XL #PerempuanHebat for Kartini Day

THE RING(S) : A short movie specially made for Valentine's Day

Jumat, 07 Agustus 2015

MISSION : IMPOSSIBLE - ROGUE NATION Accomplished Continuation For The Franchise

Quote:
Benji Dunn: Let me guess. Presumed dead?
Ethan Hunt: Well tonight, I just made it official.


Nice-to-know:
Adegan dimana Hunt memanjat pesawat Airbus A400M yang sedang terbang 1,5 km di atas tanah dilakoni sendiri oleh Tom Cruise tanpa spesial efek dan stuntman.

Cast:
Tom Cruise sebagai Ethan Hunt
Jeremy Renner sebagai William Brandt
Simon Pegg sebagai Benji Dunn
Rebecca Ferguson sebagai Ilsa Faust
Ving Rhames sebagai Luther Stickell
Sean Harris sebagai Solomon Lane
Simon McBurney sebagai Atlee
Zhang Jingchu sebagai Lauren
Tom Hollander sebagai Prime Minister
Jens Hultén sebagai Janik Vinter
Alec Baldwin sebagai Alan Hunley

Director:
Merupakan film ketiga bagi Christopher McQuarrie setelah Jack Reacher (2012).

W For Words:
19 tahun sudah semenjak Tom Cruise membangkitkan kembali franchise yang dimulai dari inisiatif Bruce Geller lewat serial televisinya pada tahun 1966. Sosok Ethan Hunt mungkin dapat diasosiasikan dengan James Bond, tokoh agen rahasia Inggris dengan skill yang lebih kurang mirip. Tidak salah karena masing-masing masih memiliki keistimewaan sendiri. Lantas apa lagi yang ingin dibuktikan Cruise, superstar Hollywood yang sudah berusia 53 tahun ini, melalui misi-misi mustahil berbahaya? Well, it’s not up to me or even you to answer that. Let’s just sit and enjoy the show like any other viewers.

Ketika tengah menyelidiki Syndicate yang diduga menjadi dalang kekacauan internasional karena berisikan teroris-teroris terlatih, Hunt tertangkap dan menjalani penyiksaan. Di luar dugaan, anggota organisasi rahasia tersebut, Ilsa malah membantunya melarikan diri. Hunt pun menjadi buronan CIA yang menyangkal keberadaannya. Boss IMF, Brandt tanpa sepengetahuan Direktur CIA, Hunley menugaskan Benji dan Luther untuk menemukannya lebih dulu. Permainan kucing tikus penuh tipu daya itu lantas berujung pada penangkapan Perdana Menteri Inggris di London.













Nama McQuarrie sebagai penulis skrip handal mulai diperbincangkan usai menyabet Oscar dalam The Usual Suspect (1995). Skrip yang dikembangkan dari gagasan dirinya bersama Drew Pearce ini memang terbilang brilian dengan three-act structure yang cukup efektif. Setup-setup familiar dalam setiap misi Hunt muncul kembali, hanya saja beberapa puntiran cerdas menjadikannya fresh dan tidak mudah ditebak begitu saja. Pendalaman setiap karakter baru (maupun lama) dalam film ini justru terjadi di tengah-tengah, seakan penonton diberi nafas usai disuguhi opening yang breathtaking tersebut.

McQuarrie sebagai sutradara tidak berupaya menjadikan installment kelima ini another globe trotting spy action movie. Setting dari Malaysia, Austria, Morocco hingga UK masih tergolong sesuai dengan kebutuhan cerita tanpa harus overexposed. Teknologi mutakhir lewat gadget-gadget canggih memang ada tapi tidak sampai terkesan spektakuler seperti sebelumnya. Sekuens aksi berpacu dengan waktu dan kebut-kebutan di jalan masih dipertahankan demi menjaga adrenaline anda. Adegan paling memorable buat saja adalah di gedung opera Vienna. Who can resist classical orchestra?















Fisik yang tidak seprima dulu membuat Cruise harus pandai-pandai mengatur segala jenis aksi yang dilakukannya. Well, he succeeded on and off the screen. Untungnya dominasi karakter Hunt tidak sampai mengesankan one man show dalam storytelling nya. Sang femme fatale, Ferguson jelas paling standout dalam jajaran cast sekuel ini. Betapa tidak, kecantikan dan kemolekan tubuhnya juga dibarengi dengan pesona akting dan fighting yang mumpuni. Pegg masih mempertahankan trademark komedinya yang spontan dan natural itu. Harris menunjukkan kelasnya sebagai villain berdarah dingin meski tanpa aksi faktual. Sedangkan Renner, Rhames dan Baldwin menempati posisi supporting masing-masing dengan pas.

Mission: Impossible – Rogue Nation sukses menjaga level ketegangan dan keingintahuan hingga akhir yang dibutuhkan oleh espionage thriller yang baik sambil mempertontonkan aksi-aksi mustahil di luar nalar yang sebelumnya sudah dicapai oleh sutradara-sutradara besar lainnya. Satu pencapaian McQuarrie yang patut mendapat acungan jempol adalah kembalinya kesan klasik nan elegan tanpa campur tangan CGI yang berlebihan di sini. All credit still goes to Cruise though. As we all agree to give him another impossible mission in the next two years!

Durasi:
131 menit

U.S. Box Office:
$74,743,725 till August 2015

Movie-meter:

Rabu, 05 Agustus 2015

DRISHYAM : When Right Versus Wrong Couldn’t Get Any Better


Tagline:
Visuals can be deceptive.

Nice-to-know:
Merupakan remake dari film Malayalam terlaris sepanjang masa berjudul sama.

Cast:
Ajay Devgn sebagai Vijay Salgaocar
Tabu sebagai Meera Deshmukh
Kamlesh Sawant sebagai Gaitonde
Shriya Saran sebagai Nandhani Vijay Salgaonkar
Rajat Kapoor sebagai Mahesh Deshmukh
Ishita Dutta sebagai Anju
Mrinal Jadhav sebagai Anu
Rishab Chaddha sebagai Sameer Deshmukh

Director:
Merupakan feature film keenam bagi Nishikant Kamat setelah Lai Bhaari (2014).

W For Words:
Jeethu Joseph adalah tokoh di balik suksesnya film Malayalam berjudul Drishyam (2013) yang kemudian dibuat ulang dalam versi Tamil berjudul Papanasam (Destruction of sins) dua tahun kemudian dimana Kamal Haasan dan Gauthami berupaya mengikuti jejak Mohanlal dan Meena. Pada waktu bersamaan, Nishikant Kamat mengerjakan remake yang persis sama dengan harapan melampaui pencapaian box-office sekaligus jumlah penonton. Tentu saja mengandalkan nama besar Ajay Devgn dan Tabu yang sedianya lebih dikenal luas baik regional maupun internasional.

Pengusaha jaringan teve kabel di desa terpencil Goa yang juga yatim piatu dan berpendidikan rendah, Vijay memiliki kecintaan tinggi terhadap film. Ia hidup bahagia bersama istrinya Nandhini dan kedua putri mereka Anju dan Anu. Saat remaja Sam yang juga putra dari Inspektur berdarah dingin Meera Deshmukh menghilang, keluarga Salgaonkar menjadi tersangka hingga harus menjalani proses interogasi panjang di bawah pengawasan polisi korup Gaitonde. Mampukah Vijay melindungi orang-orang tercintanya dari penguasa kejam? 














Skenario yang digagas oleh Upendra Sidhaye sedianya hanyalah pemendekan durasi dari versi originalnya. Pengenalan terhadap keluarga Salgaonkar dilakukan secara lebih cepat. Keyakinan penonton diarahkan untuk memihak kepada mereka apapun yang terjadi sehingga beberapa logika yang mengganggu tidak akan terlalu dihiraukan. Secara kontradiktif, pihak kepolisian dibuat demikian negatif di sini. Layer demi layer misteri yang terbuka harus diakui menarik untuk disimak walau harus menempatkan kebenaran di atas kesalahan sekalipun.

Devgn mungkin salah satu weakest link. Superioritas dirinya sebagai seorang superstar jelas mempengaruhinya untuk dapat sepenuhnya masuk ke dalam karakter Vijay yang membumi dan putus asa. Namun kita bisa melihat upaya maksimalnya. Saran sebagai istrinya hanya terlihat lebih tua beberapa tahun dari Dutta yang menjadi putrinya. Miscast? Sedangkan Sawant jelas paling berhasil memancing emosi penonton lewat sikap buruk dan ignorant Gaitonde. Tabu juga menunjukkan penampilan gemilang melalui tokoh Meera yang multi-layer tersebut, tegas dan rapuh secara bersamaan. 














Sutradara Kamat memang sedikit kedodoran di paruh pertama film yang berjalan cukup lambat tanpa penekanan titik petunjuk yang berarti.  Paska interval barulah pace nya meningkat dimana karakter-karakter kunci mulai memegang teguh pada posisinya masing-masing. Setidaknya elemen penting dalam sebuah thriller adalah how mystery unfolds. Bagaimana kenyataan yang sesungguhnya mungkin tidak seperti apa yang terlihat. Twist dan turns yang silih berganti hadir akan menantang anda untuk terus menebak hingga akhir.

Lupakan sejenak Kahaani atau Talaash yang memuncaki daftar film favorit anda di tahun 2012 silam, Drishyam adalah drama suspense thriller yang bisa dikatakan berhasil bagi mereka yang belum pernah menonton versi aslinya. Sebuah adaptasi bebas dari kisah nyata seorang pria biasa dengan tekad dan keberanian luar biasa meskipun menghadapi dilema besar. Is it worth suffering for in the end? I believe yes. A gripping story that will keep you on the edge of your seat. Just watch the proceedings till the final scene blows us off!

Durasi:
163 menit

Movie-meter: