Sabtu, 22 Maret 2014

DIVERGENT : Defying All Odds For Self-Discovery

Quote:
Beatrice 'Tris' Prior: And what if they already know?
Tori: Then you're already dead.


Nice-to-know:
In The Fault in Our Stars (2014), Shailene
dan Ansel memerankan sepasang kekasih sedangkan kali ini sebagai kakak beradik.

Cast:
Shailene Woodley sebagai Tris
Theo James sebagai Four
Ashley Judd sebagai Natalie
Jai Courtney sebagai Eric
Ray Stevenson sebagai Marcus
Zoë Kravitz sebagai Christina
Miles Teller sebagai Peter
Tony Goldwyn sebagai Andrew
Ansel Elgort sebagai Caleb
Maggie Q sebagai Tori
Mekhi Phifer sebagai Max
Kate Winslet sebagai Jeanine 


Director:
Merupakan feature film kelima bagi Neil Burger setelah Limitless
(2011).

W For Words:
Kesuksesan novel-novel remaja yang berintisari pencarian jati diri memang memicu pergerakan para filmmaker Hollywood untuk mengadaptasinya ke layar lebar dengan harapan hasil yang tak jauh berbeda, sebut saja The Hunger Games, Harry Potter series ataupun Twilight saga yang sangat high profile tersebut. Trend itu lantas dilanjutkan oleh Neil Burger yang mengangkat karya pertama Veronica Roth dari rangkaian trilogi sebagai sci-fi action drama yang sejauh ini berhasil meraup 58 juta dollar di minggu pertama peredaran Amerika Serikat saja. It’s a pretty good start actually!

Chicago di masa depan paska peperangan membagi masyarakatnya ke dalam lima faksi yaitu Candor (penjunjung kejujuran), Erudite (cendekiawan), Dauntless (pemberani), Amity (pecinta kedamaian) dan Abnegation (penolong tanpa pamrih). Tes yang dijalani Beatrice Prior di usia 16 mengelompokkan dirinya sebagai Divergent alias golongan di luar kelima faksi yang berarti hukuman mati. Keputusan nekad diambil ketika ia bergabung dengan Dauntless dan mengganti nama menjadi Tris hingga bertemu pemimpin kelompok, Four yang membantunya dengan tulus.

Duo penulis skrip, Evan Daughterty dan Vanessa Taylor berupaya semaksimal mungkin untuk mengatur pacing di bagian pembuka ini. Bagaimana premis dibuka lewat proses introduksi sosial politik masyarakat ‘masa depan’ sekaligus penjelasan latar belakang beberapa tokoh inti yang memadai. Kemudian serangkaian tes ekstrim yang diyakini mampu menyita perhatian pun dijalankan dimana keberpihakan penonton langsung diarahkan kepada Tris yang ‘baru’ sebelum sepak terjangnya di paruh terakhir yang terasa berpacu dengan waktu demi konklusi besar yang diharapkan mampu menjembatani seri berikutnya. 

Upaya sutradara Burger dalam membangun dunia futuristik patut diacungi jempol mengingat bujet yang tidak tergolong besar untuk sebuah proyek ambisius milik Summit Entertainment ini. Terima kasih atas bantuan green screen dan CGI yang walaupun sebetulnya tak terlalu istimewa tapi tetap menjaga standarisasi surreal yang dibutuhkan. Sinematografi yang cukup apik dari Alwin H. Küchler membuatnya layak disaksikan dalam format IMAX sekalipun. Berbagai action sequences nya dilakukan sesuai kebutuhan cerita agar pacingnya terjaga mengingat durasi film yang lumayan panjang tersebut.

Senang melihat Woodley akhirnya mendapat kesempatan bersinar setelah sebelumnya mencuri perhatian dalam The Descendants (2011). Lihat bagaimana Beatrice bertransformasi menjadi Tris dengan rentang emosi yang cukup panjang. Seorang heroine yang tak hanya cantik tapi juga berani menerima tantangan. James juga tak kalah memikat sebagai Four yang dingin misterius tapi cekatan luar biasa. Chemistry keduanya memang tak jarang terasa dipaksakan demi membumbui cerita. Toh pada akhirnya kita 'wajib' mengerti jika perjalanan dua protagonis saling jatuh hati tentunya akan lebih menarik untuk disimak.

Menarik menyaksikan Winslet berperan sebagai antagonis Jeanine terlepas dari minimnya screen presence di sepanjang film. Porsi yang sama juga berlaku pada sederetan nama beken senior lainnya semisal Judd, Maggie Q, Stevenson, Goldwyn dan Phifer meski nama yang tersebut di awal masih lumayan memorable. Sedangkan bintang-bintang muda semacam Courtney, Kravitz, Elgort, Lloyd-Hughes, Madsen dll boleh dibilang kian memperkaya karakterisasi hitam putih dalam seri pembukanya kali ini.

Terlepas dari problem pacing yang bergerak lambat di paruh awal dan cepat di paruh akhir, Divergent bukanlah film yang buruk. Penonton potensial yang tertarik mengikutinya bisa jadi berkali-kali lipat dari jumlah pembaca bukunya itu sendiri. Tak heran karena karakter utama yang simpatik dan juga dunia rekaan yang atraktif niscaya menjadi daya pikat tersendiri. Saya yakin petualangan akan terus berlanjut hingga Insurgent dan Allegiant yang diharapkan secara kualitas akan membaik. Who’s in her path for finding self-identity by defying all odds to create a better world?

Durasi:
139 menit

U.S. Box Office:
$58,000,000 till Mar 2014

Overall:
7.5 out of 10

Movie-meter: