Jumat, 23 Januari 2009

HANTU JAMU GENDONG : Asal-Usul Dan Teror Hantu Penjual Jamu

Tagline:
Cantik, sexy, bohay, tapi..

Cerita:
Kesulitan uang, Kafka menerima tugas membuat skripsi temannya dengan sejumlah upah. Ia mengangkat topik kaum urban yang berjudi mengadu nasib di Jakarta. Sampai pada satu hari dimana musibah menimpa dua temannya Rio dan Nadya yang konon diteror hantu jamu gendong. Bersama kekasihnya Meisya, Kafka kemudian menyelidiki asal mula hantu yang bernama Sri tersebut dengan mendatangi tempat terbunuhnya di masa silam. Mereka diharuskan melakukan ritual memecahkan telor sambil berteriak jamu, jamune untuk melihat penampakan hantu Sri. Masalah tidak berhenti sampai di situ karena Kafka, Meisya dan Andin sahabatnya menjadi sasaran kemarahan hantu jamu gendong. Bagaimana menyelesaikan itu semua? Siapa sesungguhnya Sri dan tragedi apa yang menimpanya?

Gambar:
Banyak bersetting di bangunan rumah bekas terbakar tempat bersemayamnya hantu jamu gendong. Beberapa setting rumah juga terlihat familiar di film-filmnya sutradara bernama banyak itu.

Act:
Biasa berperan dalam film komedi, Dimas Aditya kali ini kebagian peran Kafka yang skeptis tapi akhirnya dituntut bertanggung jawab menyelesaikan semua masalah yang dimulainya.
Aktris seksi Julia Perez menjadi hantu jamu gendong yang diakuinya tantangan tersendiri karena menggunakan kebaya yang sangat ketat dan diharuskan menguasai teknik meracik jamu.

Sutradara:
Tidak banyak berbeda dengan karya horor sebelumnya terutama kemiripan skrip dengan Hantu Jeruk Purut, Koya Pagayo kembali dengan genre yang membesarkan namanya. Hanya saja sayang talentanya tidak banyak berkembang dan masih menggunakan elemen-elemen yang sudah terlalu lazim sehingga tidak ada lagi kejutan berarti.

Komentar:
Nuansa horor mungkin akan cukup menyentak untuk anda yang belum mengenal siapa sutradara ini. Hantu Jamu Gendong hanya menjual nama Jupe dan Dimas semata, tidak ada yang baru. Pengembangan dan bahkan penyelesaian cerita menjadi terabaikan padahal durasi yang terlalu singkat seharusnya bisa disiasati dengan penambahan beberapa scene. Kesimpulannya, bukan film yang direkomendasikan untuk ditonton.

Durasi:
80 menit

Overall:
6.5 out of 10
Penilaian:
Karya seni ga boleh dibawah 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar