub plot yang dihadirkan terkadang masing-masing diselesaikan dalam waktu yang relatif singkat saja. Terlepas dari beberapa scene yang seakan kehilangan esensi, nyatanya Aditya tetap mampu menyematkan intisari yang ada dengan pas. Dramatisasi yang terbentuk disana-sini tidaklah sampai cengeng dan mendayu-dayu tetapi lumayan menyentuh sanubari anda yang mungkin pernah berada dalam situasi serupa.
Sebagai sebuah drama, Ummi Aminah belum sampai pada tahap inspiratif. Namun setidaknya berbagai pesan moral diyakini akan membangkitkan optimisme bahwa setiap cobaan hidup hendaknya tidak dianggap sebagai beban atau hukuman. Kesabaran dan keimanan yang kuat akan membuat kita mampu melaluinya dengan baik. Jangan lupakan fungsi keluarga itu sendiri terutama pondasi kasih sayang orangtua yang tidak akan pernah tergantikan kedudukannya.

Durasi:
100 menit

Overall:
7.5 out of 10

Movie-meter:

5 komentar:

  1. "Apalagi kalau dipanggil Tuhan gak dating, lebih kualat lagi.." >>> typo fatal lho ini...kl dipanggil Tuhan musti kencan? ^^

    BalasHapus
  2. "berperangai feminin" ini agak rancu ya.

    BalasHapus
  3. Salam, thx atas reviewnya ya. Info diatas saya koreksi sedikit. Berbeda dengan 2 film kami sebelumnya yang mengadaptasi dari cerpennya Mbak Asma Nadia.

    Film Ummi Aminah bukan berdasarkan novel/cerpen Mbak Asma Nadia,tapi sebaliknya, mbak Asma mengembangkannya menjadi novel berdasarkan skenario film yang saya tulis bersama Mas Aditya Gumay.

    Wassalam.

    BalasHapus
  4. Hal trivia semacam ini semestinya bisa dicek dulu oleh penulis resensi ini, bisa google atau tanya langsung pada pihak ybs, ga enak juga kalau sampai penulis scriptnya sendiri seperti mas Adenin begini yang mengoreksi... Sangat disayangkan sekali.

    BalasHapus
  5. @Tata @Doni: My mistake, gak cek auto-spelling di Microsoft Word sampe typo. Terima kasih

    @Adenin: Terima kasih atas tambahan informasi dan koreksinya, mas. Salam! :)

    BalasHapus