Rabu, 28 Desember 2011

SNOW FLOWER AND THE SECRET FAN : Ikatan Persaudarian Dua Masa Berbeda

Quotes:
Nina: [in Chinese] The world is always changing. Every day it's changing. Everything in life is changing. We have to look inside ourselves to find what stays the same, such as loyalty, our shared history and love for each other. In them, the truth of the past lives on.


Storyline:
Lily yang berasal dari keluarga biasa-biasa saja diikat janji seumur hidup oleh Snow Flower yang berasal dari keluarga kaya. Komunikasi dijalin secara rahasia menggunakan bahasa “nu shu” yang terangkai lewat bilahan kipas kertas. Di belahan dunia lain, Nina dan Sophia kesulitan mempertahankan persahabatan masa kecil mereka akibat tuntutan karir, kehidupan cinta yang rumit di tengah perkembangan Shanghai yang pesat. Akankah mereka tetap bersama atau justru harus berpisah karena perjalanan hidup yang berbeda.

Nice-to-know:
Rupert Murdoch secara pribadi meminta Fox Searchlight merilis film ini di Amerika Utara.

Cast:
Angkat nama lewat Blood : The Last Vampire (2009), Gianna Jun bermain sebagai Snow Flower / Sophia
Terakhir mendukung Detective Dee and the Mystery of the Phantom Flame (2010), Li Bingbing berperan sebagai Nina / Lily
Hugh Jackman sebagai Arthur
Russell Wong sebagai Bank CEO
Archie Kao sebagai Sebastian
Vivian Wu sebagai Aunt

Director:
Pria kelahiran Hongkong berusia 62 tahun bernama Wayne Wang ini paling dikenal lewat karyanya Maid In Manhattan (2002).

Comment:
Sulit membayangkan wanita berkebangsaan Perancis bernama Lisa See begitu fasih mengangkat tema feminisme Asia dalam novel-novelnya termasuk Snow Flower and the Secret Fan. Trio Angela Workman, Ronald Bass dan Michael Ray kemudian dititahkan untuk menulis skrip film yang diproduksi oleh Fox Searchlight Pictures ini dimana mengambil setting China kuno dan modern sekaligus dalam dua plot cerita yang saling bertitian.
Di abad 19, kasta perempuan diberlakukan dimana perjodohan suami istri maupun persaudaraan ditentukan justru ditentukan dari kesediaan menjaga ukuran kaki di bawah 3 inci. Kenyataan yang cukup memilukan melihat bocah perempuan harus membungkus kakinya sedemikian rupa demi masuk ke dalam sepatu berukuran mini. Kesulitan berjalan hingga mengalami pendarahan akibat restrukturisasi tulang yang dipaksakan pun menjadi penderitaan tersendiri. Namun hal ini dipercaya akan mendatangkan nasib baik meskipun bukan suatu jaminan.

Di abad 21, Snow Flower dan Lily menjelma menjadi Sophia dan Nina yang menjalani balutan takdir yang kurang lebih sama. Pandangan mereka terhadap kultur Timur yang mempengaruhi pilihan karir dan pasangan hidup masing-masing pun turut mempengaruhi janji kesetiaan satu sama lain. Kipas kertas ternyata mampu menjadi media komunikasi rahasia yang efektif dibandingkan perbincangan dua arah yang terganggu oleh aktifitas dan kesempatan yang ada.
Nina/Lily digambarkan ambisius dan menikmati hidupnya sedangkan Sophia/Snow dilukiskan kesulitan menentukan jalan hidupnya akibat tekanan keluarga. Li dan Gianna masing-masing melakukan bagian akting dengan baik, hanya saja tidak mudah untuk berbicara dalam dwi bahasa. Bahasa Inggris keduanya tidak masalah tapi Gianna yang asli Korea tampak kurang fasih dalam dialek Mandarin yang kompleks. Problem sama dialami oleh Jackman meskipun keberaniannya bernyanyi patut diacungi jempol.

Sutradara Wang berhasil menyuguhkan sinematografi yang memukau dilengkapi dengan lantunan scoring music yang kental dengan nuansa etnik Cina dari Rachel Portman yang berkali-kali sukses menggugah perasaan saya. Sayangnya keunggulan tersebut tidak dibarengi oleh narasi yang terlampau datar dan linier meskipun mundur maju mengikuti lompatan masa yang menjadi latar belakang cerita sehingga korelasinya menjadi sedikit blur.
Snow Flower and the Secret Fan secara keseluruhan terkesan lebih memihak pada masa kini, padahal esensi cerita justru terasa lebih kompleks di masa lalu. Terus terang, baru kali ini saya mendengar istilah “laotong” yang artinya persaudarian seumur hidup demi masa depan yang lebih cerah tanpa berkonotasi seksual samasekali. Sesederhana dua gadis yang dijodohkan untuk mengikat janji di luar hubungan mereka dengan suami ataupun keluarga masing-masing. Is it possible to do these days in the modern world?

Durasi:
104 menit

U.S. Box Office:
$1,346,503 till Sep 2011

Overall:
7.5 out of 10

Movie-meter:


Notes:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent

Tidak ada komentar:

Posting Komentar