Senin, 31 Mei 2010
LE GRAND CHEF : Pertarungan Dua Jago Masak Perebutkan Kehormatan
Koki muda berbakat, Sung Chan mengundurkan diri dari dunia memasak setelah sebuah tragedi terjadi pada kontes kelas dunia. Bersembunyi di kota kecil bersama kakeknya, Sung Chan menemukan kedamaian sebagai petani penjual sayuran di pasar lokal. Hingga suatu hari, Sung Chan bertemu Su Jin yang mengagumi masakannya dan mendorong Sung Chan untuk kembali ke permukaan menantang saingan abadinya, Joo Bong sekaligus memperebutkan pisau legendaris Koki Kerajaan demi memulihkan nama baiknya.
Nice-to-know:
Terinspirasi dari komik karya Ha Yeong-min.
Cast:
Kim Kang-woo sebagai Sung-chan
Im Won-hie sebagai Bong-Joo
Lee Ha-na sebagai Jin-su
Director:
Sutradara senior asli Korea bernama Jeon Yun Su pernah menggarap drama romantis, My Girl And I (2005) yang sempat diputar di Blitz Megaplex juga.
Comment:
Selayaknya film mengenai memasak, tentunya sutradara harus membuat segala sesuatunya terlihat lezat dengan cara memasak yang meyakinkan. Dan Jeon cukup berhasil menyajikannya dengan tampilan menarik masakan yang dihasilkan di luar poin minus tidak adanya zooming yang mempertontonkan kemampuan para aktornya secara langsung. Lalu bagaimana dengan plot ceritanya sendiri? Karena diangkat dari komik populer, rasanya tidak perlu banyak perubahan yang mendasar dari aslinya. Seorang koki yang berusaha bangkit dari trauma kegagalan masa lalu. Simpel bukan? Kim dan Im berhasil menciptakan performa tukang masak yang brilian dengan semangat persaingan yang kental. Sayangnya tidak didukung pengembangan karakter yang maksimal mengingat cukup banyak subplot yang sebetulnya tidak terlalu penting. Adaptasinya terkesan sama persis mulai dari frame halaman komik hingga penjejalan semua bab di dalamnya sehingga kedinamisan sebuah film layar lebar sedikit terganggu. Sedikit mengingatkan saya pada film Mandarin (alm) Leslie Cheung yaitu Master Cook di pertengahan 1990an. Le Grand Chef bukan karya yang buruk tetapi cukup membosankan sebagai sebuah tontonan berdurasi cukup panjang. Mungkinkah komiknya jauh lebih menarik?
Durasi:
110 menit
Asian Box Office:
3,038,868 in South Korea.
Overall:
6.5 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
Minggu, 30 Mei 2010
PRINCE OF PERSIA : THE SANDS OF TIME Pasir Waktu Gulingkan Kekuasaan Raja Persia
Prince Dastan-You really enjoy telling me what to do, don't you? Tamina-Only because you are so good at following orders. Prince Dastan-Don't press your luck.
Storyline:
Di bawah pemerintahan Raja Sharaman dari Persia, Dastan muda tumbuh menjadi petarung sekaligus pangeran yang tangguh di jalan Nasaf bersama kedua saudara angkatnya, Garsiv dan Tus. Mereka bertiga kerapkali membahas strategi peperangan yang membuat pertarungan dengan musuh terasa mudah. Saat Tus menyerang Kota Suci untuk mengungkap suatu rahasia, Dastan bertemu Putri Tamina. Sayangnya beberapa saat kemudian, Dastan malah dituduh membunuh Raja Sharaman yang meninggal secara misterius. Dastan mau tak mau terpaksa lari dan bersama Putri Tamina berupaya memecahkan misteri pasir waktu yang diyakini dapat merubah sejarah sekaligus membersihkan namanya dari musuh tak terlihat yang punya rencana jahat.
Nice-to-know:
Pada screening pertama di Inggris, sutradara Newell yang sudah mengenal Gyllenhall dari usia 7 tahun selalu berpikir Jake adalah orang yang tepat untuk peran Dastan. Padahal sewaktu casting sempat dikabarkan Orlando Bloom atau Zac Efron untuk karakter tersebut.
Act:
Memulai karir akting di usia 11 tahun dalam City Slickers (1991), Jake Gyllenhaal merupakan salah aktor aktor muda bermasa depan cerah di Hollywood. Terbukti kesempatannya memerankan Dastan di game legendaris ini datang di saat yang tepat.
Peran epik keduanya berturut-turut setelah Io dalam Clash Of The Titans (2010), Gemma Arterton bermain sebagai Tamina yang cantik dan menguasai legenda kuno Persia. Aktor senior Inggris bernama Ben Kingsley ini pertama kali bermain dalam Fear Is The Key (1972). Kali ini kebagian peran Nizam, paman Dastan yang keras hati.
Director:
Sutradara senior asal Inggris bernama Mike Newell ini karirnya berawal dari televisi dan mulai dikenal di layar lebar lewat Into The West (1992) yang banyak memenangkan penghargaan internasional di beberapa festival film.
Comment:
Harap buang jauh-jauh pikiran akan buruknya film adaptasi game terkenal karena film ini jelas bukan salah satunya! Dari mulai masa produksinya sudah digadang-gadang akan meraih kesuksesan terutama karena jaminan nama produser Jerry Bruckheimer dan sutradara Mike Newell, belum lagi bujet 150 juta dollar yang tergolong berani karena banyaknya film adaptasi game yang hancur lebur di pasaran. Nyatanya keraguan dijawab tuntas. Pertama, formula serupa Pirates of the Caribbean kembali lagi yaitu menulis ulang cerita, di luar storyline game yang sudah mendunia tetapi tidak menghilangkan elemen dasar yang ada yang tentunya sudah dikenal pecinta gamenya. Kedua, visualisasinya Timur Tengah nya indah termasuk dari setting dan kostum yang sangat sesuai, lihatlah kota Alamut dan lanskap padang pasirnya. Ketiga, koreografi dan adegan laganya sangat menjual dari awal sampai akhir. Dari jajaran cast, pemilihan Gyllenhaal tidak salah, dengan rambut panjang dan baju perang ia terlihat gagah dan bernuansa Timur Tengah. Sama halnya dengan Arterton yang ayu dan eksotis. Keduanya berbagi chemistry yang wajar. Di luar keduanya, semua bermain maksimal apalagi kapasitas Kingsley yang tidak perlu diragukan lagi. Namun dari semua yang dijelaskan di atas, bukan berarti film ini tanpa kekurangan. Pertama, kemampuan Dastan termasuk "luar biasa" dalam lompat dari satu gedung ke gedung yang lain dan menghindari serangan senjata bertubi-tubi. And you expect us to believe it? Come on, make it more real! Kedua, background waktu dan masa yang dihadirkan rasanya seperti tempelan saja, keakuratan perlu dipertanyakan dengan lebih detail. Ketiga, unsur humornya sangat minimal. Ini dirasa penting terutama saat jeda dari intensitas tinggi. Prince of Persia : the Sands of Time dapat dikatakan memuaskan mayoritas audiens dan diharapkan sekuelnya yang rasanya sangat mungkin akan lebih baik lagi dengan inovasi-inovasi yang lebih kreatif lagi.
Durasi:
115 menit
U.K. Box Office:
£1,371,066 in opening week mid May 2010.
Overall:
7.5 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
Sabtu, 29 Mei 2010
OCEANS : Kehidupan Bawah Laut Yang Menakjubkan
Explore the depths of our nation's oceans. Experience the stories that connect their world to ours.
Storyline:
Nyaris tiga perempat belahan bumi ditutupi air dan film ini secara tegas membabarkan penjelajahan misteri yang terdapat di dalamnya termasuk eksplorasi manusia terhadap ekosistem bawah laut dan juga jenis-jenis makhluk hidup yang mungkin tidak pernah anda bayangkan sebelumnya.
Nice-to-know:
Merupakan film kedua yang didistribusikan Disneynature setelah Earth (2008) untuk menyambut Hari Dunia yang jatuh pada tanggal 22 April 2010.
Cast:
Untuk versi Inggrisnya, narator disuarakan oleh mantan James Bond, Pierce Brosnan.
Director:
Jacques Perrin sempat dinominasikan Best Picture Academy Awards 1970 bersama Ahmed Rachedi lewat Z (1969) kali ini dibantu astrada, Jacques Cluzaud.
Comment:
Jika sebelumnya ada Earth (2008) secara luar biasa sukses di pasaran internasional maka film ini dapat dikatakan lebih spesialis pada kehidupan bawah laut. Kamera berteknologi tinggi dari berbagai sudut termasuk yang disematkan kepada helikopter elektrik yang dikendalikan remote kontrol dan juga speedboat berhasil menyorot gambar-gambar menakjubkan. Coba bayangkan ikan paus yang berjumpalitan di udara, ikan sarden yang berenang berkelompok dengan cepat atau pertempuran antar ekosistem demi bertahan hidup. Semua itu merupakan kerja keras bertahun-tahun sutradara dan tim produksi yang berkelana di berbagai belahan dunia. Narasi yang dijabarkan bisa dikatakan minimal dan tidak menggurui samasekali meskipun tetap menyelipkan pesan moral akan perilaku manusia menjamah ataupun mencemari lautan dengan sesuka hati. Endingnya ditutup oleh penggambaran kapal laut yang berjuang mengatasi badai cuaca yang ganas di tengah lautan dengan ombak berpuluh-puluh kaki yang menerjang. Walaupun secara keseluruhan kualitasnya masih sedikit di bawah Earth dalam hal pengaturan tempo dan tensi penceritaan, Oceans tetap layak tonton bagi anda dan keluarga yang peduli akan lingkungan tentunya.
Durasi:
90 menit
U.S. Box Office:
$18,524,665 till end of May 2010.
Overall:
7 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
Jumat, 28 Mei 2010
THE LOSERS : Kebangkitan Sekelompok Pecundang Terkhianati
Pooch-Oh my God, I'm the Black Macgyver.
[pause]
Pooch-Blagyver.
Storyline:
Anggota U.S. special force masing-masing Jensen, Roque, Pooch, Cougar yang dikomandani oleh Clay tiba-tiba menjadi sorotan media karena menyebabkan 25 anak Bolivia terbunuh dalam suatu misi karena pengkhianatan Max. Mereka berlima membuang identitas dan hidup bersembunyi di Karibia. Semua mulai berubah saat anggota C.I.A yang cantik, Aisha menawarkan kehidupan mereka kembali seperti semula dengan cara menghentikan Max yang berencana membeli senjata mutakhir berteknologi tinggi yang bisa meleburkan dunia tanpa sisa dalam sekejap! Berhasilkah Clay dkk menuntaskan misi tersebut sambil tetap berjalan di bawah radar?
Nice-to-know:
Skripnya didasarkan pada bagian awal komik "The Losers" yang muncul dalam edisi 1-6 DC Vertigo comic ditulis oleh Andy Diggle dan digambar oleh Jock.
Act:
Boleh dibilang Jeffrey Dean Morgan telat bersinar justru di usia memasuki pertengahan padahal memulai karir layar lebar dalam Uncaged (1991). Kali ini sebagai Clay, Dean Morgan kembali menunjukkan kharismanya.
Baru saja memesona dalam film terlaris sepanjang masa Avatar (2009), Zoe Saldana disini sebagai Aisha, si cantik yang misterius.
Pernah mendukung sekuel yang dianggap gagal, Speed 2 : Cruise Control (1997), Jason Patric bermain antagonis sebagai Max.
Chris Evans sebagai Jensen
Idris Elba sebagai Roque
Columbus Short sebagai Pooch
Óscar Jaenada sebagai Cougar
Director:
Sylvain White terakhir menggarap Stomp The Yard (2007) yang banyak bertaburan bintang-bintang Afro-Amerika termasuk penyanyi R&B kontroversial, Chris Brown.
Comment:
Memasuki musim panas, banyak sekali film-film yang diunggulkan meraih hit termasuk salah satunya ini. Tanpa ekspektasi apa-apa, saya menyaksikannya hanya sekadar mengisi waktu. Pada akhirnya merasa terhibur dengan aksi-aksi yang disuguhkan. Dan rasanya itulah yang seharusnya dilakukan anda juga yaitu jangan menaruh harapan tinggi! Semua elemen film aksi ada disini seperti pahlawan yang dikhianati, sekelompok protagonis yang memiliki keahlian masing-masing, antagonis yang ingin menguasai dunia dan tentunya gadis cantik seksi bersenjata yang tangguh. Belum lagi kejar-mengejar, tembak-menembak jarak jauh maupun dekat, ledakan mobil helikopter dsb. Keseluruhan unsur tersebut untungnya dikombinasikan sutradara White dengan humor yang memancing tawa sehingga plotnya yang mudah ditebak menjadi sedikit terselamatkan. Dean Morgan rasanya terlihat terlalu tua untuk bertarung tetapi memperlihatkan akting yang baik sebagai pemimpin. Evans cukup mencuri perhatian dengan pakaian warna-warninya sepanjang film. Saldana agak sulit mengesankan karena masih terkenang peran Neytiri yang legendaris itu, Short, Elba dan Jaenada terlihat kelebihannya dari fisik yang kokoh sehingga cocok dalam film semacam ini, Kesatuan protagonis tersebut tidak diimbangi oleh antagonis yang terkesan canggung termasuk Patric dan McCallany. Endingnya mungkin sudah dapat diduga audiens tetapi memungkinkan adanya sekuel jika The Losers ini laris. Kita tunggu saja!
Durasi:
95 menit
U.S. Box Office:
$23,082,102 till end of May 2010.
Overall:
7 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
Kamis, 27 Mei 2010
DEPARTURES : Ketika Kematian Membuka Gerbang Kehidupan Baru
The gift of last memories.
Storyline:
Pemain celio, Daigo Kobayashi dilanda kebimbangan setelah orkestra tempatnya bernaung dibubarkan. Ia akhirnya memutuskan kembali ke kampung halamannya bersama istrinya, Mika. Daigo melihat iklan lowongan pekerjaan di koran berjudul "Keberangkatan" dan memutuskan untuk melamar posisi tersebut demi menyambung hidup. Ternyata yang dimaksud adalah pemberangkatan orang meninggal sebelum memasuki gerbang kehidupan yang baru! Daigo menerima pekerjaan itu dan berguru pada Tsuyako dan asistennya, Yuriko. Dari rasa enggan, Daigo mau tidak mau belajar bahwa pekerjaan barunya itu mempunyai arti yang lebih bagi sebagian orang.
Nice-to-know:
Memenangkan gelar Film Berbahasa Asing Terbaik dalam Academy Awards 2009.
Act:
Masahiro Motoki sebagai Daigo Kobayashi
Tsutomu Yamazaki sebagai Ikuei Sasaki
Ryoko Hirosue sebagai Mika Kobayashi
Kazuko Yoshiyuki sebagai Tsuyako Yamashita
Kimiko Yo sebagai Yuriko Kamimura
Director:
Sutradara kawakan Jepang berusia 55 tahun, Yojiro Takita sempat membesut Ashura (2005) yang juga diputar di Indonesia itu.
Comment:
Tempo drama Jepang biasanya lambat dengan suasana depresif. Setidaknya itulah yang ada di pikiran saya saat menyaksikan poster film ini di Jiffest 2009 yang lalu. Namun melihat review positif dan juga fakta film Asia Timur ini berjaya di ajang sekelas Oscar, saya baru berkesempatan menyaksikannya nyaris setahun kemudian! Prolog dibuka dengan pengenalan pada karakter Daigo yang tidak beruntung. Meskipun berbakat dalam memainkan cello toh nasib tidak berpihak padanya saat menerima pekerjaan yang bagi sebagian besar orang sangatlah rendah dan menjijikkan karena menerima uang di saat orang berduka. Awalnya ia merasa demikian sampai akhirnya menyadari upacara pelepasan itu sangatlah penting bagi keluarga yang ditinggalkan. Peran itu dilakoni oleh Motoki dengan sangat wajar dan terjaga emosionalnya. Lihatlah caranya memandikan, memakaikan baju dan merias mayat yang juga diperlihatkan secara detail lagi di credit title. Belum lagi penjiwaannya dalam memainkan cello seakan unsur kesepian dan putus asa benar-benar melekat padanya. Sejak mula, audiens seperti halnya Daigo enggan melihat upacara tersebut tetapi lambat laun dapat memaknainya dan diajak juga melihat dari sudut pandang keluarga yang sedang berduka dengan segala macam emosinya. Cast lain juga dengan gemilang mendukung penceritaan beberapa sub plot yang dibangun dan pada akhirnya mengukuhkan suatu lingkaran penuh. Sutradara Takita membangun mood film yang sendu lewat alunan cello sebagai musik latar yang terasa pas hingga menutupnya dengan ending yang brilian. Departures akan membawa anda sebuah pengalaman baru bersinema yang ironisnya dilihat dari sudut pandang kematian dimana rasanya setiap momen kehidupan terasa sangat berharga untuk dilewatkan begitu saja. Tidak diragukan sebagai salah satu film Asia terbaik sepanjang masa!
Durasi:
125 menit
Asian Box Office:
$61,010,217 till mid Apr 2009 in Japan.
Overall:
8 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
Rabu, 26 Mei 2010
KITES : Akhir Perjalanan Cinta Terlarang
Bekerja serabutan mulai dari guru tari, penjual popcorn, pedagang DVD bajakan hingga dibayar sebagai suami kontrak bagi kaum pendatang yang ingin mendapatkan greencard, Jay juga kerapkali mengadu nasib di kasino Las Vegas milik Bob. Saat didekati Gina, putri Bob, Jay mulai melihat titik cerah masa depannya yang terjamin. Namun semua berantakan saat menghadiri pesta pertunangan Tony, kakak Gina, dengan Natasha yang tak lain adalah wanita yang menyewa jasanya terakhir kali di kantor catatan sipil! Sejak awal Jay jatuh hati dengan Natasha dan mulai bermain api diam-diam tanpa menyadari bahwa perbuatan itu mungkin mengancam apa yang sudah mereka miliki.
Nice-to-know:
Dibuat dua versi yaitu Hindi dan Internasional yang digarap oleh Brett Ratner yang memangkasnya menjadi 90 menit.
Act:
Mulai mencuri perhatian setelah menang Best Actor dalam Filmfare Award 2001 lewat Kaho Naa... Pyaar Hai (2000), Hrithik Roshan sebagai Jay
Sempat memenangkan MTV Movie Award 2002 kategori Hottest Girl lewat Inspiracion (2001), Bárbara Mori sebagai Natasha.
Nicholas Brown sebagai Tony.
Kabir Bedi sebagai Bob.
Kangana Ranaut sebagai Gina.
Anand Tiwari sebagai Robin.
Director:
Anurag Basu sebelumnya menggarap Life in a Metro (2007) yang sempat memenangkan Filmfare Awards 2008.
Comment:
Cukup jarang film India diputar di jaringan bioskop XXI dan hal tersebut membuat saya penasaran apalagi melihat posternya yang eye-catchy. Plotnya sendiri bisa dibilang campur aduk sehingga adegan-adegannya pun demikian bervariasi mulai dari tarian, kejar-kejaran, kebut-kebutan motor/mobil, tembak-tembakan, ciuman, pernikahan, perjamuan dsb. Beruntung semuanya didukung oleh sinematografi yang indah dan mixing scenes yang cukup runut sehingga tidak terkesan norak. Chemistry Roshan dan Mori cukup pas. Mori cantik eksotis dan ekspresif meskipun aslinya Uruguay. Roshan yang terkesan menjual "tubuh"nya disini nyaris melakukan semua adegannya sendiri termasuk menari di awal film hingga berbaku hantam. Semua elemen yang ditawarkan disini hampir tidak ada yang baru. Tensinya pun turun naik dan agak slow di depan. Bujet besar cukup membantu penggunaan banyak lokasi yang indah. Namun sutradara Basu seperti kebingungan menutup film supaya tidak terkesan klise ataupun terlalu eksperimental, akhirnya ia memilih "happy ending" dengan caranya sendiri yang menurut saya cukup janggal dan dipaksakan. Judul layangan sendiri dibahas sebagai narasi pembukaan film dengan sedikit filosofis yang dikaitkan dengan cinta. Sesungguhnya Kites bergenre thriller romantis tetapi masih terasa tanggung disana-sini. Kesimpulan akhir: average saja!
Durasi:
120 menit
U.S. Box Office:
$958,773 in opening week May 2010.
Overall:
7 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
Senin, 24 Mei 2010
RATU KOST-MOPOLITAN : Bahu Membahu Menyelamatkan Kost Dari Premanisme
Gina, Tari dan Zizi ngekos di tempat Ibu Laksmi di suatu gang sempit nan padat ibukota Jakarta walaupun harus menunggak pembayaran berbulan-bulan. Ketiganya yang masih berstatus mahasiswi pun bertekad mencari penghasilan tambahan, Gina menjadi wartawan freelance, Tari menjadi instruktur aerobik, Zizi menjadi seniman tatoo. Selain itu ada juga Seno, ketua Karang Taruna favorit mereka yang menyambi menjadi caddy di sebuah golf club. Ketenangan lingkungan seketika terganggu saat kepala preman, Rido datang bersama antek-anteknya yang bertujuan menguasai tanah yang akan diambil alih oleh PT. Garda Utama. Gina, Tari, Zizi bersama Seno pun memutar otak untuk mengusir Rido cs sekaligus mengamankan apa yang seharusnya menjadi hak warga setempat!
Nice-to-know:
Diproduksi oleh MVP Pictures dan gala premierenya dilangsungkan di fX tanggal 24 Mei yang lalu.
Cast:
Cukup lama absen bermain film, Luna Maya kembali sebagai Gina yang cantik dan bercita-cita menjadi wartawan untuk menyambung hidup.
Terakhir bermain dalam Air Terjun Pengantin, Tyas Mirasih disini berperan sebagai Tari yang seksi dan juga berani.
Debutan Imey-Liem bermain sebagai Zizi yang percaya pada hal-hal mistik.
Fathir Muchtar sebagai Seno, ketua Karang Taruna yang tampan dan lucu.
Reza Pahlevi sebagai Rido, ketua preman yang aneh bin ajaib.
Yattisurachman sebagai Ibu Laksmi, pemilik kost.
Adi Kurdi dan Verina Widodo sebagai Bapak dan Ibu RT.
Director:
Ody C. Harahap terakhir mendirect Punk In Love mengenai empat muda-mudi punkers yang melakukan perjalanan ke Ibukota itu.
Comment:
Menyaksikan film ini mau tidak mau mencermati dua hal utama yaitu cerita dan humor. Dari segi cerita, harus diakui memang dangkal. Sebetulnya dangkal tidak menjadi masalah asal dibangun dengan struktur yang kuat. Namun film ini seakan menempatkan terlalu banyak hal di paruh pertama durasinya dan memaksa penonton untuk menerima saja situasi yang dihadirkan tersebut. Memang menginjak paruh kedua tidak terlalu mengganggu lagi tetapi tetap saja secara logika bercerita terasa ada sesuatu yang kurang. Dari segi humor mesti diapresiasi karena karakter Gina, Tari dan Zizi seakan mengingatkan kita pada Warkop DKI dan Luna, Tyas dan Imey tampil cukup kompak bahu-membahu mengatasi problema yang ada dengan solusi yang sekenanya. Tingkah laku ketiganya juga terasa spontan dan tidak dibuat-buat meski unsur berlebihan tidak dapat dihilangkan begitu saja. Beberapa adegan slapstik juga terkesan tempelan belaka tanpa alasan yang kuat seperti contohnya adegan Seno berganti pakaian yang diiringi instrumen yang nyaris sama persis dengan My Love nya Justin Timberlake?! Ataupun adegan bloon perilaku Rido dan anak buahnya yang absurd itu. Sutradara Ody yang juga merangkap sebagai penulis pada akhirnya cukup berhasil menjadikan Ratu Kost-mopolitan sebuah tontonan yang kocak menghibur walaupun dari penggarapan skrip masih kurang matang.
Durasi:
100 menit
Overall:
7 out of 10
Movie-meter:
6-sampah!
6.5-jelek ah
7-rada parah
7.5-standar aja
8-lumayan nih
8.5-bagus kok
9-luar biasa
Minggu, 23 Mei 2010
SHREK FOREVER AFTER : Lari Ke Dunia Magis Yang Menjebak
Donkey-Man, you are a cat-tastrophe.
Puss in Boots-And you, are ri-donk-ulous.
Storyline:
Kehidupan Shrek dengan Fiona dan tiga bayi ogre yang tenang seketika membuat Shrek jemu dan rindu pada masa lalunya yang bebas merdeka tanpa beban. Keluh kesah ini dengan oleh Rumpelstiltskin yang kemudian menawarkan perjanjian magis untuk Shrek kembali ke masa lalu selama sehari, hanya ditukar sehari dari masa lalunya. Shrek menyetujui tanpa mencium gelagat buruk. Setelah menjalani kehidupan lamanya kembali, Shrek baru menyadari ia kehilangan keluarga dan teman-temannya itu dimana semua orang yang dikenalnya menjadi orang lain disini. Berpacu sebelum matahari terbit, Shrek harus mendapat ciuman dari cinta sejatinya atau musnah selamanya dari peradaban!
Nice-to-know:
Dikabarkan sebagai penutup dari trilogi Shrek sebelumnya sekaligus satu-satunya yang menggunakan teknologi RealD-3D and IMAX 3D.
Voice:
Mike Myers sebagai Shrek
Eddie Murphy sebagai Donkey
Cameron Diaz sebagai Princess Fiona
Antonio Banderas sebagai Puss in Boots
Julie Andrews sebagai Queen
Jon Hamm sebagai Brogan
John Cleese sebagai King Harold
Craig Robinson sebagai Cookie
Walt Dohrn sebagai Rumpelstiltskin / Priest / Krekraw Ogre
Director:
Mike Mitchell terakhir membesut film superhero SMU yaitu Sky High (2005). Shrek 4 ini adalah hanya karya ke-6 nya sejauh ini di luar beberapa serial teve yang ditanganinya juga.
Comment:
Ketiga film Shrek sebelumnya yang terkonsep dengan sangat baik merupakan salah satu animasi favorit saya sepanjang masa. Namun saat mendengar akan ada film keempat dan membaca plotnya, saya cukup pesimis dengan kualitas film ini. Betapa tidak? Shrek diajak masuk ke dunia magis karena keinginannya lari dari kenyataan. Sepintas terdengar seperti campuran Bedazzled, Aladdin ataupun It's A Wonderful Life. Beruntung para pengisi suara melaksanakan tugas masing-masing dengan sangat baik sehingga kedalaman penjiwaan karakterisasinya terasa maksimal. Terima kasih juga pada Walt Dohrn yang memberikan nafas antagonis yang menjadi sumber permasalahan disini. Tokoh-tokoh utamanya selain Shrek di dalam Far Far Away dijungkir balikkan sifat dan peranannya, itu yang membuat installment keempat ini cukup fresh di luar fakta bahwa sebetulnya tidak ada yang baru dari apa yang mereka tawarkan. Animasinya masih terkonsep dengan baik walau unsur magisnya tidak terlalu kental seperti seri-seri sebelumnya. Humornya juga seimbang dan sudah diduga banyak datang dari Donkey dan Puss. Di luar semua uraian tersebut, Shrek Forever After masih merupakan dongeng yang membumi dan mengedepankan pelajaran hidup yang sangat berharga bagi kita semua. Tentunya seperti yang sudah-sudah, endingnya ditutup dengan manis dan kuat dalam menyampaikan pesan yang diembannya. Well done! Semoga ini benar-benar menjadi film penutup dan keempat serinya akan memorable bagi para moviegoers di seluruh dunia.
Durasi:
90 menit
Overall:
7.5 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
Sabtu, 22 Mei 2010
KICK ASS : Kala Pecundang Berusaha Menjadi Pahlawan Super
Dave Lizewski-If it wasn't for you, I'd be dead.
Hit Girl-And if it wasn't for you... my dad wouldn't be.
Storyline:
Siswa SMU cupu, Dave Livewski yang menyukai komik bercita-cita menjadi pahlawan super terlebih setelah maraknya kejahatan terjadi di sekelilingnya. Lewat internet, Dave membeli sebuah kostum hijau dan menamakan dirinya Kick Ass, pahlawan tanpa kekuatan super. Dalam sebuah kejadian membela seseorang dari keroyokan anggota gang, Kick Ass tertangkap video dan kamera yang kemudian membuatnya terkenal seantero Amerika! Di luar dugaan, tindakannya itu mengundang perhatian bos mafia, Frank D'Amico yang terganggu olehnya. Dibantu superhero sebayanya Red Mist, dan ayah-anak, Big Daddy-Hit Girl, Kick Ass pun berjuang menuntaskan misinya memberantas gerombolan D'Amico.
Nice-to-know:
Daniel Craig dan Mark Wahlberg sempat dicast untuk peran Big Daddy dalam film yang komiknya dihasilkan oleh Stan Lee yang juga muncul sebagai cameo disini.
Act:
Sudah bermain serial televisi sejak usia 11 tahun, aktor muda Inggris bernama Aaron Johnson ini didapuk sebagai Dave Lizewski alias Kick Ass.
Pernah mengisi suara animasi Disney Bolt (2008), Chloe Moretz didaulat sebagai Mindy Macready alias Hit Girl.
Clark Duke dan Evan Peters sebagai duo tandem Kick Ass yaitu Marty dan Todd.
Love interest Kick Ass yaitu Katie Deauxma dimainkan oleh Lyndsy Fonseca.
Tak ketinggalan aktor yang rajin bermain film yaitu Nicolas Cage sebagai Big Daddy.
Director:
Pria kelahiran London pada 7 Maret 1971 bernama Matthew Vaughn ini terakhir lumayan berhasil menangani Stardust (2007) yang cukup disukai kritikus dan publik itu.
Comment:
Saya menyaksikan film ini tanpa ekspektasi apapun selain mendengar bahwa film ini booming di Amerika sana. Dan bagi sebagian besar penonton di belahan dunia bagian Asia mungkin akan sulit menyukainya karena beberapa hal. Awal film mungkin sedikit membosankan menyaksikan kehidupan monoton pecundang bernama Dave LIzewski yang berusaha menjadi seseorang. Beberapa adegan satir yang dialami Dave mungkin membuat kita miris dan berpikir harus ada yang seseorang yang melakukan sesuatu terhadapnya. Sampai titik ini kemunculan Big Daddy dan Hit Girl seakan menjadi jawabannya. Keduanya dibekali skill dan peralatan yang mumpuni untuk syarat menjadi superhero, tentu saja bukan tanpa misi karena masa lalu kelam yang dialami mereka. Adegan bertarungnya seakan perpaduan dari Spiderman dan Kill Bill dengan koreografi yang menarik. Pengeksekusian plotnya juga terasa abnormal karena mengombinasikan kekejamanan, sarkasme, humor dan keputusasaan secara seimbang. Johnson dan Moretz bermain gemilang menerjemahkan karakter utama yang dipercayakan pada mereka. Cage dan Strong juga efektif membagi pengalaman akting mereka. Semua terbantu oleh lagu-lagu Prodigy ataupun Sparks yang pas mengisi adegan bertensi tinggi. Terkadang musik latar mengingatkan pada Watchmen yang bertemakan tidak jauh berbeda. Yang cukup kontroversial adalah fakta bahwa Hit Girl masih berusia 11 tahun tetapi terbiasa dengan kata-kata kasar dan kemampuan membunuhnya yang sangat keras terlepas dari sekelam apapun masa lalunya. Namun jangan biarkan hal tersebut mengganggu pengalaman baru bersinema yang akan anda temukan dalam Kick Ass. I can't say it's good but it's uniquely stylish!
Durasi:
110 menit
U.S. Box Office:
$46,616,232 till mid May 2010.
Overall:
7 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
Jumat, 21 Mei 2010
ROMAN PICISAN : Dilema Di Ambang Pernikahan
Canting mengantar sahabat karibnya Widya yang akan menikah di Bali dengan Tomtom. Sayangnya menjelang detik terakhir, Tomtom tidak hadir di acara tersebut, yang belakangan diketahui karena hasutan sobatnya, Raga yang tidak percaya komitmen. Widya yang putus asa terus disemangati oleh Canting dan Canting terang-terangan menantang Raga bahwa kedua sahabat mereka akan kembali bersama dalam waktu 3 hari! Tanpa disengaja, Raga dan Canting kemudian terdampar di pulau asing dan menghabiskan waktu bersama semalaman penuh. Disana barulah keduanya saling berinteraksi dan tertarik satu sama lain. Namun apakah kebersamaan itu dapat berlanjut saat Canting harus kembali ke Yogya dan menikahi Bimo atas perjodohan orangtuanya?
Nice-to-know:
Diproduksi oleh MD Pictures dan gala premierenya dilangsungkan di eX tanggal 18 Mei yang lalu.
Cast:
Tora Sudiro sebagai Raga
Artika Sari Devi sebagai Canting
Alex Abbad sebagai Tomtom
Ririn Ekawati sebagai Widya
Nungky Kusumastuti sebagai Ibu Canting
Banyu Putra Tanzil sebagai Bimo
Director:
Rako Prijanto terakhir membesut komedi asal berjudul Maling Kutang dan kali ini bekerjasama dengan penulis, Raditya Mangunsong.
Comment:
Tidak jauh berbeda dengan konsep komedi romantis Hollywood kebanyakan yang secara mengejutkan ternyata belum banyak diangkat di perfilman nasional mengenai sahabat-sahabat dari mempelai pria dan wanita yang dari saling membenci hingga mencintai satu sama lain. Beruntung disini penulis Raditya masih mengawinkannya dengan budaya Yogyakarta yang kental terutama segala pernak-pernik batik, musik latar dan adat kekeratonan yang kental di keluarga Canting. Dari jajaran cast, Artika bermain baik seperti biasanya. Dia terlihat cantik, pintar, patuh pada orangtua dan rasional. Sebaliknya Tora masih sedikit membawa gaya lamanya terutama di awal-awal dengan cengengesan tidak jelasnya itu. Di pertengahan hingga akhir sedikit membaik walaupun menurut saya tidak mampu menghapus kesan chemistry mereka berdua terlalu dipaksakan. Semua itu dibungkus Rako, masih dengan unsur kekosongan di setiap filmnya, entah kenapa seperti terasa menggunakan elemen keputusasaan di setiap scenenya tidak peduli scene bahagia ataupun sedih. Endnginya pun terasa dipenggal dan diselesaikan begitu saja. Meski demikian, Roman Picisan tetap cukup layak tonton jika ada waktu luang.
Durasi:
80 menit
Overall:
7 out of 10
Movie-meter:
6-sampah!
6.5-jelek ah
7-rada parah
7.5-standar aja
8-lumayan nih
8.5-bagus kok
9-luar biasa
Kamis, 20 Mei 2010
RAYUAN ARWAH PENASARAN : Seputar Cinta Terlarang dan Gentayangan Penampakan
Rahma-Gw lagi bosen sama susu.
Banci-Ya iyalah. Susu loe sendiri aja udah mau meledak!
Storyline:
Bobby hanya mengenal dua wanita dalam hidupnya. Satu adalah Ira, wanita yang dicintainya. Satu lagi ialah Diana, adik tirinya yang juga disayanginya. Sejak Ira menghilang secara misterius, Bobby kerapkali melihat penampakan makhluk halus yang mengerikan di rumahnya. Hal ini meresahkan Diana yang akhirnya mengajak kekasihnya Remy dan dua temannya untuk bersama-sama menyelidiki apa yang sesungguhnya terjadi pada Ira. Benarkah Ira telah mati terbunuh? Adakah hubungannya dengan peristiwa bom yang terjadi di salah satu jalan sentral ibukota beberapa waktu silam?
Nice-to-know:
Diproduksi oleh K2K Productions dan gala premierenya dilakukan di Setiabudi 21 pada 19 Mei yang lalu.
Cast:
Artis Jepang (Yuzuki) sebagai Ira
Putri Patricia sebagai Diana
Andreano Phillip sebagai Joe Bobby
Dimaz Andrean sebagai Remy.
Rahma Azhari
Director:
Meskipun tidak dicantumkan rasanya KK Dheeraj bisa menggunakan nama apapun juga untuk duduk di kursi sutradara film-film produksinya.
Comment:
Sempat digegerkan dengan Rahma Azhari yang menuntut produser gara-gara adegan syurnya yang sebenarnya sudah digunting sensor dalam film ini malah beredar luas di internet. Entah ini benar atau hanya akal-akalan untuk publisitas film itu sendiri seperti yang terjadi pada film produksi K2K yang lalu, Pijat Atas Tekan Bawah (2009). Satu lagi yang coba dijual KK adalah Artis Jepang? Melihat tulisan itu dalam posternya, saya lantas berujar "wtf?" Tidak bernamakah atau memang tidak cukup punya nama untuk dijual? Belakangan saya tahu aktris tersebut bernama Leah Yuzuki. Kasihan sekali dia hanya mendapat peran gadis yang mengenakan pakaian minim, diikat, disiksa, dilecehkan tanpa satu patah katapun terucap dari bibirnya. Hmm.. Putri Patricia dan Dimas Andrean yang sudah malang melintang di film televisi atau sinetron juga tidak banyak membantu. Andreano juga tidak beda jauh dengan apa yang diperlihatkannya dalam Hantu Puncak Datang Bulan alias Dendam Pocong Mupeng itu. Semua karakter disini terasa tumpang tindih dan tidak penting. Salahkan skrip dan skenario yang terasa ditulis oleh anak belasan tahun dengan ide-ide liarnya termasuk pikiran kotornya mulai dari bersetubuh dengan teman wanita adik, adik perempuan sendiri dsb. Sedikit keberuntungan akan adanya sedikit twist di ending yang setidaknya menjelaskan semua keganjilan dalam plot cerita. Namun tidak menolong penilaian film secara keseluruhan yang tetap berkualitas rendah dan hanya menjual sensualitas belaka.
Durasi:
75 menit
Overall:
6 out of 10
Movie-meter:
6-sampah!
6.5-jelek ah
7-rada parah
7.5-standar aja
8-lumayan nih
8.5-bagus kok
9-luar biasa
Selasa, 18 Mei 2010
(500) DAYS OF SUMMER : Perspektif Hubungan Cinta Unik dan Berbeda
Tom-What happens when you fall in love?
Summer-You believe in that?
Tom-It's love, it's not Santa Claus.
Storyline:
Setelah berpikir Summer Finn meninggalkannya untuk selamanya, Tom Hansen kembali bernostalgia mengenai awal-awal pertemuan dan perkenalannya lebih dari setahun berlalu. Meskipun harus diakui Summer seperti gadis-gadis kebanyakan dari segi fisik, banyak pria yang suka padanya termasuk Tom. Summer sendiri tidak pernah terlalu serius mau terikat hubungan serius ataupun apalah namanya. Keduanya mulai dekat sejak pertemuan pertama di perusahaan design kartu ucapan dan melakukan banyak hal bersama. Namun apakah takdir dan pilihan bisa disatukan pada akhirnya?
Nice-to-know:
Gordon-Levitt dan Deschanel pernah bekerjasama sebelumnya dalam Manic (2001).
Cast:
Joseph Gordon-Levitt yang sering disebut pengganti Heath Ledger karena kemiripan wajah dan talenta akting kali ini bermain sebagai Tom Hansen yang tidak mudah jatuh cinta tetapi percaya pada intuisinya sendiri.
Zooey Deschanel mulai angkat nama setelah meraih nominasi Aktris Terbaik di beberapa festival internasional lewat All The Real Girls (2003). Disini dia berperan sebagai Summer Finn, gadis menarik yang tidak menganggap komitmen itu penting atau tidak perlu didramatisir.
Director:
Marc Webb baru berpengalaman menggarap beberapa video klip sebelumnya. Dan satu-satunya film panjang yang digarapnya hanyalah Seascape (2003).
Comment:
This is not a love story. This is a story about love. Premis awal yang mendasari film ini dan itulah yang menarik. Disajikan dengan gaya non-linear yang efektif yang tetap berpakem pada acuan komedi romantis, film ini maju mundur hanya dengan petunjuk angka (144), (32), (357) dsb di antara scenenya. Hal ini sangat membantu audiens untuk memahami perspektif seorang Tom Hansen dalam mengarungi perjalanan cintanya. Dan karakter ini dibawakan dengan pas oleh Gordon-Levitt. Deschanel juga bermain apik sebagai Summer yang cuek dan tidak jelas apa maunya. Keduanya juga bersinergi dengan baik disini dan otomatis empati kita lebih ke tokoh Tom walaupun tidak sampai membenci Summer. Skrip yang disusun Neustadter dan Weber juga tajam dengan menyuguhkan pertukaran dialog yang lucu sekaligus sarkastis kalau tidak mau dikatakan sangat nyata dengan kehidupan sehari-hari antar pasangan! Weber juga kreatif dalam merekonstruksi cerita dari konsep yang sederhana tetapi menyegarkan ini, sesuatu yang seringkali dihindari orang yang cenderung bermain aman dan mengikuti tren yang sudah ada. (500) Days of Summer bagaikan sebuah puisi bagi setiap pria yang pernah mengalami kekecewaan cinta dan pada akhirnya belajar dari kesalahan yang pernah mereka buat. Bukankah jodoh itu masalah pilihan yang mengarah pada suatu tujuan? Bukan melulu berpegang pada takdir atau nasib..
Durasi:
95 menit
U.S. Box Office:
$32,374,303 till mid November 2009.
Overall:
7.5 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
Senin, 17 Mei 2010
HAPPILY EVER AFTER : Cinta Segitiga Berujung Tragedi?
Ou Yang Guan Nan dan Shi Du Jie dilahirkan di hari yang sama berbintang Taurus dan memiliki hobi yang sama yaitu fotografi. Mereka bertemu di sekolah pada kompetisi debat dimana Du Jie merupakan siswa pindahan. Pengawas kelas, Lu Jun Wen diam-diam menaruh hati juga pada Guan Nan tetapi tidak mendapat tanggapan dari Guan Nan yang lebih memilih Du Jie. Saat pesta ulang tahun Du Jie, Guan Nan menemukan fakta yang menyakitkan hatinya tepat sebelum keberangkatan Du Jie ke Kanada bersama Jenny. Bertahun-tahun berlalu, Du Jie tiba-tiba muncul di hadapan Guan Nan di saat justru kabar meninggalnya Du Jie berhembus. Bagaimana kenyataan yang sesungguhnya?
Nice-to-know:
Diproduksi oleh Emperor Entertainment Group nya Hongkong yang tersohor itu.
Cast:
Ken Hung Zhuoli sebagai Shi Du Jie
Michelle Wai sebagai Ou Yang Guan Nan
Carlos Chan sebagai Lu Jun Wen
Director:
Ivy Kong pernah menjadi produser untuk beberapa film Mandarin sukses termasuk Crouching Tiger, Hidden Dragon. Kali ini bersama Chung Wai Chiu memulai debutnya sebagai sutradara.
Comment:
Temanya sederhana tentang remaja pria dan wanita yang bertemu, saling tertarik, bersama, menemukan masalah yang membuat berpisah hingga berujung pada solusi yang lebih baik ataupun lebih buruk. Sebuah premis yang sudah berulang kali diterjemahkan. Lantas apa yang berusaha dijual film ini? Dari segi cast, Ken, Michelle, Carlos bisa dikatakan good looking dan terkenal di Hongkong sendiri. Akting mereka tidak terlalu spesial disini, hanya rata-rata saja. Sedikit pengecualian bagi Michelle yang cukup memperlihatkan emosi dan penjiwaannya sebagai Nan. Sutradara YY Kong berusaha membuka film dengan situasi terkini yang kemudian diflashback beberapa kali dan ditutup dengan twist yang tidak terlalu sulit diterka. Sayangnya proses menuju ke sana terlalu lambat dan serius sehingga cukup membosankan bagi penonton yang akhirnya tidak terlalu peduli lagi pada karakter-karakternya. Saya tidak menyukai endingnya yang terlalu dipaksakan bahagia bagi pihak minor walaupun tidak berpondasi apapun. Happily Ever After mungkin berhasil bagi target audiensnya yaitu remaja putri yang menyukai gambar-gambar fotogenik nan eye-catching.
Durasi:
90 menit
Overall:
6.5 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
Sabtu, 15 Mei 2010
A NIGHTMARE ON ELM STREET : Menelusuri Masa Lalu Freddie Krueger
Nancy Holbrook-Who are you?
Freddy Krueger-I'm your nightmare.
Storyline:
Lima remaja yaitu Quentin, Nancy, Jesse, Kris, Dean tidak saling mengetahui bahwa mereka pernah bersekolah di SD yang sama di masa lalu. Semua fakta tersebut tersimpan rapat oleh orangtua masing-masing. Namun kesamaan mereka adalah seringkali bermimpi bertemu pria bersweater garis-garis merah hijau berwajah bekas luka bakar dan bercakar pisau di tangan kanannya. Sayangnya mimpi itu bukan sembarang mimpi karena apa yang terjadi dalam mimpi bisa mencelakai mereka di dunia nyata juga. Quentin dan Nancy mulai menyelidiki masa lalu pria yang belakangan diketahui Freddie Krueger itu setelah teman-temannya terbunuh satu persatu. Akankah teror mimpi buruk dapat diakhiri?
Nice-to-know:
Film yang diundur perilisannya selama dua minggu hingga tanggal 30 April 2010 ini awalnya direncanakan sebagai prekuel dari seri horor legendaris 1980-1990an tetapi tidak jadi.
Cast:
Pernah mendapat nominasi Oscar kategori Aktor Pendukung Terbaik lewat Little Children (2006), Jackie Earle Haley didapuk menjadi Freddie Krueger, psikopat imajiner yang legendaris itu.
Kyle Gallner yang pernah bermain gemilang dalam Haunting In Connecticut (2009) kali ini berperan sebagai Quentin Smith.
Mara Rooney sebagai Nancy Holbrook.
Katie Cassidy sebagai Kris Fowles.
Thomas Dekker sebagai Jesse Braun
Kellan Lutz sebagai Dean Russell.
Director:
Pria kelahiran New York 42 tahun lalu bernama Samuel Bayer ini sebelumnya "hanya" berpengalaman di bidang video musik dan satu film pendek Belanda berjudul Max (2005).
Comment:
Salah satu horor legendaris yang saya ingat di masa kecil saya adalah Nightmare On Elm Street series yang saya saksikan di televisi pada malam hari tentunya. Film itu pada akhirnya memang membuat saya benar-benar "bermimpi buruk". Apa jadinya jika 25 tahun kemudian diremake kembali? Jujur saya tidak berharap banyak walaupun tetap penasaran untuk menyaksikannya. Terlepas dari sutradara yang cukup berhasil memodernisasinya terutama dengan bantuan efek CGI tetapi rasanya tidak perlu karena kisah ini sudah klasik dan filmnya menjadi cult di kalangan moviegoers apalagi beberapa adegan pembunuhan nyaris sama seperti versi originalnya. Dari segi cast, saya tidak meragukan Haley sebagai aktor berbakat tetapi ia tidak cocok memerankan Freddy dari segi postur tubuh, tone suara dan bahasa tubuh. Jangan bandingkan dengan Englund yang sukses menciptakan kengerian itu. Perubahan make-up di wajah Freddie samasekali tidak membantu. Beberapa aktor-aktris remaja juga bermain standar disini lebih disebabkan keterbatasan skrip. Mungkin hanya Gallner yang cukup menjanjikan disini dengan pemahaman karakternya. Namun kesalahan utama adalah plot cerita yang terlalu berusaha mengungkapkan jati diri dan masa lalu Freddy secara gamblang yang sebenarnya tidak penting. Cukup tampilkan potongan-potongan fakta dan biarkan penonton menarik kesimpulan sendiri tentang ikon psikopat horor ini. Paruh pertama film masih lumayan dalam mempertahankan tensi penonton dengan bantuan ilustrasi musik. Namun paruh kedua berjalan lambat dan mulai tidak masuk akal apalagi ditutup dengan ending seperti itu. Btw, saya memberi nilai film ini dengan alasan tidak sampai membuat saya tertidur di dalam bioskop dan melupakan versi originalnya dahulu. Fair enough?
Durasi:
90 menit
U.S. Box Office:
$48,479,560 till mid May 2010.
Overall:
7 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
Jumat, 14 Mei 2010
ROBIN HOOD : Asal Usul Tokoh Pencuri Budiman
Abad ke-13 di Inggris, Robin dkk melawan korupsi Raja John terhadap penduduk lokal dan memimpin ribuan armada yang berusaha memberontak juga. Sejak kejatuhan Raja Richard, Raja John bertindak semena-mena dengan menceraikan istri sahnya dan menikahi putri Perancis, Isabella yang secara tidak langsung membawa tentara Perancis menginvasi Inggris. Robin yang jago panah kemudian berpindah ke Nottingham dan bertemu janda tegar, Lady Marion Loxley. Disanalah ia mulai membangun hegemoni rakyat kecil yang berpihak padanya untuk mempertanyakan kepemimpinan Raja John sekaligus mengembalikan kejayaan Inggris sekali lagi.
Nice-to-know:
Merupakan kali kelima kerjasama Ridley Scott dan Russell Crowe dalam sebuah produksi film dimana Crowe sempat mempertimbangkan untuk berambut panjang sebelum membatalkannya.
Cast:
Aktor Australia, Russell Crowe baru mengawali karir akting layar lebar di usia 26 tahun lewat Blood Oath (1990). Disini ia berkesempatan memerankan salah satu legenda ternama, Robin Hood versi terbaru yang lebih bernuansa Inggris.
Satu lagi aktris Australia yang sukses menaklukkan Hollywood, Cate Blanchett yang pertama kali dinominasikan Aktris Terbaik Oscar lewat Elizabeth (1999) kali ini bermain sebagai janda Marion Loxley yang tangguh dan juga love interestnya Robin Longstride.
Max von Sydow sebagai Sir Walter Loxley
William Hurt sebagai William Marshal
Mark Strong sebagai Godfrey
Oscar Isaac sebagai Prince John
Danny Huston sebagai King Richard The Lionheart
Eileen Atkins sebagai Eleanor of Aquitaine
Director:
Pertama kali dinominasikan Sutradara Terbaik dalam ajang Oscar adalah lewat Thelma & Louise (1991) hingga kini pria Inggris bernama Ridley Scott ini sudah mengantongi 3 nominasi walau belum berkesempatan menang.
Comment:
Sejak Batman sukses besar diremake, banyak sekali bermunculan ide serupa terhadap pahlawan fiktif maupun nyata. Sama halnya dengan Robin Hood yang pernah sukses di tangan Kevin Costner di awal 1990an kini dibuat versi barunya dengan tone yang lebih gelap. Crowe sebagai Robin Hood memang lumayan berhasil meskipun banyak terbantu oleh kostum ketatnya yang eye-catching dan sedikit menyembunyikan usianya. Blanchett seperti biasa bermain gemilang dalam membawakan karakter Lady Marion yang tegar dan pantang menyerah. Namun sayang, chemistry keduanya terasa dipaksakan apalagi tidak ditunjang pembagian scene bersama yang memadai. Sebagai sebuah film aksi, sutradara Scott memang sudah melakukan yang terbaik dari segi pertarungan dan membangun latar belakang cerita seputar tokoh Robin Hood termasuk kostum yang sangat membantu. Tetapi sayangnya tidak didukung skrip yang terasa hambar sehingga dialognya terkesan tidak cukup baik di sebagian besar durasi film. Nuansanya sedikit mengingatkan kita pada Gladiator dengan musik tema yang juga menunjang gaya penceritaan. Adegan pertempuran pamungkas di pesisir pantai memperlihatkan sebuah epik yang baik walau tidak terlalu megah. Bagaimanapun juga Robin Hood versi Scott terasa berbeda dan cukup menyegarkan untuk ditonton dengan semangat baru. Endingnya yang membuka kemungkinan sekuel kita harapkan bisa lebih baik lagi.
Durasi:
130 menit
Overall:
7.5 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
Rabu, 12 Mei 2010
THE TIME TRAVELER'S WIFE : Penjelajah Waktu Merangkai Kehidupan
Clare Abshire-I wouldn't change one second of our life together.
Storyline:
Artis Clare Abshire berbagi ikatan emosional yang dalam dengan pustakawan Henry De Tamble yang tanpa sekehendaknya dapat bepergian melintasi waktu. Mengetahui bahwa mereka bisa terpisah tanpa peringatan, Clare dan Henry sangat menghargai waktu mereka bersama, mengilhami mereka dengan kerinduan dan hasrat dari dua orang yang terpenjara oleh waktu dan dibebaskan oleh cinta. Namun akankah hubungan mereka tidak memiliki konsekuensi masa depan yang diharapkan?
Nice-to-know:
Jennifer Aniston dan Brad Pitt membuat heboh media massa saat membeli hak cipta film ini kepada penulisnya Audrey Niffenegger bahkan sebelum novelnya dirilis ke publik.
Cast:
Terakhir tampil plontos sebagai Nero dalam Star Trek (2007), Eric Bana disini bermain sebagai Henry De Tamble, pustakawan tampan yang tidak mampu menjalani hidup normal karena selalu menjelajah waktu.
Terakhir terlihat mendampingi aktor Australia juga, Russel Crowe dalam State Of Play (2009), Rachel McAdams kali ini berperan sebagai artis Clare Abshire yang tidak bisa memiliki pernikahan yang normal tetapi tetap berusaha mempertahankannya.
Director:
Pria Jerman bernama Robert Schwentke ini terakhir mengarahkan Jodie Foster dalam Flightplan (2005).
Comment:
Jangan mengharapkan sains fiksi disini karena film ini hanya mengulas romansa pria-wanita dan perjuangan mereka mengatasi kelainan genetik si pria yang bisa membuatnya menjelajahi waktu. Bagian pertama akan menceritakan pengenalan Henry De Tamble dan orang-orang yang dicintainya mulai dari ibu hingga istrinya. Beberapa perjalanan yang membawa era-era terpenting dalam hidupnya. Bagian kedua lebih merupakan perjuangan Henry dan Clare mempertahankan apa yang mereka miliki terlepas dari rintangan berat. Sepanjang film, Bana dan McAdams bertukar chemistry dengan baik mulai dari ekspresi, bahasa tubuh dan berbalas percakapan yang mengalir. Jangan lupa perhatikan perubahan-perubahan fisik Bana sesuai umurnya. Jajaran cast pendukung juga mengontrol peranan masing-masing dengan baik sehingga menghindari kebosanan drama pada umumnya. Rentang waktu itu sendiri mungkin akan membingungkan anda tetapi sutradara Schwentke masih cukup pandai untuk memberikan petunjuk-petunjuk yang sangat membantu. Jangan bandingkan dengan The Time Machine atau film sejenis yang berusaha mengubah nasib atau apapun itu namanya, The Time Traveler's Wife hanya berfokus pada kedua karakter utamanya dimana kita akan merasakan sedikit unsur komedi dan juga beberapa scene emosional yang sangat menyentuh dengan beberapa twist yang mengejutkan di endingnya.
Durasi:
100 menit
U.S. Box Office:
$63,414,846 till early Dec 2009.
Overall:
7.5 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
Minggu, 09 Mei 2010
HOT TUB TIME MACHINE : Mesin Waktu Mengubah Masa Lalu
Jacob-I've dated a lot of girls, hot ones.
Lou-You've dated a lot of guys, gay ones.
Storyline:
Adam dan Nick mengunjungi sahabat lama mereka, Lou di rumah sakit setelah percobaan bunuh dirinya. Untuk melupakan semua kejenuhan, mereka sepakat mengunjungi resor ski masa muda mereka dahulu bersama Jacob, keponakan Adam yang baru melewati masa remaja. Saat menemukan bak mandi air panas di losmen penginapan, mereka tanpa sengaja terlempar ke Winterfest tahun 1986! Keunikan terjadi saat mereka bertiga bercermin melihat sosok muda mereka di masa lampau. Dilema yang dihadapi mereka adalah tetap membiarkan segala sesuatu sebagaimana mestinya atau berkesempatan mengubah nasib?
Nice-to-know:
Syuting dilakukan di Big Bear Lake & Valley di San Bernardino National Forest, California dan beberapa di Vancouver Film Studios, Kanada.
Cast:
Pernah meraih nominasi Aktor Terbaik Golden Globe 2001 lewat High Fidelity (2000), John Cusack kali ini bermain sebagai Adam yang tengah jenuh dengan pernikahannya.
Sebelum ini terlibat dalam proyek serial televisi The Office, Craig Robinson berperan sebagai Nick Webber.
Rob Corddry sebagai Lou
Clark Duke sebagai Jacob
Crispin Glover sebagai Phil
Sebastian Stan sebagai Blaine
Lyndsy Fonseca sebagai Jennie
Director:
Aktor, penulis, produser yang juga sutradara bernama unik Steve Pink ini mulai menggarap film sejak Accepted (2006).
Comment:
Perjalanan kembali ke masa lalu dengan mesin waktu mungkin bukan tema yang asing bagi anda. Tetapi jika dikombinasikan dengan komedi masa kini yang dibumbui dengan unsur persahabatan yang kental mungkin hasilnya berbeda. Itulah Hot Tub Time Machine yang lugas, kocak dan jujur dalam bercerita. Plot ceritanya mengingatkan pada The Hangover yang juga menyorot pertemanan tiga pria dewasa yang berusaha melakukan flashback untuk mencari tahu sesuatu. Nuansa tahun 1980an juga dikemas dengan kental mulai dari kostum, make-up, setting hingga musiknya mulai dari Home Sweet Home, Careless Whisper, True, What You Need, Push It, Modern Love, Bizzare Love Triangle, Once In A Lifetime, I Want To Know What Love Is yang masing-masing memberikan warna yang berbeda. Cusack, Robinson, Corddry bermain kompak dan melebur ke dalam karakter yang mereka mainkan terutama Corddry yang sangat ekspresif dengan mimik muka dan celotehan blak-blakannya. Cusack terlihat decent sedangkan Robinson eksentrik. Jangan lupakan Duke yang sepintas cupu tetapi cerdas. Humor yang disajikan tergolong brilian meskipun terkadang kacangan dan klise tapi cukup relevan sebagai alasan anda tertawa terbahak-bahak sepanjang durasi. Arah film cukup sulit diterka dan pada akhirnya ditutup dengan happy ending yang cukup mengejutkan karena mengubah beberapa fakta aktual dunia. Lebih baik anda cari tahu sendiri!
Durasi:
90 menit
U.S. Box Office:
$47,636,575 till May 2010.
Overall:
7 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
Sabtu, 08 Mei 2010
THE BOUNTY HUNTER : Memburu Mantan Istri Pecahkan Kasus
Nicole Hurley-Life is making mistakes.
Milo Boyd-And death is wishing you had made more.
Storyline:
Dipecat dari kepolisian untuk kemudian menjadi pemburu buronan, Milo Boyd ditugaskan menangkap mantan istrinya, reporter Nicole Hurly akibat tidak menghadiri persidangan. Awalnya Milo mengira itu akan berjalan mudah karena ia sudah sangat mengenal perilaku Nic meski hanya berpacaran 6 bulan yang diakhiri dengan pernikahan selama 9 bulan saja! Namun ternyata Nic sendiri sedang menjalani tugas dari atasannya untuk meliput kasus bunuh diri. Sepanjang kejar-mengejar tersebut, Milo dan Nic justru dihadapkan pada kemungkinan mereka bersama kembali. Akankah kewajiban masing-masing dapat dituntaskan di atas kepentingan bersama?
Nice-to-know:
Awalnya peran Nicole Hurly sempat ditawarkan kepada Sarah Jessica Parker.
Cast:
Karir layar lebarnya justru diawali dalam film horor picisan, Leprechaun (1993). Namun nama Jennifer Aniston sampai kini telah menjadi salah satu aktris komedi terlaris yang dimiliki Hollywood termasuk untuk peran Nicole Hurly yang juga seorang pengemudi buruk.
Lahir di tahun yang sama dengan Aniston, Gerard Butler baru memulai dunia akting di Mrs Brown (1997). Disini ia bermain sebagai Milo Boyd, mantan polisi yang beralih profesi dan berjuang mendapatkan uang untuk meneruskan hidupnya.
Director:
Andy Tennant mulai angkat nama setelah mengarahkan si kembar cilik Olsen dalam It Takes Two (1995).
Comment:
Melihat poster dan trailer film ini, orang akan mengharapkan komedi romantik yang menarik apalagi pemasangan nama Aniston dan Butler sebagai cast utama dimana masing-masing sudah memiliki fan base tersendiri. Jalan ceritanya sendiri sangat ringan dan tidak perlu berpikir untuk mengikutinya. Apakah hal-hal tersebut sudah cukup untuk menilai film ini? Ternyata belum. Unsur komedik yang disodorkan mungkin cukup lucu di beberapa bagian tetapi sebagian besar terasa bodoh dan absurd meski nyaris semua dialognya terkesan sinis. Romansa yang ditawarkan juga terasa hambar. Belum lagi arah film yang menjadi terlalu ambisius dengan tempelan plot cerita disana-sini yang sebetulnya tidak penting. Chemistry Aniston dan Butler cukup menggigit walau terasa dipaksakan. Dan memang penampilan mereka berdualah menjadi yang terpenting disini di luar jajaran pendukung lain yang dapat dikatakan pelengkap derita saja. Sutradara Tennant terlihat kebingungan untuk menghasilkan film yang terlalu blur untuk dibawa serius atau tidak lucu untuk dijadikan hiburan semata. Alhasil kinerja The Bounty Hunter terasa di bawah standar rata-rata yang diharapkan audiens.
Durasi:
105 menit
U.S. Box Office:
$64,065,681 till early May 2010.
Overall:
6.5 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent