Tagline:
Pejuang atau pecundang,
Pahlawan atau terbuang,
Persiangan atau persaudaraan..
Cerita:
Ditugaskan mencari adik kandungnya, Sekar yang berangkat lebih dahulu, Mayang berangkat ke Hongkong dengan restu kedua orangtuanya, Sukardi dan Lastri yang terkesan lebih menyayangi adiknya itu. Sebagai TKW, Mayang bekerja pada suami istri dan satu putra bernama Sai Jun yang gemar berkelahi. Lambat laun Mayang mulai mengenal kehidupan di negara asing tersebut terlebih setelah bergaul dengan sesama TKW termasuk Gandi yang dianggap "bapak" oleh para TKW. Belum lagi pertemuannya dengan Vincent, pemasok yang menaruh hati padanya. Lewat serangkaian peristiwa, Mayang berkesempatan bertemu dengan Sekar yang menghilang begitu saja. Akankah konflik kakak-beradik tersebut dapat terselesaikan pada akhirnya?
Nice-to-know:
Diproduksi oleh Pic[k]lock Production dan press conferencenya diadakan di PPHUI beberapa waktu lalu.
Cast:
Cukup lama absen bermain film dan pernah mengesankan dalam Ca Bau Kan (2002), Lola Amaria kembali lagi dengan peran utama sebagai Mayang, TKW yang baru 3 bulan menyesuaikan statusnya di Hongkong.
Pernah memenangkan beberapa penghargaan melalui Mereka Bilang Saya Monyet (2008), Titi Sjuman disini kebagian karakter Sekar yang cerdas dan keras hati.
Donny Alamsyah sebagai Vincent.
Donny Damara sebagai Gandi.
Imelda Soraya.
Permatasari Harahap.
Director:
Lola Amaria bekerjasama dengan penulis skenario handal, Titien Wattimena.
Comment:
Beruntung drama ini tidak terjebak pada pembahasan masalah yang itu-itu saja seperti yang sudah-sudah-sudah. Prolog dibuka dengan lambat dan tidak terlalu menarik. Pengenalan karakter Mayang dari berbagai sudut pandang mungkin dimaksudkan agar penonton benar-benar masuk pada sentralisasinya. Selain itu beberapa karakter TKW juga dihadirkan mulai dari yang lesbian, memiliki pacar matrealistis, senang belanja, berhutang dsb. Tak lupa penggunaan judul dijelaskan juga bahwa setiap hari Minggu pagi semua komunitas TKW berkumpul di Victoria Park yang tersohor itu. Setelah 30 menit berlalu, barulah konflik-konflik mulai dihadirkan dan intensitas cerita semakin diperdalam. Terus terang ini menjadi mengasyikkan apalagi didukung dengan permainan watak Lola dan Titi yang gemilang. Lola berhasil berbagi layar dengan siapapun ia bersinergi. Kontrol emosi Titi lewat karakter Sekar yang sebetulnya bukan tokoh utama terasa sangat meningkat dari awal sampai memuncak di akhir. Sayangnya tokoh Gandi yang dibawakan Damara terasa terlalu flamboyan dan tanggung, tidak mencerminkan kebapakan yang sudah banyak makan asam garam. Sebaliknya Alamsyah cukup bertaji sebagai WNI keturunan yang berpencaharian disana. Kesemuanya dibalut dengan sinematografi Hongkong yang indah dan wajar serta penggunaan bahasa Jawa yang konsisten sepanjang film. Klimaks Minggu Pagi Di Victoria Park dapat dikatakan kaya makna dengan bahasa gambar, bahasa tubuh yang solid. Jelas merupakan salah satu film terbaik nasional tahun ini meskipun mengalami penundaan jadwal tayang hingga beberapa kali!
Durasi:
100 menit
Overall:
8 out of 10
Movie-meter:
6-sampah!
6.5-jelek ah
7-rada parah
7.5-standar aja
8-lumayan nih
8.5-bagus kok
9-luar biasa
keren jd pngen nnton....
BalasHapus