Minggu, 21 Juni 2009

GARUDA DI DADAKU : Cita-Cita Bersepakbola Itu Patut Diperjuangkan

Cerita:
Tahun terakhirnya di SD, Bayu memiliki impian menjadi pemain sepakbola yang handal. Sayangnya itu bertentangan dengan keinginan kakeknya, Pak Usman yang lebih menginginkan cucu kesayangannya itu menekuni musik ataupun seni lukis. Dengan seijin ibunya, Bayu diam-diam berlatih bersama sahabat karibnya yang lumpuh, Heri. Sampai suatu saat pelatih Johan yang mendirikan SSI (Soccer School Indonesia) melihat bakat Bayu tanpa sengaja dan memutuskan merekrutnya untuk ujian masuk timnas Usia 13 tahun. Dalam dilema, Bayu menerima tawaran itu dan bersama Heri mencari "tempat latihan" yang layak. Waktu semakin dekat. Berhasilkah Bayu mewujudkan mimpinya di kala sang kakek tidak melihat sepakbola sebagai suatu masa depan yang baik?

Gambar:
Sinematografi yang sebetulnya dalam taraf lumayan saja tapi bisa dimaksimalkan dengan cerdik di berbagai lokasi mulai dari stadion sepakbola, sekolah, perumahan sampai kuburan umum.

Act:
Emir Mahira dan Aldo Tansani bermain kompak dan natural sebagai dua sobat akrab, Bayu dan Hery.
Setelah Laskar Pelangi, Ikranagara sekali lagi tampil meyakinkan sebagai Pak Usman, kakek Bayu yang berkemauan keras demi apa yang ia anggap terbaik bagi cucu kesayangannya itu.
Berbagi layar dan memaksimalkan peran pendukung, Ari Sihasale dan Maudy Koesnaedi sebagai Pak Johan dan Ibu Wahyuni.
Ramzi cukup mencuri perhatian lewat peran sopir kocak, Pak Dulloh yang selalu setia menemani majikan kecilnya kemanapun pergi.

Sutradara:
Meskipun ini debut penyutradaraan layar lebarnya, Ifa Isfansyah mendapat dukungan kuat dari penulis skenario handal, Salman Aristo sehingga tercipta karya yang kuat dan memberikan warna tersendiri ini.

Komentar:
Sekuens cerita tergolong detail walaupun plotnya sederhana. Beberapa konflik yang ada dengan titik balik penyelesaiannya memang terkadang seperti dipaksakan. Namun hal itu bisa termaafkan karena film ini merupakan konsumsi semua umur yang setidaknya harus terlihat "ringan". Meski cukup lambat bergulir, Garuda Di Dadaku menawarkan banyak hal positif seperti nilai-nilai keluarga, persahabatan dan yang terutama seberapa jauh semangat kita untuk mau memperjuangkan mimpi kita menjadi kenyataan. Semua itu dibalut dengan tawa dan haru sekaligus yang akan memberikan nuansa tersendiri bagi anda dan keluarga selepas meninggalkan gedung bioskop.

Durasi:
100 menit

Overall:
8 out of 10

Penilaian:
Karya seni ga boleh dibawah 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!

1 komentar:

  1. Sampai dengan akhir Juni 2009 kemaren, nih film menurutku menjadi Film Indonesia yang terbaik untuk tahun ini.
    Salut deh buat Mizan, yang kayaknya bakal makin banyak merilis film-film ok

    BalasHapus