Jumat, 11 Desember 2009

MAMMOTH : Dilema Orangtua dan Kapitalisme Dunia Barat

Cerita:
Suami istri New York yang sukses, Leo dan Ellen menekuni dua bidang yang berbeda. Leo gape sebagai pencipta website handal yang seringkali berurusan dengan uang dan keputusan besar. Sedangkan Ellen sebagai ahli bedah berdedikasi tinggi yang kerapkali lembur demi menyelamatkan nyawa pasien-pasiennya. Dengan kesibukan pasangan itu, putri semata wayang mereka yang baru berusia 8 tahun, Jackie lebih banyak menghabiskan waktu dengan pengasuh asli Filipina, Gloria. Disinilah konflik internal mulai muncul, Ellen yang mempertanyakan kapasitasnya sebagai seorang ibu. Leo yang juga mengalami peristiwa yang tidak pernah diduganya saat berkunjung ke Bangkok. Berbagai momen yang dihadapi masing-masing karakter akan membawa perubahan dramatis bagi semuanya.


Gambar:
Tidak tanggung-tanggung, 4 lokasi utama dijadikan setting film ini dengan beragam ciri khasnya mulai dari Krabi di Thailand, Luzon di Filipina, New York di USA dan Västra Götalands län di Sweden


Act:
Pertama kali dikenal lewat Amores Perros (2000), Gael Garcia Bernal kali ini kebagian memerankan Leo, ayah muda sukses yang sedikit dilematis menghadapi situasi yang samasekali baru baginya saat kunjungan ke Thailand.
Dinominasikan sebagai Aktris Pendukung Terbaik Oscar saat bermain bersama almarhum suaminya dalam Brokeback Mountain (2005) mengangkat nama Michelle Williams di kancah perfilman dunia. Disini ia cukup sukses menjiwai karakter Ellen, salah satu ahli bedah terbaik yang kesulitan mengimbangi panggilan jiwanya di rumah sakit sekaligus di rumahnya sendiri.
Sophie Nyweide sebagai Jackie Vidales
Natthamonkarn Srinikornchot sebagai Cookie
Marife Necesito sebagai Gloria

Sutradara:
Pria kelahiran Swedia 17 Januari 1969 bernama Lukas Moodysson ini sebelumnya banyak terlibat dalam pembuatan film-film Eropa pada umumnya. Baru dalam Mammoth inilah, ia berkesempatan mengarahkan aktor-aktris multilateral dengan talenta masing-masing.

Comment:
Awalnya film ini disajikan dengan sangat berat dikarenakan ambisi memperlihatkan dampak kapitalisme global bagi tiap individu, keluarga dan komunitas. Sang sutradara seakan mengilustrasikan dunia dimana pasar ekonomi dan status sosial kehidupan masih sangat bergantung pada dunia Barat dengan cara yang masih konservatif. Namun lewat gayanya yang unik, Moodysson berhasil memadukan unsur Amerika dengan sentuhan Filipina dan Thailand ke dalam sebuah problematika berat yang sangat personal. Bernal dan Williams tampil penuh emosi disini dengan kesepian dan rapuhnya keadaan dalam diri mereka. Necesito dan Srinikornchot juga tidak mau kalah mewakili kalangan minoritas dengan budaya Asia. Paruh kedua film ini terasa lebih manusiawi dan menantang, semua konflik yang saling bertubrukan menuntut manusia-manusia tersebut menyelesaikannya dengan cara masing-masing. Dan hal inilah yang sukses membuat Mammoth "bernyawa" dan "berisi". Tanpa kita mengerti, seringkali kesadaran dari bencana sosial ekonomi merupakan konsekuensi dari tindakan dunia Barat yang terkesan profesional dan modern tetapi tetap tidak mampu menjawab semua permasalahan mendasar yang ada. Mammoth disini melambangkan filosofi pulpen dan gajah, coba tebak dari sekuens adegan yang mana. Beruntung sekali saya bisa menyaksikan film ini di Jiffest ke-11 pada penghujung tahun 2009.

Durasi:
125 menit

U.S. Box Office:
$8,530 till Nov 2009 only in very few screens

Overall:
7.5 out of 10

Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar