Sabtu, 31 Desember 2011
FLYING SWORDS OF DRAGON GATE : Pendekar Konspirasi Harta Karun Terpendam
Storyline:
Dinasti Ming, pendekar Zhao Huai An berupaya membersihkan korupsi yang melanda penguasa Blok Barat dan Blok Timur yang dipegang oleh Yu Hua Tian. Tanpa diduga kemudian Zhao bertemu Ling Yan Qiu, wanita dari masa lalunya ketika penginapan Dragon Gate masih berdiri. Konon badai pasir yang terjadi 60 tahun lalu telah mengubur sebuah kota tua berisikan harta karun tak ternilai harganya. Kini badai pasir akan terjadi kembali dan kemungkinan gerbang akan terbuka kembali. Zhao dan Ling harus bergabung dengan Gu Shaotang dan Pisau Angin serta kawanan Tartar yang juga mengincar harta tersebut di samping antek istana suruhan Yu Hua Tian yang mencari selir yang kabur dari istana. Duel Zhao dan Yu pun menjadi penentu kubu mana yang akan selamat dari jebakan maut kota tua.
Nice-to-know:
Diproduksi oleh Beijing Liangzi Group, Beijing Poly-bona Film Publishing Company, Bona International Film Group, China Film Group, Film Workshop, Shanda Pictures dan Shineshow dimana bujetnya menghabiskan 35 juta dollar Amerika.
Cast:
Jet Li sebagai Zhao Hui An
Zhou Xun sebagai Jade / Lin Langqiu
Kwan Mei Lun sebagai Tribal Princess
Chen Kun sebagai Yu Hua Tian
Li Yuchun sebagai Gu Shaotang
Fan Siu-Wong
Director:
Merupakan film ke-44 bagi Tsui Hark setelah terakhir menggarap Detective Dee and the Mystery of the Phantom Flame di tahun 2010.
Comment:
Tsui Hark bisa jadi masih terbuai dengan kesuksesannya meraih penghargaan Sutradara Terbaik dalam Hongkong Film Festival lewat film terakhirnya. Namun ia tidak berpangku tangan karena Flying Swords of Dragon Gate yang lebih tepat dikategorikan sekuel ini bukanlah proyek main-main. Jangan bandingkan dengan New Dragon Gate Inn (1992) yang juga disutradarainya itu atau judul serupa yang ditangani oleh King Hu di tahun 1996. Kemiripan ada pada tokoh dan latar belakang peristiwa meskipun timelinenya tidak dijelaskan apakah persis sama atau tidak.
Tsui tampaknya mengerti benar akan fungsi efek 3D yang baik. “Kedalaman” visualisasinya cukup memukau apalagi “pergerakan” berbagai macam senjata tradisional Cina yang amat bervariasi di tangan Jet Li, Zhou Xun, Li Yu Chun, Chen Kun ataupun Kwan Mei Lun. Kesemua aktor-aktris itu juga secara terampil menampilkan teknik bertarung yang unik sesuai dengan fungsi pedang, golok, keris, busur panah dsb tersebut. Anda akan berdecak kagum dibuatnya karena seakan ada di tengah-tengah medan pertarungan yang sengit.
Harus diakui Jet Li yang sudah memasuki usia paruh baya tidak dapat dieksplorasi secara maksimal kemampuan bertarungnya seperti dahulu. Namun ia tetap terlihat lincah dan enerjik jika harus beradu senjata dengan lawan mainnya baik dalam jarak dekat ataupun sambil terbang sekalipun. Meski demikian, kesulitan Jet Li menjalin chemistry dengan lawan mainnya masih tidak berubah, tanpa terkecuali dengan Zhou Xun yang memang jauh lebih muda darinya.
Twist yang disiapkan di akhir cerita juga sukses mendobrak pakem film kungfu Mandarin yang jarang sekali dilakukan. Belum lagi dualisme karakter yang dimainkan Chen Kun di sepanjang film, satu sebagai tokoh baik dan lainnya penjahat sekaligus merupakan inovasi tersendiri yang patut diapresiasi. Tidak ada yang bermain di bawah standar disini walaupun harus membagi porsi satu sama lainnya sesuai dengan kebutuhan cerita yang juga dilengkapi dengan setting lokasi yang amat variatif ini.
Umumnya saya tidak menyukai CGI yang terlalu dominan dalam remake film klasik Asia beberapa tahun terakhir, sebut saja yang terbaru adalah Sorcerer and the White Snake. Namun dalam film ini, semua aspek terjalin dengan baik dalam spesial efek yang terlihat wajar dan sesuai kebutuhan. Memang bagian penutup film yang mengambil setting “Kota Emas” terasa berlebihan apalagi duel “badai pasir” yang agak tidak masuk akal itu. Editingnya di menit-menit terakhir sedikit merusak estetika film yang terkesan ingin menyiasati logika penonton atau sekedar mempecepat durasi. Entahlah!
Terlepas dari kekurangan yang terjadi di ending, Flying Swords of Dragon Gate adalah tontonan banyak aksi dan sedikit drama yang amat memuaskan anda kalau tidak mau diakui sebagai film epik Asia terbaik tahun 2011. Sangat direkomendasikan untuk ditonton dalam format 3D demi mempertegas nilai jualnya. Mata anda akan dimanjakan dan hati anda akan berdebar-debar dibuatnya menyaksikan berbagai pertarungan tingkat tinggi. Sayangnya grup 21cineplex tampak kurang percaya diri dengan merilis film ini di segelintir bioskop ibukota saja.
Durasi:
120 menit
Overall:
8 out of 10
Movie-meter:
Notes:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
Tidak ada komentar:
Posting Komentar